Selasa, 17 Maret 2015

Air Terjun di Hutan Kampus UNDIP

Air Terjun Tersembunyi di Hutan Kampus UNDIP






15/12/2014
Kemajuan teknologi informasi saat ini memudahkan kita untuk mengeksplore suatu tempat yang belum pernah terjamah dan terekspose. Yeah, disitulah surganya informasi bagi para jiwa petualang yang tak pernah bosan dan tak pernah lepas dari rasa penasaran untuk keluar dari zona nyamannya. Sekedar untuk mengisi luang, refreshing bahkan lari dari kenyataan bahwa kesibukan atau mungkin kegalauan akan membuatmu menjadi gila. Tak dipungkiri oleh diriku sendiri.
Kini aku mencoba mengeksplore suatu tempat yang belum terjamah dan terekspose secara maksimal. Yeah, tempat itu adalah sebuah Air Terjun tersembunyi yang masih berada di Lingkungan sekitar kampusku, UNDIP Semarang. Info yang kudapat memang begitu samar terdengar. Hanya lewat mulut ke mulut saja. Atau mungkin sudah terposting di media sosial. Namun postingan tersebut sudah hilang entah kemana. Membuat rasa penasaran yang muncul dalam benak jiwaku tak bisa tertahankan. Aku pun tak bisa menolak ketika ajakan teman se jurusanku sekaligus teman kostku, Ferri untuk mencoba mencari lokasi air terjun tersebut berada. Oke fix, setelah Ashar, kami berangkat dari kost kami yang berada di Bukit Diponegoro. Berjalanan kaki menanjak, berbekal air minum dan beberapa helai rokok. Salam hangat sapaan aa’ aa’ burjo katineung kami balas dengan senyuman J. Yeah, kami akan mampir ngeburjo jika misi ini telah usai :D.
Dari depan burjo tersebut, kami ke arah bukit-bukit yang biasanya digunakan adu ketangkasan oleh pengendara motorcross. Jejak yang dibuatnya seakan menjadi jalur kutu yang berada di kepala pelontos. Kami mengikuti jejak-jejak itu namun tak menemukan lokasi air terjun berada. Dimanakah engkau gerangan? Kami sudah berputar-putar mencarimu -_-.
Di bukit-bukit yang gersang dan rawan longsor ini dibelah oleh sebuah sungai. Yeah, sudah pasti air terjun adalah bagian dari aliran air suatu sungai yang memiliki kecuraman tertentu :p. Kami pun melipir berjalan diatas tebing rawan longsor mengikuti arah hulu sungai itu. Dalam pelipiran ini kami harus melewati sampah-sampah pembuangan akhir. Bau dari berbagai bangkai hidup dan mati teroplos menjadi satu di indera penciuman yang tak lagi tajam. Yeah, di bawah gunungan sampah inilah air terjun tersembunyi itu berada. Tak begitu tinggi memang. Mungkin sekitar 4 meter. Meskipun begitu, kami harus menjadi orang-orang terpilih yang mampu mencapai lokasi tersebut. Air terjun itu  menghipnotisku seakan seperti menjadi tempat untuk kembali pulang. Namun tak mungkin untuk turun ke bawah karena medannya yang ekstrim. Oke fix, kami harus mengikuti arah hulu sungai lagi, turun ke bawah kemudian menuju air terjun.
Langit senja masih berpihak pada kami. Hujan yang digadang-gadang akan turun masih tertunda. Hutan belakang perumahan elit Permata Hijau kami lewati dengan was-was. Terjangan nyamuk kebon atau serangan tiba-tiba dari ular berbisa harus siap dihadapi. Yeah, akhirnya kami menemukan spot untuk menyebarangi sungai karena tidak begitu curam. Sungainya masih cetek dengan warna sedikit kekuningan. Kemudian kami mendaki bukit lagi. Di atas bukit kami bertemu penggembala kerbau beserta kerbaunya yang asyik memakan rumput. Tak ada salam sapa karena senyum kami terabaikan. Yeah, sudahlah :p.
Langkah demi langkah terjalin bersama hembusan nafas yang masih stabil. Kami kehilangan jejak dimana lokasi air terjun berada karena tak ada jalan menuju kesana. Terpaksa mendaki bukit yang lain, kami menemukan sungai dan menyeberanginya. Melipir pinggiran sungai menuju hilir. Di pelipiran ini kami masuk hutan yang sangat lebat dan gelap. Semak berduri membuat baret di kaki. Lama kelamaan semak menjadi sangat liar dan terlalu riskan untuk dilewati. Yeah, kami pun nyemplung menyisir ke dalam sungai. Keluarlah kami dari hutan. Di lembah sungai ini pemandangan begitu eksotis di keliingi tebing-tebing tanah merah namun banyak yang longsor. Batu-batu besar di sungai ini seperti berada di sebuah pegunungan yang asri berpadu dengan gemercik suara deras aliran airnya. Yeah, seperti bukan berada di Kota Semarang saja :D. 
Kami menyusur sungai sampai di akhir batu-batu besar. Kami tak menemukan air terjun. Kami harus balik lagi menyusur sungai sampai ke sebuah percabangan sungai. Dalam penyusuran sungai ini lagi-lagi kami masuk hutan yang lebat dan gelap seperti lorong hitam. Hawa tidak enak sangat terasa di hutan ini, entah apa cuma perasaanku saja. Tetapi bulu kudukku merinding sangat hebat seperti bulu kucing yang sedang bertengkar. Ada banyak suara burung seakan tertawa bahkan marah, mengusir kami agar segera pergi dari lokasi hutan ini. Ferri masih di belakangku seperti enggan untuk menyusulku yang sudah di tengah terowongan hutan ini. Kalau dilihat dari mimik mukanya, mungkin dia takut. Yeah, akhirnya aku balik lagi menghampirinya. Rasa penasaranku akan air terjun tak bisa terbendung lagi. Aku sudah sampai sejauh ini. Aku harus sampai air terjun entah melewati lorong hutan itu. Apakah harus pulang dengan tangan hampa? Rrraaaawwwrrr. Entah aku cukup kesal. Kami balik lagi ke percabangan sungai tadi.
Tiba di percabangan sungai, aku mendengar suara surga. Yeah, suara deras air terjun mengalir. Mungkin tadi kami salah ambil percabangan sungai sehingga masuk ke lorong hutan entah berantah :D. kami masuk percabangai sungai satunya. Tak ada batu yang mudah dipijak karena licin. Terpaksa kami nyemplung sungai sedalam paha kaki. Dan akhirnya. Yeah, kami menemukan air terjunnya. Air Terjun Tersembunyi di Lingkungan sekitar kampusku. Airnya tak begitu jernih. Bahkan bisa dibilang kotor dan berwarna kuning. Namun aku merasa puas setelah perjuangan berat untuk mencapai lokasi air terjun ini.
Waktu sudah hampir maghrib. Kami tak mungkin balik lagi menempuh jalur yang sama seperti saat menemukan air terjun karena kami tak membawa penerangan lampu. Yeah, ini boomerang buat kami. Kami terpaksa memanjat tebing sekitar 4 meter dengan bantuan akar-akar pohon sebagai pegangan dan pijakan. Tanah-tanah yang terpijak juga beberapa kali longsor. Ditambah gangguan bau bangkai anjing yang dikerubungi lalat. Kami sampai juga di atas, di samping gunungan sampah-sampah. Kami lanjut ngeburjo untuk menghilangkan dahaga dan kemudian pulang ke kost dengan rasa penasaran yang terpuaskan akan Air Terjun Tersembunyi. Di ujung perjalanan yang sulit pasti ada surga yang tersembunyi :D.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar