#TimnasDay
“ Katanya bola kita rusuh,
katanya bola tak bermutu, tapi kami berjanji untuk selalu setia mendukung bola
negeri ini, politik berkelahi, saling caci maki, bagi kami FOOTBALL FOR UNITY”.
Yeah, saat ini Bangsa Indonesia
sedang gerah dengan suasana politik yang nggak jelas. Tak jelas kapan dan siapa
yang memulai. Yang benar siapa? yang salah siapa? Mereka merasa paling benar
dengan menggiring opini-opini ke publik yang mayoritas bersumbu pendek. Perbedaan
pendapat dari golongan berbeda pun bisa jadi bahan untuk dicaci maki dan
dibully. Benar-benar sungguh miris di Negara Republik Indonesia yang katanya
“Bhinneka Tunggal Ika”. Apakah itu hanya slogan semata? Hahaha. Mari kita
lupakan persoalan politik tai kucing. Mari kita dukung para pejuang, pahlawan
Bangsa kita, Timnas Indonesia untuk meraih prestasi menjadi juara AFF suzuki
cup 2016 #mendadaknasionalis.
“Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, Ku yakin hari ini pasti
menang”.
Persepakbolaan Indonesia baru
saja pulih dari hukuman FIFA yang menyebabkan hilangnya kompetisi sepakbola
dalam negeri setahun lebih. Pada turnament terbesar di Asia tenggara ini,
perjalanan Timnas Indonesia sungguh dramatis. Timnas Indonesia berada di grup
neraka bersama Thailand, Filipina dan Singapura. Terseok-seok dengan hasil
Kalah dari Thailand 4-2, Imbang dengan Filipina 2-2 dan Menang di laga
pamungkas melawan Singapura 2-1, sehingga berhak lolos ke semifinalsebagai
runner-up Grup A dan menghadapi Vietnam yang menjadi juara di Grup B.
Pertandingan semifinal leg-1 diselenggarakan di Stadion Pakansari, Cibinong,
Kab. Bogor pada tanggal 3 Desember 2016. Stadion baru yang berkapasitas 30.000
penonton tersebut memberikan tuahnya pada tuan rumah sehingga Indonesia menang
2-1 pada semifinal leg-1. Leg-2, tanggal 7 Desember 2016 di Vietnam pun,
Indonesia masih beruntung bisa menahan Vietnam 2-2 secara dramatis melalui goal
pinalty Manahati Lestusen di perpanjangan waktu. Timnas Indonesia pun lolos ke
final dengan agregat 4-3 dan dipastikan akan menghadapi Thailand yang menang
agregat 6-0 dari Myanmar.
Animo masyarakat Indonesia untuk
menyaksikan sepak bola sebagai hiburan rakyat selalu tinggi. Namun, sejak dulu
sampai sekarang, federasinya seakan tak becus
mengurusnya karena masih ada aktor politik yang bernaung di dalamnya.
Apalagi ketika ingin melihat Timnas bertanding, masyarakat Indonesia yang
#mendadaknasionalis juga dipersulit soal tiket. Seakan terbiasa bagiku yang
mengikuti dunia persuporteran di Indonesia yang keras dan kejam sejak masih
remaja labil, mengawal tim lokal kebanggaan di tribun kota sendiri maupun di
tribun kota sang lawan hingga membela diri dari aksi timpuk menimpuk batu.
Sempat nekat ke Jakarta hanya bermodalkan uang Rp. 31.000,- bersama
teman-temanku dari Solo naik kereta hanya untuk menonton Timnas Indonesia di
Final AFF menghadapi Malaysia pada tahun 2010. Sayang Indonesia harus gigit
jari karena kalah agregat 4-2 (kalau tidak salah). Rencananya sih aku cuma mau
nobar di luar stadion karena nggak punya uang buat beli tiket (maklum masih
sekolah). Tetapi sungguh ajaib, saat itulah aku bisa masuk stadion GBK untuk
pertama kali menonton Timnas Indonesia meski tanpa tiket dan lewat bobolan di
waktu jeda sebelum babak kedua. Yeah, luar biasa atmosfirnya dengan 80.000
orang full dalam stadion dan puluhan ribu lainnya di luar stadion. Tak peduli
mau garis keras suporter dari Sabang sampai Merauke, mau Pasoepati-Brajamusti-The
Jak-Viking-Bonek-Arema dll semua menjadi satu mendukung Timnas. Yeah, FOOTBALL
for UNITY? Rindu masa-masa itu :D.
Pada akhir tahun 2016 ini,
Alhamdulillah aku sudah bisa berpenghasilan dan berdomisili di Jabodetabek. Aku
pun kembali merasakan gairah menonton Timnas dan susahnya mencari tiket. Mulai
dari sistem ticketing online di web yang servernya lemot hingga menunggu lama
sampai pada tahap pembayarannya tak merakyat, yaitu menggunakan credit card.
Apalah aku cuma rakyat kecil, lose dah L.
Kemudian diadakannya penjualan tiket offline di GBK H-1 sebelum laga semifinal
membuatku tak putus semangat. Hari itu aku berangkat subuh kesana,
alhamdulillah setelah ikut antrian yang terbilang tertib aku mendapat tiket
category 3 seharga Rp. 100.000,- untuk semifinal leg-1. Aku melihat
pertandingan semifinal dari awal sampai akhir pertandingan.
Beda halnya ketika mencari tiket
final leg-1 di Makostrad, Gambir yang katanya untuk menghindari praktik
percaloan. Hari itu terlihat kurang siapnya panpel tiket. Tidak adanya
besi/pagar pembatas antrian membuat sistem antrian tidak jelas. Tentu saja
orang-orang yang antri sambil bermalam atau datang lebih pagi merasa kecewa
kemudian ricuh dan tak terkendali. Aku yang kurang tidur dan belum sarapan,
berada diantara ribuan orang berdesak-desakan hingga ber jam-jam di bawah terik
matahari hanya untuk tiket nonton Timnas. Pada akhirnya aku udah nggak sanggup
lagi karena hampir kehabisan nafas, aku yang tak mau memaksakan diri kemudian
beristirahat, minum, ngerokok-rokok dulu, kemudian ikut berdesakan lagi.
Sayang, hari itu aku gagal mendapatkan tiket final karena tidak kebagian.
Pertandingan final leg-1
diselenggarakan di Stadion Pakansari lagi, pada tanggal 14 Desember 2016. Aku
tetap berangkat ke stadion meski terlalu sore dan berharap ada keajaiban
seperti 6 tahun yang lalu wkwkwk. Hari saat final leg-1 sangat ramai. Apalagi
ada fasilitas bakso gratis dan layar lebar di sekitar stadion. Aku pun
muter-muter nyari *mangsa=calo. Ketemu calo yang nawarin tiket category 3
seharga Rp. 300.000,- yang normalnya Rp. 100.000,-. Rasanya pingin mukulin tuh
calo :O. Tapi setelah melihat tiketnya benar-benar asli, aku pun membelinya.
“Tidak apalah demi Timnas, Tiket semakin menjelang pertandingan susah dicari,
Kapan lagi bisa melihat Timnas di Final AFF, uang kalau rezeki nanti bisa
dicari lagi”, pikirku. Aku pun menuju Gate 9 untuk masuk ke stadion dan harus
antri juga. Sayang, antrian yang panjang memakan waktu lama hingga aku tak
sempat menyanyikan lagu kebangsaan “INDONESIA RAYA” di dalam stadion.
Pertandingan sudah dimulai, pintu masuk stadion ditutup dan dikunci oleh
panitia. Petugas pengamanan tak bisa berbuat banyak. Aku dan ratusan orang lain
yang masih tertahan dalam antrian di luar hampir mengamuk dan memaksa masuk.
Orang mau nonton Timnas, udah pegang tiket saja masih dipersulit. Lalu, kalau
kami tidak bisa masuk stadion apakah ada uang ganti rugi buat beli tiket? Betapa
bodohnya pola pikir panpelnya. Akhirnya setelah cukup lama pintu kembali dibuka
dan aku bisa masuk stadion. Enggak abis pikir betapa bodohnya para panpel itu.
Nah, kalau pun stadion sudah penuh karena ada tiket palsu kenapa mereka bisa
masuk di ring-1? Ada gosip yang beredar, ada orang bisa masuk stadion bayar ke
petugas dengan beberapa kertas rupiah. Ah, sudahlah, namanya juga INDONESIA :D.
Pertandingan berjalan sangat
seru. Indonesia bermain tidak begitu baik di babak pertama sehingga Thailand
dapat unggul terlebih dahulu lewat sundulan Teerasil Dangda, 0-1. Di babak
kedua Indonesia tampil lebih gahar. Seluruh suporter sebagai pemain ke dua
belas di dalam dan luar stadion berkapasitas 30.000 orang, dan jutaan
Masyarakat Indonesia yang menonton di layar kaca tak henti-hentinya memberi
semangat dan do’a. Ahay!!! Rizky pora menyamakan kedudukan lewat tendangan
jarak jauhnya, 1-1. Goal ini membakar semangat Timnas Indonesia dan seluruh
suporter indonesia. Hasilnya, Lima menit kemudian, sundulan mematikan Hansamu
Yama membuat Indonesia unggul 2-1. Kedudukan tak berubah sampai akhir
pertandingan. Gelar juara selangkah lagi.
Pertandingan leg-2 di Bangkok,
Thailand pada tanggal 17 Desember 2016 nanti akan menjadi pembuktian apakah
Indonesia pantas meraih gelar juara AFF untuk pertama kalinya?
Tunjukkan KITA PASTI BISA,
Gajah memang gagah dan kuat, tapi
Garuda bisa terbang lebih tinggi untuk menggapai mimpi J.