Rabu, 20 Juli 2016

EKSPEDISI ATAP TERTINGGI JAWA TENGAH #1

EKSPEDISI ATAP TERTINGGI JAWA TENGAH #1

Gerbang Pendakian Gunung Slamet via Bambangan
 Gerbang Pendakian Gunung Slamet via Bambangan

Libur telah tiba, libur telah tiba, Hore! Hore! Hore!  Yeah, liburan telah tiba. Liburan kali ini adalah libur lebaran. Ku sempatkan diri mendaki Gunung Slamet 3428 mdpl, atap tertingginya Jawa Tengah. Yeah setelah sekian lama menanti kesempatan itu semenjak waktu kuliah yang selalu saja batal hahaha. Pendakian kali ini cukup istimewa karena dilakukan dengan berdua saja dengan Sidiq, adikku sendiri.

Senin pagi , 11 Juli 2016. Kami berangkat dari rumah. Tak lupa pamit dengan orang tua tercintah :*. Cuaca pagi itu masih cerah, kami mampir dulu ke Camel Outdoor, Solo yang sudah menjadi langganan kami untuk nyewa alat pendakian seperti tenda, matrass, dll. Testimoni untuk rental outdoor ini, pelayanannya yang sangat bersahabat dan harga rental yang miring cocok untuk kami yang berkantong pas-pas an hehehe. Setelah packing segala peralatan sekitar pukul 10.30, kami melanjutkan perjalanan ke Basecamp Pendakian Gunung Slamet via Bambangan, Purbalingga. Perjalanan panjang kami tempuh dengan menggunakan motor kesayanganku, Shogun 125 yang kuberi nama Sheggy. Dalam perjalanan pun tak lupa untuk sholat dzuhur di SPBU daerah Temanggung. Cuaca mendung menyelimuti kami sesampainya Tanjakan-Turunan curam daerah Kledung. Dan benar saja sesampainya di Wonosobo hujan turun begitu derasnya. Di tengah guyuran hujan deras kami mampir di warung Mie Onglok pinggir Jl. Kyai Muntang, khas Wonosobo untuk menghangatkan diri. Tak lupa juga kami memesan sate ayam yang gurih-gurih nyoy untuk menambah cita rasa dari Mie Ongklok yang dibumbui rasa pedas. Intinya \m/antablah rasanya (y) saat disantap selagi hangat pada suasana hujan :D.

Mie Ongklok + Sate Ayam + Es Teh :D
Mie Ongklok + Sate Ayam + Es Teh :D

Menjelang senja, hujan mulai reda. Kami memulai perjalanan lagi. Tiba-tiba hujan deras mengguyur kami. Mau tidak mau kami berteduh lagi sekaligus sholat Ashar. Hujan pun masih tak kunjung reda. Kami nekat melanjutkan perjalanan dengan memakai jas hujan. Jalanan Wonosobo-Banjarnegara bak aliran sungai kala itu. Ban Sheggy sesekali selip. Namun dengan handalnya @masjun_krik mampu melahap jalanan yang berlubang dan banyak tambalan itu secara aman-aman saja. Sesampainya pertigaan Klampok atau persimpangan arah Banjarnegara – Banyumas/Purbalingga, kami membuka lapak di depan toko retail untuk beristirahat, memasak mie dan membuat kopi. Tak lupa juga membeli perlengkapan logistik untuk pendakian nanti. Cukup lama kami beristirahat dan semakin malam hujan pun tak kunjung reda. Kami putuskan melanjutkan perjalanan lagi agar sampai basecamp tidak terlalu larut malam. Di Kota Purbalingga hujan tambah deras. Karena sudah malam dan penglihatan agak kurang, kami banyak tanya pada warga sekitar untuk menuju arah Bobotsari/Pendakian Slamet. Selepas kota Purbalingga hujan sudah reda. Sekitar 7 km Jl. Purbalingga – Bobotsari kami sampai di Pertigaan Serayu. Tak berbeda jauh dengan tempat lain karena di Pertigaan Serayu ada Pak Ogahnya hehehe. Setelah bertanya-tanya sama Pak Ogah yang katanya basecamp masih jauh dan tidak ada SPBU lagi di atas, maka kami mencari SPBU yang tak jauh dari pertigaan untuk mengisi bahan bakar. Kan nggak lucu banget kan ya? Kalau kehabisan bensin di tengah hutan, malam-malam, sepi, jalur banyak tanjakan curam, apalagi buta jalur karena ini adalah pertama kalinya mendaki Gunung Slamet :D.

Dan benar saja selepas Pertigaan Serayu, kami melewati tanjakan demi tanjakan. Jalan begitu gelap dan sepi. Saingan kami hanya mobil-mobil pengakut sayur yang kesulitan menanjak. Setelah mobil pengakut sayur tertinggal jauh, jalanan kemudian sepi lagi meskipun melewati beberapa kampung. Cukup ngeri juga kalau nyasar atau bahkan ke begal hihihi -_-. Alhamdulillah akhirnya kami ketemu Akamsi (Anak Kampung Sini) yang tak segan memberi tahu lokasi Basecamp Pendakian Gunung Slamet. Finally, kami sampai di pertigaan Desa Kutabawa – arah Pemalang. Kemudian belok kiri menuju desa terakhir di kaki Gunung Slamet, Dukuh Bambangan. Kami sampai di Basecamp dan parkir Sheggy pukul 21.00. Perjalanan jauh diterpa hujan seharian, tak ayal membuat raga menjadi lelah. Setidaknya nasi rames dan hangatnya kopi di Basecamp bisa menjadi obat penglipur lelah. Setelah maghrib dan Isa di masjid, kami tidur. Bersiap agar fisik pendakian pagi besok menjadi lebih segar. Suasana Dukuh Bambangan benar-benar ramai oleh pendaki yang akan mendaki ataupun yang sudah turun. Mereka berasal darimana-mana. Mungkin mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Yaitu menggapai atap tertinggi Jawa Tengah, Puncak Gunung Slamet 3428 mdpl. Kemudian kembali ke keluarga masing-masing dengan selamat.

Kedai Basecamp
Kedai Basecamp


Basecamp Utama (Simaksinya disini)
Basecamp Utama (Wajib Simaksi disini)

Salam Jun_krikers J