EKSPEDISI ATAP TERTINGGI JAWA TENGAH #1
Gerbang Pendakian Gunung Slamet via Bambangan
Libur telah tiba, libur telah
tiba, Hore! Hore! Hore! Yeah, liburan
telah tiba. Liburan kali ini adalah libur lebaran. Ku sempatkan diri mendaki
Gunung Slamet 3428 mdpl, atap tertingginya Jawa Tengah. Yeah setelah sekian
lama menanti kesempatan itu semenjak waktu kuliah yang selalu saja batal
hahaha. Pendakian kali ini cukup istimewa karena dilakukan dengan berdua saja dengan
Sidiq, adikku sendiri.
Senin pagi , 11 Juli 2016. Kami berangkat
dari rumah. Tak lupa pamit dengan orang tua tercintah :*. Cuaca pagi itu masih
cerah, kami mampir dulu ke Camel Outdoor, Solo yang sudah menjadi langganan
kami untuk nyewa alat pendakian seperti tenda, matrass, dll. Testimoni untuk
rental outdoor ini, pelayanannya yang sangat bersahabat dan harga rental yang miring
cocok untuk kami yang berkantong pas-pas an hehehe. Setelah packing segala
peralatan sekitar pukul 10.30, kami melanjutkan perjalanan ke Basecamp Pendakian
Gunung Slamet via Bambangan, Purbalingga. Perjalanan panjang kami tempuh dengan
menggunakan motor kesayanganku, Shogun 125 yang kuberi nama Sheggy. Dalam perjalanan
pun tak lupa untuk sholat dzuhur di SPBU daerah Temanggung. Cuaca mendung
menyelimuti kami sesampainya Tanjakan-Turunan curam daerah Kledung. Dan benar saja
sesampainya di Wonosobo hujan turun begitu derasnya. Di tengah guyuran hujan
deras kami mampir di warung Mie Onglok pinggir Jl. Kyai Muntang, khas Wonosobo
untuk menghangatkan diri. Tak lupa juga kami memesan sate ayam yang gurih-gurih
nyoy untuk menambah cita rasa dari Mie Ongklok yang dibumbui rasa pedas. Intinya
\m/antablah rasanya (y) saat disantap selagi hangat pada suasana hujan :D.
Mie Ongklok + Sate Ayam + Es Teh :D
Menjelang senja, hujan mulai
reda. Kami memulai perjalanan lagi. Tiba-tiba hujan deras mengguyur kami. Mau tidak
mau kami berteduh lagi sekaligus sholat Ashar. Hujan pun masih tak kunjung
reda. Kami nekat melanjutkan perjalanan dengan memakai jas hujan. Jalanan Wonosobo-Banjarnegara
bak aliran sungai kala itu. Ban Sheggy sesekali selip. Namun dengan handalnya @masjun_krik
mampu melahap jalanan yang berlubang dan banyak tambalan itu secara aman-aman
saja. Sesampainya pertigaan Klampok atau persimpangan arah Banjarnegara – Banyumas/Purbalingga,
kami membuka lapak di depan toko retail untuk beristirahat, memasak mie dan
membuat kopi. Tak lupa juga membeli perlengkapan logistik untuk pendakian
nanti. Cukup lama kami beristirahat dan semakin malam hujan pun tak kunjung
reda. Kami putuskan melanjutkan perjalanan lagi agar sampai basecamp tidak terlalu
larut malam. Di Kota Purbalingga hujan tambah deras. Karena sudah malam dan penglihatan
agak kurang, kami banyak tanya pada warga sekitar untuk menuju arah
Bobotsari/Pendakian Slamet. Selepas kota Purbalingga hujan sudah reda. Sekitar 7
km Jl. Purbalingga – Bobotsari kami sampai di Pertigaan Serayu. Tak berbeda jauh
dengan tempat lain karena di Pertigaan Serayu ada Pak Ogahnya hehehe. Setelah bertanya-tanya
sama Pak Ogah yang katanya basecamp masih jauh dan tidak ada SPBU lagi di atas,
maka kami mencari SPBU yang tak jauh dari pertigaan untuk mengisi bahan bakar.
Kan nggak lucu banget kan ya? Kalau kehabisan bensin di tengah hutan,
malam-malam, sepi, jalur banyak tanjakan curam, apalagi buta jalur karena ini adalah
pertama kalinya mendaki Gunung Slamet :D.
Dan benar saja selepas Pertigaan
Serayu, kami melewati tanjakan demi tanjakan. Jalan begitu gelap dan sepi.
Saingan kami hanya mobil-mobil pengakut sayur yang kesulitan menanjak. Setelah mobil
pengakut sayur tertinggal jauh, jalanan kemudian sepi lagi meskipun melewati
beberapa kampung. Cukup ngeri juga kalau nyasar atau bahkan ke begal hihihi
-_-. Alhamdulillah akhirnya kami ketemu Akamsi (Anak Kampung Sini) yang tak
segan memberi tahu lokasi Basecamp Pendakian Gunung Slamet. Finally, kami sampai
di pertigaan Desa Kutabawa – arah Pemalang. Kemudian belok kiri menuju desa
terakhir di kaki Gunung Slamet, Dukuh Bambangan. Kami sampai di Basecamp dan
parkir Sheggy pukul 21.00. Perjalanan jauh diterpa hujan seharian, tak ayal
membuat raga menjadi lelah. Setidaknya nasi rames dan hangatnya kopi di
Basecamp bisa menjadi obat penglipur lelah. Setelah maghrib dan Isa di masjid,
kami tidur. Bersiap agar fisik pendakian pagi besok menjadi lebih segar. Suasana
Dukuh Bambangan benar-benar ramai oleh pendaki yang akan mendaki ataupun yang
sudah turun. Mereka berasal darimana-mana. Mungkin mempunyai tujuan yang sama
dengan kami. Yaitu menggapai atap tertinggi Jawa Tengah, Puncak Gunung Slamet
3428 mdpl. Kemudian kembali ke keluarga masing-masing dengan selamat.
Kedai Basecamp
Basecamp Utama (Wajib Simaksi disini)
Salam Jun_krikers J