Selasa, 17 Maret 2015

Nengok Merbabu dengan Adikku

Nengok Merbabu dengan Adikku









25/12/2014
Masih dalam suasana minggu tenang sebelum Ujian Akhir Semesterku yang ke-7. Aku berkesempatan menengok Gn. Merbabu dengan adikku saja, Sidiq namanya, karena temanku membatalkan keikut sertaanya dalam pendakian ini. Ini akan menjadi pendakian pertama Ke Merbabu buat adikku, setelah sebelumnya pernah kuajak mendaki ke Lawu dan Merapi. Namun bulan Desember bukanlah bulan yang nyaman untuk melakukan pendakian. Kami harus siap dengan segala kerempongan yang ada, hujan bahkan diterpa badai. Selain itu kami melakukan pendakian ini karena akan menuntaskan sebuah misi masing-masing hehehe. Mungkin misi adikku ini paling krusial karena akan membuktikan kalau bisa sampai puncak maka dia akan semangat dan sukses menghadapi UN SMP nya tahun 2015 ini J.
Pagi itu masih cerah, kami berangkat dari rumah kami di Sragen kemudian mampir dulu di Solo untuk menyewa alat-alat. Setelah perbekalan dan alat komplit, cuss kami menuju basecamp pendakian Gn. Merbabu via Selo, Boyolali. Di Selo kami tak lupa mampir dulu untuk sarapan agar menambah tenaga dalam pendakian dan Sholat dzuhur dijamak Ashar J. Terlihat gelap angkasa yang memuntahkan liurnya di Puncak Merbabu. Kami berangkat menuju basecamp dan terasa sekali angin dingin. Kami mulai mendaki pukul 03.00 sore. Jalur yang licin sehabis hujan tak menyurutkan langkah dan nyali kami untuk mendaki. Post 1 dan post 2 yang masih berada di dalam hutan Gn. Merbabu sudah terlewati. Vegetasi mulai terbuka. Sampailah kami di post 3 pada saat sunset. Sunset sore itu begitu indah karena kami sudah berada di atas awan. Namun sunset yang terbenam tak sejingga tanpa dia disini. Yeah, entah saat itu aku memang sedang merindukan seseorang hahaha.
Langit sudah gelap. Cuaca sangat cerah. City light Jogja, Solo, Magelang terlihat cantik menemani cahaya bintang di langit. Kami mulai mendaki lagi dengan senter sebagai penerangan. Mengekor di belakang rombongan dari berbagai daerah. Namun punya satu tujuan yaitu sampai puncak. Bukit yang kami daki setelah post 3 ini sangat terjal dan licin. Namun ada tambang yang memudahkan untuk berpegangan dan menyatukan langkah kami. Sampailah kami di post sabana 1. Nampaknya adikku sudah mulai lelah untuk melanjutkan sampai post sabana 2. Yeah, kami membuka tenda di post sabana 1. Kemudian masak dan tidur.
26/12/2014
Pagi hari saat subuh kami dikagetkan oleh hembusan angin yang sangat kencang. Badai rupanya. Tenda bergoyang-goyang namun masih aman karena tenda berada di tengah petak edelweiss yang tinggi. Kulihat di luar kabut begitu tebal. Hawa begitu dingin. Kami masak lagi supaya badan kembali hangat. Badai tak juga reda. Sunrise yang dinanti tak terlihat. Kami menunggu badai reda saja dalam tenda. Mencoba tidur lagi namun tidak bisa. Yeah, kami berangkat muncak pukul 08.00 setelah ngopi. Kabut tebal menjadi teman seperjalanan kami melewati post sabana 2 sampai puncak. Yeah, kami di puncak pertama yaitu puncak triangulasi pada pukul 09.30. Mentari sedikit malu-malu menampakkan sinarnya hingga kemudian tertutup kabut tebal. Kami lanjut ke puncak kedua yang tidak begitu jauh yaitu puncak kentengsongo. Sampai di kentengsongo, kami masak dan ngopi lagi. Sayang di puncak masih berkabut tebal. Tak terlihat pemandang indah. Yeah, tak apalah. Namanya juga mendaki di musim hujan. Yang terpenting kami sampai di puncak. Ada plang yang menunjukkan kami sudah berada di puncak yang menjadikan objek untuk berfoto mengabadikan moment. Missi kami terselesaikan karena sudah sampai puncak. Kami turun gunung masih ditemani kabut hingga post sabana 1 dimana tenda kami berada.
Siang hari, cuaca tampak lebih bersahabat. Kabut mulai menipis. Setelah bongkar tenda kami turun gunung dengan hati-hati karena jalur sangat licin. Setelah post 3 dan post 2 terlewati, kami diguyur oleh air liur angkasa. Kami malas memakai jas hujan karena begitu menikmatinya. Kami sampai basecamp pukul 03.00. Tepat pada saat hujan reda bahkan mentari begitu menyengat. Setelah bersih-bersih kami pulang ke rumah namun mampir dulu di Solo mengembalikan alat-alat.
Yeah, missi pendakian dengan adikku kali ini sukses karena kami berangkat, sampai puncak, dan pulang dengan selamat. Terima kasih ya Allah.

Salam Jun_krikers J

Air Terjun di Hutan Kampus UNDIP

Air Terjun Tersembunyi di Hutan Kampus UNDIP






15/12/2014
Kemajuan teknologi informasi saat ini memudahkan kita untuk mengeksplore suatu tempat yang belum pernah terjamah dan terekspose. Yeah, disitulah surganya informasi bagi para jiwa petualang yang tak pernah bosan dan tak pernah lepas dari rasa penasaran untuk keluar dari zona nyamannya. Sekedar untuk mengisi luang, refreshing bahkan lari dari kenyataan bahwa kesibukan atau mungkin kegalauan akan membuatmu menjadi gila. Tak dipungkiri oleh diriku sendiri.
Kini aku mencoba mengeksplore suatu tempat yang belum terjamah dan terekspose secara maksimal. Yeah, tempat itu adalah sebuah Air Terjun tersembunyi yang masih berada di Lingkungan sekitar kampusku, UNDIP Semarang. Info yang kudapat memang begitu samar terdengar. Hanya lewat mulut ke mulut saja. Atau mungkin sudah terposting di media sosial. Namun postingan tersebut sudah hilang entah kemana. Membuat rasa penasaran yang muncul dalam benak jiwaku tak bisa tertahankan. Aku pun tak bisa menolak ketika ajakan teman se jurusanku sekaligus teman kostku, Ferri untuk mencoba mencari lokasi air terjun tersebut berada. Oke fix, setelah Ashar, kami berangkat dari kost kami yang berada di Bukit Diponegoro. Berjalanan kaki menanjak, berbekal air minum dan beberapa helai rokok. Salam hangat sapaan aa’ aa’ burjo katineung kami balas dengan senyuman J. Yeah, kami akan mampir ngeburjo jika misi ini telah usai :D.
Dari depan burjo tersebut, kami ke arah bukit-bukit yang biasanya digunakan adu ketangkasan oleh pengendara motorcross. Jejak yang dibuatnya seakan menjadi jalur kutu yang berada di kepala pelontos. Kami mengikuti jejak-jejak itu namun tak menemukan lokasi air terjun berada. Dimanakah engkau gerangan? Kami sudah berputar-putar mencarimu -_-.
Di bukit-bukit yang gersang dan rawan longsor ini dibelah oleh sebuah sungai. Yeah, sudah pasti air terjun adalah bagian dari aliran air suatu sungai yang memiliki kecuraman tertentu :p. Kami pun melipir berjalan diatas tebing rawan longsor mengikuti arah hulu sungai itu. Dalam pelipiran ini kami harus melewati sampah-sampah pembuangan akhir. Bau dari berbagai bangkai hidup dan mati teroplos menjadi satu di indera penciuman yang tak lagi tajam. Yeah, di bawah gunungan sampah inilah air terjun tersembunyi itu berada. Tak begitu tinggi memang. Mungkin sekitar 4 meter. Meskipun begitu, kami harus menjadi orang-orang terpilih yang mampu mencapai lokasi tersebut. Air terjun itu  menghipnotisku seakan seperti menjadi tempat untuk kembali pulang. Namun tak mungkin untuk turun ke bawah karena medannya yang ekstrim. Oke fix, kami harus mengikuti arah hulu sungai lagi, turun ke bawah kemudian menuju air terjun.
Langit senja masih berpihak pada kami. Hujan yang digadang-gadang akan turun masih tertunda. Hutan belakang perumahan elit Permata Hijau kami lewati dengan was-was. Terjangan nyamuk kebon atau serangan tiba-tiba dari ular berbisa harus siap dihadapi. Yeah, akhirnya kami menemukan spot untuk menyebarangi sungai karena tidak begitu curam. Sungainya masih cetek dengan warna sedikit kekuningan. Kemudian kami mendaki bukit lagi. Di atas bukit kami bertemu penggembala kerbau beserta kerbaunya yang asyik memakan rumput. Tak ada salam sapa karena senyum kami terabaikan. Yeah, sudahlah :p.
Langkah demi langkah terjalin bersama hembusan nafas yang masih stabil. Kami kehilangan jejak dimana lokasi air terjun berada karena tak ada jalan menuju kesana. Terpaksa mendaki bukit yang lain, kami menemukan sungai dan menyeberanginya. Melipir pinggiran sungai menuju hilir. Di pelipiran ini kami masuk hutan yang sangat lebat dan gelap. Semak berduri membuat baret di kaki. Lama kelamaan semak menjadi sangat liar dan terlalu riskan untuk dilewati. Yeah, kami pun nyemplung menyisir ke dalam sungai. Keluarlah kami dari hutan. Di lembah sungai ini pemandangan begitu eksotis di keliingi tebing-tebing tanah merah namun banyak yang longsor. Batu-batu besar di sungai ini seperti berada di sebuah pegunungan yang asri berpadu dengan gemercik suara deras aliran airnya. Yeah, seperti bukan berada di Kota Semarang saja :D. 
Kami menyusur sungai sampai di akhir batu-batu besar. Kami tak menemukan air terjun. Kami harus balik lagi menyusur sungai sampai ke sebuah percabangan sungai. Dalam penyusuran sungai ini lagi-lagi kami masuk hutan yang lebat dan gelap seperti lorong hitam. Hawa tidak enak sangat terasa di hutan ini, entah apa cuma perasaanku saja. Tetapi bulu kudukku merinding sangat hebat seperti bulu kucing yang sedang bertengkar. Ada banyak suara burung seakan tertawa bahkan marah, mengusir kami agar segera pergi dari lokasi hutan ini. Ferri masih di belakangku seperti enggan untuk menyusulku yang sudah di tengah terowongan hutan ini. Kalau dilihat dari mimik mukanya, mungkin dia takut. Yeah, akhirnya aku balik lagi menghampirinya. Rasa penasaranku akan air terjun tak bisa terbendung lagi. Aku sudah sampai sejauh ini. Aku harus sampai air terjun entah melewati lorong hutan itu. Apakah harus pulang dengan tangan hampa? Rrraaaawwwrrr. Entah aku cukup kesal. Kami balik lagi ke percabangan sungai tadi.
Tiba di percabangan sungai, aku mendengar suara surga. Yeah, suara deras air terjun mengalir. Mungkin tadi kami salah ambil percabangan sungai sehingga masuk ke lorong hutan entah berantah :D. kami masuk percabangai sungai satunya. Tak ada batu yang mudah dipijak karena licin. Terpaksa kami nyemplung sungai sedalam paha kaki. Dan akhirnya. Yeah, kami menemukan air terjunnya. Air Terjun Tersembunyi di Lingkungan sekitar kampusku. Airnya tak begitu jernih. Bahkan bisa dibilang kotor dan berwarna kuning. Namun aku merasa puas setelah perjuangan berat untuk mencapai lokasi air terjun ini.
Waktu sudah hampir maghrib. Kami tak mungkin balik lagi menempuh jalur yang sama seperti saat menemukan air terjun karena kami tak membawa penerangan lampu. Yeah, ini boomerang buat kami. Kami terpaksa memanjat tebing sekitar 4 meter dengan bantuan akar-akar pohon sebagai pegangan dan pijakan. Tanah-tanah yang terpijak juga beberapa kali longsor. Ditambah gangguan bau bangkai anjing yang dikerubungi lalat. Kami sampai juga di atas, di samping gunungan sampah-sampah. Kami lanjut ngeburjo untuk menghilangkan dahaga dan kemudian pulang ke kost dengan rasa penasaran yang terpuaskan akan Air Terjun Tersembunyi. Di ujung perjalanan yang sulit pasti ada surga yang tersembunyi :D.


Balada : Jurang Pemisah antara Mama dan Ibu

Jurang Pemisah antara Mama dan Ibu

Mama
Ketiadaanmu membuatku semakin sadar dari masa kekanak-kanak-anku
Membuatku semakin sadar bahwa aku harus menjadi lebih dewasa
Membuatku menjadi lebih kuat meskipun diterpa badai
Membuatku menjadi tinggi untuk meraih puncak mimpi
Andai kau masih ada
Aku ingin mempersembahkan kebahagiaan untukmu
Jasamu melahirkanku dan membesarkanku hingga 20 tahun
Tak kan tergantikan oleh siapapun
Yeah, mungkin diantara semua anakmu
Akulah yang paling beruntung
Karena pertama kali dilahirkan dari rahimmu
Dibandingkan adikku yang masih terlalu dini untuk kau tinggalkan
Kata-kata terakhirmu masih mengumandang di telingaku
Disaat aku masih berjuang meraih mimpiku
Dan belum bisa membahagiakanmu saat hidup di dunia
Disitu kadang aku merasa sedih
Kini aku hanya bisa berdo’a untuk kebahagianmu di surga
Mama
Apakah kamu sedih jika peranmu digantikan oleh seorang ibu?
Yeah, ibu tiri, ibu yang baru
Yang bahkan aku tak tahu asalnya
Yang berperan disaat aku mulai dewasa
Yang berperan disaat adikku mulai remaja
Awalnya aku tak begitu menerimanya
Bahkan mantan pacarku malah memaki bapak
meskipun tak memaki didepannya langsung
Yeah, dia bukan pacar yang baik disaat aku butuh pendapatnya
Maka kutinggalkan saja dia
Mama
Kini asal kau tahu
Dia si Ibu tiri itu
Dia cukup mampu menjalankan perannya dengan baik
Tak sejahat seperti yang kukira dalam drama sinetron
Bapak dan adikku juga terlihat bahagia dengannya
Yeah, dia adalah ibu tiri yang baik
Aku juga sudah menerimanya sebagai Ibu
Meskipun begitu
Aku tak dapat melupakanmu

Mama

Balada : Budak Rasionalisme

Budak Rasionalisme

Untukmu yang diperbudak rasionalisme
Yang melihat dari sisi luar
Tanpa melihat sisi dalam
Yang memperoleh secara instan
Tanpa perjuangan
Yang merampas mimpi kaum marjinal
Tanpa berpikir panjang
Apakah itu puas untukmu?
Apakah kau punya hati dan perasaan?
Mungkin juga tidak
Semakin waktu berputar
Waktu akan menjawabnya

Mana si Pemenang dan mana si Pecundang
yang sebenarnya