Minggu, 13 November 2016

Merapi dan Kisah Pemberontakanku

Merapi dan Kisah Pemberontakanku


Pada suatu hari aku dibuat kesal dengan pekerjaan. Yeah, rencana awal  yang katanya aku akan diikutsertakan survei lapangan ke Sumba malah tidak jadi. Padahal aku sudah semangat-semangat buat ngerjain proyeknya. Entahlah, aroma ketidakpastian itu sebenarnya sudah tercium dari tidak diikutsertakannya aku dalam pertemuan pendahuluan dengan pihak konsorsium. Rasa jenuhku dibilik kantor pun semakin menjadi. Rasanya ingin memberontak. Yeah, apa boleh buat dengan strata pendidikan yang masih level-1, mungkin membuat tidak dianggap oleh konsorsium. Padahal tumbalnya kesalahan yang dibuat oleh si level-2 adalah si level-1 wkwkwk. Kalau begini terus bagaimana level-1 bisa berkembang dan menambah pengalaman?

Pemberontakan kulakukan dengan cara mendaki gunung, sebagai bentuk menghadapi angkuh dan congkaknya kesombongan dunia. Dimulai dengan mencari tiket kereta. Tujuan utamanya adalah ke Solo sekalian pulang kampung. Tapi apa daya tiket habis, tinggal menyisakan kereta ke Semarang.

3 November 2016

Hari itu aku ngantor seperti biasanya, kemudian packing. Pukul 23.00 aku berangkat ke Semarang menggunakan Kereta Tawang Jaya dari Stasiun Pasarsenen. Pada saat keberangkatan, aku baru sms si bos buat ijin. Yeah, kok mendadak sekali? Namanya juga pemberontakan hahaha.

4 November 2016

Pukul 06.00 aku tiba di Stasiun Semarangponcol. Keluar dari gerbong kereta, aku menginjakan kaki ku kembali ke Kota Semarang. Kota yang penuh dengan cerita perjuanganku sewaktu kuliah dulu. Hawa khas Kota Semarang yang gerah langsung menyambutku. Serangan pertanyaan sopir taksi di stasiun hanya kubalas senyuman J. Keluar dari stasiun, aku ngopi dulu di warung, sambil menunggu jemputan pribadiku, Ferri wkwkwk.

Selang 1 jam Ferri sampai di warung tempatku ngopi. Langsung saja menuju kost Ferri. Di kostnya, aku leyeh-leyeh dan ngobrol-ngobrol karena lama tak jumpa, tak lupa segelas kopi hitam lagi untuk diseruput berdendangan bersama alunan musik dangdut koplo via vallent hehe. Kami merencanakan pendakian pemberontakan esok hari. Masih belum tahu mau mendaki kemana. Antara Merapi atau Merbabu. Pacarku yang tadinya mau ikut mendaki juga tiba-tiba mengatakan tidak diberi ijin orangtuanya. Cuaca yang tak menentu memang jadi penghalang ijin orang tuanya.

Hari itu aku juga sempat main-main ke kampusku, Kelautan UNDIP. Silahturahmi dengan dosen waliku. Berbagi pengalaman pekerjaanku saat ini dan tak lupa berterimakasih atas nasehat dan bimbingan sewaktu kuliah dulu hehe. Ketemu juga sama Bos Ali, Komting 2011 yang baru lulus Sidang. Selamat ya bro :D.

Setelah Ashar, aku pulang ke Sragen, kampung halamanku. Sampai di rumah malam hari, setelah dijemput oleh Ayah tercinta hehe.

5 November 2016

Hari itu aku bangun rada telat. Sheggy, motor kesayanganku telah lama butuh perawatan. Apalagi nanti mau dibawa melintasi jalur tanjakan yang kejam. Belum sempat mandi aku sudah ke bengkel hehe. Semua siap setelah waktu Sholat Dzuhur. Aku beranjak meninggalkan rumah. Tak lupa pamit dengan Ayah. Aku menyewa tenda dome di Cameel Adventure, Rentalan outdoor langgananku di Solo. Entah, dapat angin apa tiba-tiba Pacarku ingin ikut mendaki. Huft, mendadak sekali. Tapi dia yakin sih, mumpung cuacanya cerah. Tau gitu berangkat tadi pagi kan ya, Mutiara Mutiara hahaha :/.

Oke fix. Setelah perlengkapan siap, aku menuju Klaten menjemput sang kekasih. Pada saat di rumahnya, kami pergi diam-diam wkwkwk. Harus siap, jika aku jadi buronan mertua. Kalau perlu, beli dah kaosnya wkwkwk. Wah, emang benar-benar pendakian pemberontakan ini bro wkwkwk. Kami berhenti di meeting point pertigaan Selo-Boyolali dengan si Ferri. Yeah, sepertinya dia bakal jadi obat nyamuk karena menemani bulan madu wkwkwk. Tapi jangan khawatir sob. Kita bukan pasangan alay kok. Tidak seperti pengalamanku dulu mendaki menemani orang pacaran yang tingkahnya emang bikin aku muak :D. Setelah ketemu si Ferri, kami Maghriban dulu di masjid. Kemudian lanjut membeli logistik pendakian di minimarket. Lanjut sarapan di Pasar Selo. Lalu, Sholat Isa’ di masjid.

Menimbang jalur pendakian Gunung Merbabu yang panjang dan butuh waktu lebih lama, kami memutuskan mendaki Gunung Merapi saja. Pukul 20.30, kami sampai di Basecamp pendakian Gunung Merapi, Barameru. Registrasi pendakian sebesar Rp. 18.500,-/orang. Rincian harga tersebut adalah karcis pendakian dari PemKab.Boyolali sebesar Rp 5.000,-; karcis kegiatan hiking Rp. 5.000,-; karcis masuk pengunjung weekend Rp. 7.500,-; dan kontribusi asuransi dari Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Rp. 1.000,-.

Yuhuuu. Pukul 21.00 kami mulai mendaki. Sebelum mendaki kami berdo’a dulu semoga diberi keselamatan. Ini akan pendakianku ke-3 dan pertama buat Mutiara dan Ferri di Gunung Merapi. Untuk gambaran tracknya, jalan beraspal nan terjal sampai Joglo New Selo, Setapak Tanah terjal sampai pos 1, Berbatu nan terjal sampai pos 2. Kami mendirikan tenda di pos 2 setelah cukup lelah berjalan selama 4 jam. Pos 2 ini berada di area punggungan bukit lumayan datar. Cukup lama kami mencari spot mendirikan tenda karena pendakian lagi ramai. Terpaksa tenda kami berdiri sedikit melintangi jalur. Berhimpitan dengan tenda pendaki lainnya. Ketika kami masak terjadi insiden hampir kebakaran. Api dari kompor si Ferri menyala terlalu besar. Hampir membakar tenda kami. Ku lempar saja kompornya keluar. Dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutku, api pun padam. Kulihat tenda sebelah bolong akibat ulah kami. Semoga saja tidak ketahuan. Yeah, sudah pasti ketahuanlah. Dan kami angkat tangan bahkan lepas tangan, jumping, salto, jungkir balik sambil guling-guling wkwkwk. Yang penting tenda kami tidak ada cacat yang menyebabkan tambahan biaya kerugian sewa tenda. Sumpah ini jahat banget hahaha.


6 November 2016

Pukul 05.00, kami sudah bangun. Akan tetapi males banget untuk keluar dari tenda. Aku terpaksa keluar karena mau buang air kecil. Pagi itu sebenarnya tak begitu dingin. Namun angin berhembus sangat kencang. Cuaca cerah berawan. Aku juga sempat mengambil gambar sunrise. Kemudian masuk tenda dan tidur lagi. Ferri pun demikian. Meskipun di luar ramai orang-orang bersemangat untuk summit. Rasa malas kami masih jauh lebih kuat haha.


Pukul 08.00, kami sudah bangun lagi. Kemudian, masak buat sarapan dan ngopi-ngopi dulu. 1 jam kemudian kami mulai tracking ke atas. Rencananya aku dan Mutiara tidak ke puncak. Cukup sampai Pasar Bubrah atau batas aman pendakian yang dianjurkan. Sedangkan Ferri ke puncak bersama pendaki lainnya. Setelah ada kasus pendaki tewas jatuh dari puncak ke kawah merapi, pendakian Gunung Merapi ini pun dibatasi sampai Pasar Bubrah saja. Akan tetapi jika mau muncak ya resiko ditanggung sendiri. Jarak puncak dari pasar bubrah sekitar 1 jam saja. Dengan track berpasir, bebatuan rapuh, sangat terjal dan SANGAT BERBAHAYA.




 

Sambil menunggu Ferri yang muncak, aku dan Mutiara muter-muter mengelilingi luasnya Pasar Bubrah. Kabut tebal dan angin mulai menyerang. Yeah, semoga tidak ada kejadian apa-apa dengan si Ferri yang muncak. Aku dan Mutiara berlindung di balik batu besar. Bermain game menyusun batu hingga bisa bertingkat 8, hingga karaoke-an dengan lagu dari soudsystem yang kubawa hehe. Yeah, Pasar Bubrah ini adalah lembah yang sangat luas, terlihat gersang, banyak bebatuan bahkan bongkahan batu besar hasil erupsi Gunung Merapi. Namun, jika jeli, kalian akan menemukan tanda kehidupan. Yeah, ada edelweis yang bisa hidup disana. Keren kan? Meskipun hanya satu atau dua saja. Aku optimis jika Merapi ingkar janji selama 10-20 tahun, Pasar Bubrah akan menjadi ladang edelweis. Itupun dengan catatan tak ada ulah pendaki nakal yang metik bunganya. Masa iya tega banget liat edelweis berjuang hidup di tengah tanah tandus, eh bunganya malah dipetik. Padahal bunga adalah induk yang akan menjadikan kehidupan baru atau pohon edelweis baru.


Pukul 11.30, Ferri sudah turun dan menghampiri kami di pasar bubrah. Kemudian kami turun ke tempat camp kami. Lalu packing untuk pulang. Kami turun gunung dengan slow dan mampir di joglo buat makan nasi. Sampai di basecamp pada waktu maghrib. Kemudian pulang ke Klaten mengantar Kekasihku. Lalu, ke Solo mengembalikan tenda. Aku sampai di rumah pukul 23.00, karena di solo ngerokok-rokok dan ngopi dulu karena ngantuk. Kan bahaya kalau naik motor dalam keadaan ngantuk hehe.

Berikut ini foto pendakian lainnya, cekidot :D





7 November 2016

Aku dan adikku mencari charger laptop ke Solo.

8 November 2016

Hari itu aku berangkat kembali ke Depok, Kota Perantauanku. Diantar sang kekasih di Stasiun Balapan, Kutha Solo sing dadi kenangan, koe karo aku, naliko ngeterne pemberontakan @masjun_krik hahaha.


Salam Jun_krikers :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar