Jumat, 16 Desember 2016

#TimnasDay

#TimnasDay


“ Katanya bola kita rusuh, katanya bola tak bermutu, tapi kami berjanji untuk selalu setia mendukung bola negeri ini, politik berkelahi, saling caci maki, bagi kami FOOTBALL FOR UNITY”.
Yeah, saat ini Bangsa Indonesia sedang gerah dengan suasana politik yang nggak jelas. Tak jelas kapan dan siapa yang memulai. Yang benar siapa? yang salah siapa? Mereka merasa paling benar dengan menggiring opini-opini ke publik yang mayoritas bersumbu pendek. Perbedaan pendapat dari golongan berbeda pun bisa jadi bahan untuk dicaci maki dan dibully. Benar-benar sungguh miris di Negara Republik Indonesia yang katanya “Bhinneka Tunggal Ika”. Apakah itu hanya slogan semata? Hahaha. Mari kita lupakan persoalan politik tai kucing. Mari kita dukung para pejuang, pahlawan Bangsa kita, Timnas Indonesia untuk meraih prestasi menjadi juara AFF suzuki cup 2016 #mendadaknasionalis.
“Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, Ku yakin hari ini pasti menang”.
“Kobarkan semangatmu, tunjukkan sportifitasmu, Ku yakin hari ini pasti menang”.


Persepakbolaan Indonesia baru saja pulih dari hukuman FIFA yang menyebabkan hilangnya kompetisi sepakbola dalam negeri setahun lebih. Pada turnament terbesar di Asia tenggara ini, perjalanan Timnas Indonesia sungguh dramatis. Timnas Indonesia berada di grup neraka bersama Thailand, Filipina dan Singapura. Terseok-seok dengan hasil Kalah dari Thailand 4-2, Imbang dengan Filipina 2-2 dan Menang di laga pamungkas melawan Singapura 2-1, sehingga berhak lolos ke semifinalsebagai runner-up Grup A dan menghadapi Vietnam yang menjadi juara di Grup B. Pertandingan semifinal leg-1 diselenggarakan di Stadion Pakansari, Cibinong, Kab. Bogor pada tanggal 3 Desember 2016. Stadion baru yang berkapasitas 30.000 penonton tersebut memberikan tuahnya pada tuan rumah sehingga Indonesia menang 2-1 pada semifinal leg-1. Leg-2, tanggal 7 Desember 2016 di Vietnam pun, Indonesia masih beruntung bisa menahan Vietnam 2-2 secara dramatis melalui goal pinalty Manahati Lestusen di perpanjangan waktu. Timnas Indonesia pun lolos ke final dengan agregat 4-3 dan dipastikan akan menghadapi Thailand yang menang agregat 6-0 dari Myanmar.


Animo masyarakat Indonesia untuk menyaksikan sepak bola sebagai hiburan rakyat selalu tinggi. Namun, sejak dulu sampai sekarang, federasinya seakan tak becus  mengurusnya karena masih ada aktor politik yang bernaung di dalamnya. Apalagi ketika ingin melihat Timnas bertanding, masyarakat Indonesia yang #mendadaknasionalis juga dipersulit soal tiket. Seakan terbiasa bagiku yang mengikuti dunia persuporteran di Indonesia yang keras dan kejam sejak masih remaja labil, mengawal tim lokal kebanggaan di tribun kota sendiri maupun di tribun kota sang lawan hingga membela diri dari aksi timpuk menimpuk batu. Sempat nekat ke Jakarta hanya bermodalkan uang Rp. 31.000,- bersama teman-temanku dari Solo naik kereta hanya untuk menonton Timnas Indonesia di Final AFF menghadapi Malaysia pada tahun 2010. Sayang Indonesia harus gigit jari karena kalah agregat 4-2 (kalau tidak salah). Rencananya sih aku cuma mau nobar di luar stadion karena nggak punya uang buat beli tiket (maklum masih sekolah). Tetapi sungguh ajaib, saat itulah aku bisa masuk stadion GBK untuk pertama kali menonton Timnas Indonesia meski tanpa tiket dan lewat bobolan di waktu jeda sebelum babak kedua. Yeah, luar biasa atmosfirnya dengan 80.000 orang full dalam stadion dan puluhan ribu lainnya di luar stadion. Tak peduli mau garis keras suporter dari Sabang sampai Merauke, mau Pasoepati-Brajamusti-The Jak-Viking-Bonek-Arema dll semua menjadi satu mendukung Timnas. Yeah, FOOTBALL for UNITY? Rindu masa-masa itu :D.


Pada akhir tahun 2016 ini, Alhamdulillah aku sudah bisa berpenghasilan dan berdomisili di Jabodetabek. Aku pun kembali merasakan gairah menonton Timnas dan susahnya mencari tiket. Mulai dari sistem ticketing online di web yang servernya lemot hingga menunggu lama sampai pada tahap pembayarannya tak merakyat, yaitu menggunakan credit card. Apalah aku cuma rakyat kecil, lose dah L. Kemudian diadakannya penjualan tiket offline di GBK H-1 sebelum laga semifinal membuatku tak putus semangat. Hari itu aku berangkat subuh kesana, alhamdulillah setelah ikut antrian yang terbilang tertib aku mendapat tiket category 3 seharga Rp. 100.000,- untuk semifinal leg-1. Aku melihat pertandingan semifinal dari awal sampai akhir pertandingan.





Beda halnya ketika mencari tiket final leg-1 di Makostrad, Gambir yang katanya untuk menghindari praktik percaloan. Hari itu terlihat kurang siapnya panpel tiket. Tidak adanya besi/pagar pembatas antrian membuat sistem antrian tidak jelas. Tentu saja orang-orang yang antri sambil bermalam atau datang lebih pagi merasa kecewa kemudian ricuh dan tak terkendali. Aku yang kurang tidur dan belum sarapan, berada diantara ribuan orang berdesak-desakan hingga ber jam-jam di bawah terik matahari hanya untuk tiket nonton Timnas. Pada akhirnya aku udah nggak sanggup lagi karena hampir kehabisan nafas, aku yang tak mau memaksakan diri kemudian beristirahat, minum, ngerokok-rokok dulu, kemudian ikut berdesakan lagi. Sayang, hari itu aku gagal mendapatkan tiket final karena tidak kebagian.



Pertandingan final leg-1 diselenggarakan di Stadion Pakansari lagi, pada tanggal 14 Desember 2016. Aku tetap berangkat ke stadion meski terlalu sore dan berharap ada keajaiban seperti 6 tahun yang lalu wkwkwk. Hari saat final leg-1 sangat ramai. Apalagi ada fasilitas bakso gratis dan layar lebar di sekitar stadion. Aku pun muter-muter nyari *mangsa=calo. Ketemu calo yang nawarin tiket category 3 seharga Rp. 300.000,- yang normalnya Rp. 100.000,-. Rasanya pingin mukulin tuh calo :O. Tapi setelah melihat tiketnya benar-benar asli, aku pun membelinya. “Tidak apalah demi Timnas, Tiket semakin menjelang pertandingan susah dicari, Kapan lagi bisa melihat Timnas di Final AFF, uang kalau rezeki nanti bisa dicari lagi”, pikirku. Aku pun menuju Gate 9 untuk masuk ke stadion dan harus antri juga. Sayang, antrian yang panjang memakan waktu lama hingga aku tak sempat menyanyikan lagu kebangsaan “INDONESIA RAYA” di dalam stadion. Pertandingan sudah dimulai, pintu masuk stadion ditutup dan dikunci oleh panitia. Petugas pengamanan tak bisa berbuat banyak. Aku dan ratusan orang lain yang masih tertahan dalam antrian di luar hampir mengamuk dan memaksa masuk. Orang mau nonton Timnas, udah pegang tiket saja masih dipersulit. Lalu, kalau kami tidak bisa masuk stadion apakah ada uang ganti rugi buat beli tiket? Betapa bodohnya pola pikir panpelnya. Akhirnya setelah cukup lama pintu kembali dibuka dan aku bisa masuk stadion. Enggak abis pikir betapa bodohnya para panpel itu. Nah, kalau pun stadion sudah penuh karena ada tiket palsu kenapa mereka bisa masuk di ring-1? Ada gosip yang beredar, ada orang bisa masuk stadion bayar ke petugas dengan beberapa kertas rupiah. Ah, sudahlah, namanya juga INDONESIA :D.




Pertandingan berjalan sangat seru. Indonesia bermain tidak begitu baik di babak pertama sehingga Thailand dapat unggul terlebih dahulu lewat sundulan Teerasil Dangda, 0-1. Di babak kedua Indonesia tampil lebih gahar. Seluruh suporter sebagai pemain ke dua belas di dalam dan luar stadion berkapasitas 30.000 orang, dan jutaan Masyarakat Indonesia yang menonton di layar kaca tak henti-hentinya memberi semangat dan do’a. Ahay!!! Rizky pora menyamakan kedudukan lewat tendangan jarak jauhnya, 1-1. Goal ini membakar semangat Timnas Indonesia dan seluruh suporter indonesia. Hasilnya, Lima menit kemudian, sundulan mematikan Hansamu Yama membuat Indonesia unggul 2-1. Kedudukan tak berubah sampai akhir pertandingan. Gelar juara selangkah lagi.

Pertandingan leg-2 di Bangkok, Thailand pada tanggal 17 Desember 2016 nanti akan menjadi pembuktian apakah Indonesia pantas meraih gelar juara AFF untuk pertama kalinya?

Tunjukkan KITA PASTI BISA,

Gajah memang gagah dan kuat, tapi Garuda bisa terbang lebih tinggi untuk menggapai mimpi J

Minggu, 13 November 2016

Merapi dan Kisah Pemberontakanku

Merapi dan Kisah Pemberontakanku


Pada suatu hari aku dibuat kesal dengan pekerjaan. Yeah, rencana awal  yang katanya aku akan diikutsertakan survei lapangan ke Sumba malah tidak jadi. Padahal aku sudah semangat-semangat buat ngerjain proyeknya. Entahlah, aroma ketidakpastian itu sebenarnya sudah tercium dari tidak diikutsertakannya aku dalam pertemuan pendahuluan dengan pihak konsorsium. Rasa jenuhku dibilik kantor pun semakin menjadi. Rasanya ingin memberontak. Yeah, apa boleh buat dengan strata pendidikan yang masih level-1, mungkin membuat tidak dianggap oleh konsorsium. Padahal tumbalnya kesalahan yang dibuat oleh si level-2 adalah si level-1 wkwkwk. Kalau begini terus bagaimana level-1 bisa berkembang dan menambah pengalaman?

Pemberontakan kulakukan dengan cara mendaki gunung, sebagai bentuk menghadapi angkuh dan congkaknya kesombongan dunia. Dimulai dengan mencari tiket kereta. Tujuan utamanya adalah ke Solo sekalian pulang kampung. Tapi apa daya tiket habis, tinggal menyisakan kereta ke Semarang.

3 November 2016

Hari itu aku ngantor seperti biasanya, kemudian packing. Pukul 23.00 aku berangkat ke Semarang menggunakan Kereta Tawang Jaya dari Stasiun Pasarsenen. Pada saat keberangkatan, aku baru sms si bos buat ijin. Yeah, kok mendadak sekali? Namanya juga pemberontakan hahaha.

4 November 2016

Pukul 06.00 aku tiba di Stasiun Semarangponcol. Keluar dari gerbong kereta, aku menginjakan kaki ku kembali ke Kota Semarang. Kota yang penuh dengan cerita perjuanganku sewaktu kuliah dulu. Hawa khas Kota Semarang yang gerah langsung menyambutku. Serangan pertanyaan sopir taksi di stasiun hanya kubalas senyuman J. Keluar dari stasiun, aku ngopi dulu di warung, sambil menunggu jemputan pribadiku, Ferri wkwkwk.

Selang 1 jam Ferri sampai di warung tempatku ngopi. Langsung saja menuju kost Ferri. Di kostnya, aku leyeh-leyeh dan ngobrol-ngobrol karena lama tak jumpa, tak lupa segelas kopi hitam lagi untuk diseruput berdendangan bersama alunan musik dangdut koplo via vallent hehe. Kami merencanakan pendakian pemberontakan esok hari. Masih belum tahu mau mendaki kemana. Antara Merapi atau Merbabu. Pacarku yang tadinya mau ikut mendaki juga tiba-tiba mengatakan tidak diberi ijin orangtuanya. Cuaca yang tak menentu memang jadi penghalang ijin orang tuanya.

Hari itu aku juga sempat main-main ke kampusku, Kelautan UNDIP. Silahturahmi dengan dosen waliku. Berbagi pengalaman pekerjaanku saat ini dan tak lupa berterimakasih atas nasehat dan bimbingan sewaktu kuliah dulu hehe. Ketemu juga sama Bos Ali, Komting 2011 yang baru lulus Sidang. Selamat ya bro :D.

Setelah Ashar, aku pulang ke Sragen, kampung halamanku. Sampai di rumah malam hari, setelah dijemput oleh Ayah tercinta hehe.

5 November 2016

Hari itu aku bangun rada telat. Sheggy, motor kesayanganku telah lama butuh perawatan. Apalagi nanti mau dibawa melintasi jalur tanjakan yang kejam. Belum sempat mandi aku sudah ke bengkel hehe. Semua siap setelah waktu Sholat Dzuhur. Aku beranjak meninggalkan rumah. Tak lupa pamit dengan Ayah. Aku menyewa tenda dome di Cameel Adventure, Rentalan outdoor langgananku di Solo. Entah, dapat angin apa tiba-tiba Pacarku ingin ikut mendaki. Huft, mendadak sekali. Tapi dia yakin sih, mumpung cuacanya cerah. Tau gitu berangkat tadi pagi kan ya, Mutiara Mutiara hahaha :/.

Oke fix. Setelah perlengkapan siap, aku menuju Klaten menjemput sang kekasih. Pada saat di rumahnya, kami pergi diam-diam wkwkwk. Harus siap, jika aku jadi buronan mertua. Kalau perlu, beli dah kaosnya wkwkwk. Wah, emang benar-benar pendakian pemberontakan ini bro wkwkwk. Kami berhenti di meeting point pertigaan Selo-Boyolali dengan si Ferri. Yeah, sepertinya dia bakal jadi obat nyamuk karena menemani bulan madu wkwkwk. Tapi jangan khawatir sob. Kita bukan pasangan alay kok. Tidak seperti pengalamanku dulu mendaki menemani orang pacaran yang tingkahnya emang bikin aku muak :D. Setelah ketemu si Ferri, kami Maghriban dulu di masjid. Kemudian lanjut membeli logistik pendakian di minimarket. Lanjut sarapan di Pasar Selo. Lalu, Sholat Isa’ di masjid.

Menimbang jalur pendakian Gunung Merbabu yang panjang dan butuh waktu lebih lama, kami memutuskan mendaki Gunung Merapi saja. Pukul 20.30, kami sampai di Basecamp pendakian Gunung Merapi, Barameru. Registrasi pendakian sebesar Rp. 18.500,-/orang. Rincian harga tersebut adalah karcis pendakian dari PemKab.Boyolali sebesar Rp 5.000,-; karcis kegiatan hiking Rp. 5.000,-; karcis masuk pengunjung weekend Rp. 7.500,-; dan kontribusi asuransi dari Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Rp. 1.000,-.

Yuhuuu. Pukul 21.00 kami mulai mendaki. Sebelum mendaki kami berdo’a dulu semoga diberi keselamatan. Ini akan pendakianku ke-3 dan pertama buat Mutiara dan Ferri di Gunung Merapi. Untuk gambaran tracknya, jalan beraspal nan terjal sampai Joglo New Selo, Setapak Tanah terjal sampai pos 1, Berbatu nan terjal sampai pos 2. Kami mendirikan tenda di pos 2 setelah cukup lelah berjalan selama 4 jam. Pos 2 ini berada di area punggungan bukit lumayan datar. Cukup lama kami mencari spot mendirikan tenda karena pendakian lagi ramai. Terpaksa tenda kami berdiri sedikit melintangi jalur. Berhimpitan dengan tenda pendaki lainnya. Ketika kami masak terjadi insiden hampir kebakaran. Api dari kompor si Ferri menyala terlalu besar. Hampir membakar tenda kami. Ku lempar saja kompornya keluar. Dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutku, api pun padam. Kulihat tenda sebelah bolong akibat ulah kami. Semoga saja tidak ketahuan. Yeah, sudah pasti ketahuanlah. Dan kami angkat tangan bahkan lepas tangan, jumping, salto, jungkir balik sambil guling-guling wkwkwk. Yang penting tenda kami tidak ada cacat yang menyebabkan tambahan biaya kerugian sewa tenda. Sumpah ini jahat banget hahaha.


6 November 2016

Pukul 05.00, kami sudah bangun. Akan tetapi males banget untuk keluar dari tenda. Aku terpaksa keluar karena mau buang air kecil. Pagi itu sebenarnya tak begitu dingin. Namun angin berhembus sangat kencang. Cuaca cerah berawan. Aku juga sempat mengambil gambar sunrise. Kemudian masuk tenda dan tidur lagi. Ferri pun demikian. Meskipun di luar ramai orang-orang bersemangat untuk summit. Rasa malas kami masih jauh lebih kuat haha.


Pukul 08.00, kami sudah bangun lagi. Kemudian, masak buat sarapan dan ngopi-ngopi dulu. 1 jam kemudian kami mulai tracking ke atas. Rencananya aku dan Mutiara tidak ke puncak. Cukup sampai Pasar Bubrah atau batas aman pendakian yang dianjurkan. Sedangkan Ferri ke puncak bersama pendaki lainnya. Setelah ada kasus pendaki tewas jatuh dari puncak ke kawah merapi, pendakian Gunung Merapi ini pun dibatasi sampai Pasar Bubrah saja. Akan tetapi jika mau muncak ya resiko ditanggung sendiri. Jarak puncak dari pasar bubrah sekitar 1 jam saja. Dengan track berpasir, bebatuan rapuh, sangat terjal dan SANGAT BERBAHAYA.




 

Sambil menunggu Ferri yang muncak, aku dan Mutiara muter-muter mengelilingi luasnya Pasar Bubrah. Kabut tebal dan angin mulai menyerang. Yeah, semoga tidak ada kejadian apa-apa dengan si Ferri yang muncak. Aku dan Mutiara berlindung di balik batu besar. Bermain game menyusun batu hingga bisa bertingkat 8, hingga karaoke-an dengan lagu dari soudsystem yang kubawa hehe. Yeah, Pasar Bubrah ini adalah lembah yang sangat luas, terlihat gersang, banyak bebatuan bahkan bongkahan batu besar hasil erupsi Gunung Merapi. Namun, jika jeli, kalian akan menemukan tanda kehidupan. Yeah, ada edelweis yang bisa hidup disana. Keren kan? Meskipun hanya satu atau dua saja. Aku optimis jika Merapi ingkar janji selama 10-20 tahun, Pasar Bubrah akan menjadi ladang edelweis. Itupun dengan catatan tak ada ulah pendaki nakal yang metik bunganya. Masa iya tega banget liat edelweis berjuang hidup di tengah tanah tandus, eh bunganya malah dipetik. Padahal bunga adalah induk yang akan menjadikan kehidupan baru atau pohon edelweis baru.


Pukul 11.30, Ferri sudah turun dan menghampiri kami di pasar bubrah. Kemudian kami turun ke tempat camp kami. Lalu packing untuk pulang. Kami turun gunung dengan slow dan mampir di joglo buat makan nasi. Sampai di basecamp pada waktu maghrib. Kemudian pulang ke Klaten mengantar Kekasihku. Lalu, ke Solo mengembalikan tenda. Aku sampai di rumah pukul 23.00, karena di solo ngerokok-rokok dan ngopi dulu karena ngantuk. Kan bahaya kalau naik motor dalam keadaan ngantuk hehe.

Berikut ini foto pendakian lainnya, cekidot :D





7 November 2016

Aku dan adikku mencari charger laptop ke Solo.

8 November 2016

Hari itu aku berangkat kembali ke Depok, Kota Perantauanku. Diantar sang kekasih di Stasiun Balapan, Kutha Solo sing dadi kenangan, koe karo aku, naliko ngeterne pemberontakan @masjun_krik hahaha.


Salam Jun_krikers :D

Jumat, 11 November 2016

Gunung Gede, Ku Daki dalam Dinginmu

Gunung Gede, Ku Daki dalam Dinginmu


Yeah, kali ini masjun_krik berkesempatan melakukan pendakian bersama Komunitas Pendaki Kantoran (KPK) Korwil Depok ke Gunung Gede 2958 mdpl hehehe. Berawal dari asal ikut-ikutan grup pendaki di pesbuk akhirnya nyasar juga di grupnya KPK Korwil Depok. Mentang-mentang merantau sendirian di Depok sesekali ikut nongkrong ngopi di malam minggu kala itu sambil daftar dan tanya-tanya tentang pendakian bersama ke Gunung Gede. Seminggu sebelum pendakian, aku sempat datang mengikuti acara technical meeting bersama pacar yang jauh-jauh datang dari Yogya. Sayang, si pacar nggak ikut menemani pendakian kali ini, payah ya :P. Tapi tenang lain waktu bisa kok :D.

7 Oktober 2016

Hari ini, hari yang ditunggu-tunggu. Otak sudah pusing, jenuh dengan kerjaan yang dari kemarin tak kunjung kelar-kelar. Apalagi kondisi hati tak menentu karena mikirin gunung gede aja wkwkwk. Rasanya raga disini namun hati disana :P. Akhirnya pukul 18.00 baru kelar kerjaanku. Langsung saja aku mulai packing-packing lucu peralatan maupun kelengkapan logistik dalam tas carierku. Tak butuh lama memang karena sudah biasa hehe.

Oh iya, Gunung Gede ini merupakan salah satu gunung favorit para pendaki Jabodetabek karena letaknya yang tak jauh dan menyimpan keindahan alam tak ada duanya. Bahkan gunung yang berada dalam wewenang Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) ini kaya akan jenis flora dan faunanya sehingga merupakan salah satu biosfer terbaik se Indonesia. Maka dari itu pendakian Gunung Gede Pangrango sangat ketat sehingga menerapkan sistem booking online untuk mendapatkan simaksi pendakian. Ribet dah pokoknya :D. Kalau nggak mau ribet ya ikut open trip aja, biar semua diurus, kaya si @masjun_krik yang gila kerja hahaha. Gunung Gede yang juga bersebelahan dengan Gunung Pangrango ini berada di Wilayah Kabupaten Bogor-Cianjur-Sukabumi. Sedangkan kami akan mendaki Gunung Gede via Gunung Putri, Cianjur.

Berangkat dari kantor jam 20.00 ke mepo Halte UI, semua peserta sebanyak 46 orang dibagi menjadi 4 tim. Dengan peserta sebanyak itu aku pun tak hafal nama-namanya wkwkwk. Pukul 21.30 kami berangkat ke Cipanas menggunakan bus carteran.

8 Oktober 2016

Pukul 01.00 sampai di Cipanas. Langsung carter angkot ke basecamp Gunung Gede via Gunung Putri. Sampai di basecamp jam pukul 02.00. Aku sempatkan ngopi untuk menghalang hawa dingin malam itu. Usut punya usut cuaca hari sebelumnya kurang bagus karena hujan dari sore hingga malam. Aku pun tak banyak berharap dapat cuaca bagus dan foto-foto keren pas pendakian nanti hehe.


Pukul 07.30 kami mulai beraksi eh mendaki setelah sebelumnya berdo’a dulu. Baru beberapa langkah berjalan ternyata sudah ada yang drop. Mungkin kaget karena tidak persiapan olahraga/jogging sebelumnya. Disamping itu pendakian Gunung Gede via Putri ini tracknya menanjak terus tanpa bonus. Aku yang tergabung dalam tim 4, terpaksa aku mengikuti ketua tim berjalan melambat tak jauh dari sweeper yang berjalan bersama peserta yang drop tadi. Dengan track makadam dari bangunan resort Gunung Putri – ladang penduduk – sungai – batas hutan – pos 1, speedku mendaki masih lambat bersama tim 4.


Tepat sebelum pos 1 terdapat gerbang pendakian “Taman Nasional Gede Pangrango” yang cukup epic dengan ditumbuhi lelumutannya. Kami beristirahat cukup lama di pos 1 yang ditandai dengan adanya shelter. Kemudian kami berangkat mendaki lagi dengan track tanjakan dominan tanah. Disini tim 4 mulai terbelah menjadi dua :D. Ada yang ngacir duluan mendahului tim lain dan juga ada yang di belakang bersama sweeper. Aku sih masih santai menikmati alur langkah kakiku dalam tanjakan demi tanjakan hehehe. Kadang cepat kadang lambat. Tak terasa sudah sampai pos 2 yang ditandai adanya shelter seperti di pos 1. Aku beristirahat disini. Bersama peserta lain makan dan minum ringan.

Kami lanjutkan lagi pendakian. Aku mempercepat langkahku guna mengimbangi sebagian tim 4 yang selalu ngacir dengan tersangkanya adalah Bang Zeihan, Ridwan, Fauzi, Lukman dan Bang Ardi teman setendaku. Track dari pos 2 menuju pos 3 lumayan melelahkan. Apalagi perut sudah mulai keroncongan hehe. Sebelum pos 3 terdapat sedikit bonus dengan track landai. Lumayan untuk memberi napas beratnya sang perokok hehe. Kami istirahat lama di pos 3, sambil ngerokok rokok menunggu Bang Ardi yang kelelahan itu sampai. Nanti kalau udah sampai kami tinggal jalan lagi ke atas hahaha jahat banget ya. Di pos 3 ini juga terdapat shelter seperti pos sebelumnya. Terdapat juga warung semi permanen yang menjual nasi uduk, gorengan, berbagai cemilan dan minuman.


Akhirnya Bang Ardi sampai. Kami pun minta sedikit nutrisarinya kemudian lanjut jalan lagi hahaha. Track semakin terjal. Para pasukan nasi uduk gencar menyerang. Pada akhirnya iman ku goyah. Aku pun tergoda untuk membeli nasi uduk. Cukup Rp. 10.000,-/bungkus sudah mengenyangkan, enak dah pokoknya. Kapan lagi makan nasi uduk di atas gunung? hahaha. Apalagi mamang nasi uduknya ramah-ramah. Asyik diajak ngobrol. Hitung-hitung nambahin rejeki buat warga setempat.

Setelah makan nasi uduk, serasa tenaga pulih kembali. Kami mulai melahap tanjakan demi tanjakan dan akar-akar. Namun si Ridwan mulai banyak berhenti, mengeluh, kemudian ngoceh sumbang sana-sini. Lucu sekali. Mungkin dia lapar karena tadi nggak makan nasi uduk :p. Aku pun yang malas mendengar ocehannya, berjalan sendiri meninggalkan mereka supaya tidak terlalu capek gegara banyak berhenti apalagi mendengar ocehan sumbang hahaha. Bukankah sejatinya pendakian itu dinikmati tanpa adanya beban selain dipunggung? Yeah, jalani saja asal yakin. Kalau banyak mengeluh bagaimana bisa nikmati pendakian? Itulah prinsipnya @masjun_krik hehe.

Sampailah aku di Simpang Maleber. Disini terdapat warung semipermanen seperti di pos 3. Aku hanya melewatkannya saja karena spot untuk istirahat sudah penuh. Tak lupa menyapa dengan senyuman untuk mengusir lelah para pendakian lain. Track dari Simpang Maleber – Alun-alun Suryakencana Timur adalah makadam, tidak terjal dan banyak bonusnya. Untuk gambaran secara keseluruhan, menurutku track Gunung Gede via Gunungputri ini terjal, tapi tidak seterjal/seberat Gunung Slamet via Bambangan atau jalur lama Gunung Lawu via Cetho hehe.



Mulai dari Simpang Maleber hingga Alun-alun Suryakencana Timur. Aku berjalan tak sendiri lagi uwouwouwo. Yeah, ada pendaki asal cakung, Abdal cs yang ngajak ngobrol. Kok sendirian aja bang? Iya bang jomblo regional hahaha :p. Kami sampai di Alun-alun Suryakencana Timur pukul 13.30. Abdal cs mendirikan tenda disini. Sambil menunggu Ridwan dkk, aku sholat dzuhur dulu. Kemudian ditawari kopi oleh Abdal cs. Yeah, namanya rejeki anak sholeh lumayan buat anget-anget di Alun-alun Suryakencana yang dingin hehe. Kabut tebal mulai menyelimuti. 30 menit kemudian Bang Zeihan datang sendirian. Disusul Ridwan, Fauzi dan Lukman 10 menit kemudian. Lalu Bang Ardi 30 menit kemudian.


Menunggu memang hal yang membosankan. Peserta lainnya tak kunjung tiba. Cuaca berubah menjadi hujan gerimis ditambah angin. Kami membentangkan Flysheet untuk berteduh. Kami sudah menggigil kedinginan. Ingin segera rasanya rebahan di dalam tenda kemudian mengganti pakaian yang sudah basah. 2 jam kemudian semua peserta sudah lengkap. Kami semua menuju Alun-alun Suryakencana Barat sekitar 20 menitan dari tempat kami berteduh. Alun-alun ini merupakan lembah datar yang sangat luas. Ditumbuhi banyak edelweis yang cantik-cantik. Yeah, salah satu landscap terbaik di pegunungan negeri Indonesia ini.

                              

Menjelang maghrib tenda kami sudah berdiri, berpencar dengan kelompok besar hahaha. Kami ganti dengan pakaian yang kering. Kemudian masak makanan, ngopi-ngopi, ngerokok dan ngobrol ngalor ngidul sampai waktu bada Isa’. Kami stop karena hujan lumayan deras dan dinginnya emang bener-bener menyiksa. Disamping itu kami juga cukup lelah dan butuh istirahat untuk summit besok. Pukul 23.00 aku terbangun karena merasa lapar lagi. Ku makan saja cemilan yang ada di dalam tenda. Bang Ardi juga terbangun karena gerak gerik ku wkwkwk. Di Tenda sebelah ada Ridwan, Fauzi dan Bang Eko. Ternyata mereka tidak bisa tidur karena kedinginan. Sedangkan tenda sebelah lagi ada si Lukman. Sejak tenda berdiri dia tidak ada pergerakan sama sekali. Entah, mungkin dia tewas karena lelah atau hipotermia. Padahal kami sudah berisik ngobrol ngalor ngidul, nyanyi-nyanyi, ngopi, ngerokok hingga kabut tebal membawa gerimis mengguyur pukul 02.00 kami lanjut tidur.

9 Oktober 2016

Pukul 05.00, kami terbangun karena banyak orang di luar teriak-teriak. Yeah, waktunya summit. Semuanya sudah bangun. Aku masih siap-siap. Dafuknya si Lukman dan Fauzi yang baru bangkit dari tidur langsung summit meninggalkanku. Hahaha ngeselin juga tuh orang. Bang Ardi dan Ridwan yang rencananya nggak ikut summit, akhirnya ikut summit menemaniku yang baru pertama kali mendaki Gunung Gede ini hehehe. Terbaik emang :D. Sedangkan Bang Eko menunggu di tenda. Jarak menuju Puncak gede 2958 mdpl sekitar 1 jam dari tempat tenda kami berdiri dengan jalur bebatuan tersusun rapi. Dinginnya pagi itu tak menyurutkan langkah kami menggapai puncak \m/.



Yeah, Alhamdulillah. Akhirnya aku sampai di Puncak Gede 2958 mdpl. Puncak Gede cukup luas dan terbuka. Terdapat tugu triangulasi puncak. Di bawah puncak terdapat kawah aktif yang masih menyemburkan belerang. Pemandangan yang tersaji sangat indah. Dengan latar belakang Gunung Pangrango dan Gunung Salak di sebelah Barat. Kota Jakarta dan laut Jawa di sebelah utara. Pegunungan Bandung-Garut di sebelah timur. Alun-alun Suryakencana dan lautan awan di sebelah selatan. Sayangnya, kami tidak mendapat sunrise karena memang bukan musim yang bagus untuk mendapatkannya hehe.







Setelah puas di puncak dan mengabadikan momen, kami balik ke camp Alun-alun Suryakencana. Kami masak-masak dan ngopi dulu sebelum turun. Setelah packing-packing, kami ijin turun duluan kepada panitia. Yeah, karena salah satu personil kami ada yang cukup berat untuk berjalan hehe. Kami semua turun menempuh segala rintangan sampai basecamp pukul 15.00 sebelum hujan deras. Dan lengkapnya semua rombongan tiba di basecamp selepas maghrib. Setelah semua beres kami pulang ke Depok.

Yeah, terimakasih pada teman-teman sependakian dan panitia Komunitas Pendaki Kantoran (KPK) Korwil Depok yang sudah menjadi bagian dari dongeng @masjun_krik ini ke Gunung Gede via Gunungputri. Semoga lain kesempatan bisa bergabung lagi hehe.


Salam Jun_krikers :D