Merapi dan Kisah Pemberontakanku
Pada suatu hari aku dibuat kesal
dengan pekerjaan. Yeah, rencana awal yang
katanya aku akan diikutsertakan survei lapangan ke Sumba malah tidak jadi. Padahal
aku sudah semangat-semangat buat ngerjain proyeknya. Entahlah, aroma
ketidakpastian itu sebenarnya sudah tercium dari tidak diikutsertakannya aku dalam
pertemuan pendahuluan dengan pihak konsorsium. Rasa jenuhku dibilik kantor pun
semakin menjadi. Rasanya ingin memberontak. Yeah, apa boleh buat dengan strata
pendidikan yang masih level-1, mungkin membuat tidak dianggap oleh konsorsium. Padahal
tumbalnya kesalahan yang dibuat oleh si level-2 adalah si level-1 wkwkwk. Kalau
begini terus bagaimana level-1 bisa berkembang dan menambah pengalaman?
Pemberontakan kulakukan dengan
cara mendaki gunung, sebagai bentuk menghadapi angkuh dan congkaknya
kesombongan dunia. Dimulai dengan mencari tiket kereta. Tujuan utamanya adalah ke
Solo sekalian pulang kampung. Tapi apa daya tiket habis, tinggal menyisakan kereta
ke Semarang.
3 November 2016
Hari itu aku ngantor seperti
biasanya, kemudian packing. Pukul 23.00 aku berangkat ke Semarang menggunakan
Kereta Tawang Jaya dari Stasiun Pasarsenen. Pada saat keberangkatan, aku baru sms
si bos buat ijin. Yeah, kok mendadak sekali? Namanya juga pemberontakan hahaha.
4 November 2016
Pukul 06.00 aku tiba di Stasiun Semarangponcol.
Keluar dari gerbong kereta, aku menginjakan kaki ku kembali ke Kota Semarang.
Kota yang penuh dengan cerita perjuanganku sewaktu kuliah dulu. Hawa khas Kota
Semarang yang gerah langsung menyambutku. Serangan pertanyaan sopir taksi di
stasiun hanya kubalas senyuman J.
Keluar dari stasiun, aku ngopi dulu di warung, sambil menunggu jemputan
pribadiku, Ferri wkwkwk.
Selang 1 jam Ferri sampai di
warung tempatku ngopi. Langsung saja menuju kost Ferri. Di kostnya, aku
leyeh-leyeh dan ngobrol-ngobrol karena lama tak jumpa, tak lupa segelas kopi
hitam lagi untuk diseruput berdendangan bersama alunan musik dangdut koplo via
vallent hehe. Kami merencanakan pendakian pemberontakan esok hari. Masih belum
tahu mau mendaki kemana. Antara Merapi atau Merbabu. Pacarku yang tadinya mau
ikut mendaki juga tiba-tiba mengatakan tidak diberi ijin orangtuanya. Cuaca yang
tak menentu memang jadi penghalang ijin orang tuanya.
Hari itu aku juga sempat
main-main ke kampusku, Kelautan UNDIP. Silahturahmi dengan dosen waliku. Berbagi
pengalaman pekerjaanku saat ini dan tak lupa berterimakasih atas nasehat dan
bimbingan sewaktu kuliah dulu hehe. Ketemu juga sama Bos Ali, Komting 2011 yang
baru lulus Sidang. Selamat ya bro :D.
Setelah Ashar, aku pulang ke Sragen,
kampung halamanku. Sampai di rumah malam hari, setelah dijemput oleh Ayah
tercinta hehe.
5 November 2016
Hari itu aku bangun rada telat. Sheggy,
motor kesayanganku telah lama butuh perawatan. Apalagi nanti mau dibawa melintasi
jalur tanjakan yang kejam. Belum sempat mandi aku sudah ke bengkel hehe. Semua
siap setelah waktu Sholat Dzuhur. Aku beranjak meninggalkan rumah. Tak lupa
pamit dengan Ayah. Aku menyewa tenda dome di Cameel Adventure, Rentalan outdoor
langgananku di Solo. Entah, dapat angin apa tiba-tiba Pacarku ingin ikut
mendaki. Huft, mendadak sekali. Tapi dia yakin sih, mumpung cuacanya cerah. Tau
gitu berangkat tadi pagi kan ya, Mutiara Mutiara hahaha :/.
Oke fix. Setelah perlengkapan
siap, aku menuju Klaten menjemput sang kekasih. Pada saat di rumahnya, kami
pergi diam-diam wkwkwk. Harus siap, jika aku jadi buronan mertua. Kalau perlu,
beli dah kaosnya wkwkwk. Wah, emang benar-benar pendakian pemberontakan ini bro
wkwkwk. Kami berhenti di meeting point pertigaan Selo-Boyolali dengan si Ferri.
Yeah, sepertinya dia bakal jadi obat nyamuk karena menemani bulan madu wkwkwk. Tapi
jangan khawatir sob. Kita bukan pasangan alay kok. Tidak seperti pengalamanku dulu
mendaki menemani orang pacaran yang tingkahnya emang bikin aku muak :D. Setelah
ketemu si Ferri, kami Maghriban dulu di masjid. Kemudian lanjut membeli logistik
pendakian di minimarket. Lanjut sarapan di Pasar Selo. Lalu, Sholat Isa’ di
masjid.
Menimbang jalur pendakian Gunung
Merbabu yang panjang dan butuh waktu lebih lama, kami memutuskan mendaki Gunung
Merapi saja. Pukul 20.30, kami sampai di Basecamp pendakian Gunung Merapi, Barameru.
Registrasi pendakian sebesar Rp. 18.500,-/orang. Rincian harga tersebut adalah
karcis pendakian dari PemKab.Boyolali sebesar Rp 5.000,-; karcis kegiatan hiking
Rp. 5.000,-; karcis masuk pengunjung weekend Rp. 7.500,-; dan kontribusi asuransi
dari Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Rp. 1.000,-.
Yuhuuu. Pukul 21.00 kami mulai
mendaki. Sebelum mendaki kami berdo’a dulu semoga diberi keselamatan. Ini akan pendakianku
ke-3 dan pertama buat Mutiara dan Ferri di Gunung Merapi. Untuk gambaran tracknya,
jalan beraspal nan terjal sampai Joglo New Selo, Setapak Tanah terjal sampai
pos 1, Berbatu nan terjal sampai pos 2. Kami mendirikan tenda di pos 2 setelah cukup
lelah berjalan selama 4 jam. Pos 2 ini berada di area punggungan bukit lumayan
datar. Cukup lama kami mencari spot mendirikan tenda karena pendakian lagi ramai.
Terpaksa tenda kami berdiri sedikit melintangi jalur. Berhimpitan dengan tenda
pendaki lainnya. Ketika kami masak terjadi insiden hampir kebakaran. Api dari
kompor si Ferri menyala terlalu besar. Hampir membakar tenda kami. Ku lempar saja
kompornya keluar. Dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutku, api pun
padam. Kulihat tenda sebelah bolong akibat ulah kami. Semoga saja tidak
ketahuan. Yeah, sudah pasti ketahuanlah. Dan kami angkat tangan bahkan lepas
tangan, jumping, salto, jungkir balik sambil guling-guling wkwkwk. Yang penting
tenda kami tidak ada cacat yang menyebabkan tambahan biaya kerugian sewa tenda.
Sumpah ini jahat banget hahaha.
6 November 2016
Pukul 05.00, kami sudah bangun. Akan
tetapi males banget untuk keluar dari tenda. Aku terpaksa keluar karena mau
buang air kecil. Pagi itu sebenarnya tak begitu dingin. Namun angin berhembus
sangat kencang. Cuaca cerah berawan. Aku juga sempat mengambil gambar sunrise. Kemudian
masuk tenda dan tidur lagi. Ferri pun demikian. Meskipun di luar ramai orang-orang
bersemangat untuk summit. Rasa malas kami masih jauh lebih kuat haha.
Pukul 08.00, kami sudah bangun
lagi. Kemudian, masak buat sarapan dan ngopi-ngopi dulu. 1 jam kemudian kami
mulai tracking ke atas. Rencananya aku dan Mutiara tidak ke puncak. Cukup sampai
Pasar Bubrah atau batas aman pendakian yang dianjurkan. Sedangkan Ferri ke puncak
bersama pendaki lainnya. Setelah ada kasus pendaki tewas jatuh dari puncak ke
kawah merapi, pendakian Gunung Merapi ini pun dibatasi sampai Pasar Bubrah
saja. Akan tetapi jika mau muncak ya resiko ditanggung sendiri. Jarak puncak
dari pasar bubrah sekitar 1 jam saja. Dengan track berpasir, bebatuan rapuh,
sangat terjal dan SANGAT BERBAHAYA.
Sambil menunggu Ferri yang
muncak, aku dan Mutiara muter-muter mengelilingi luasnya Pasar Bubrah. Kabut tebal
dan angin mulai menyerang. Yeah, semoga tidak ada kejadian apa-apa dengan si
Ferri yang muncak. Aku dan Mutiara berlindung di balik batu besar. Bermain game
menyusun batu hingga bisa bertingkat 8, hingga karaoke-an dengan lagu dari soudsystem
yang kubawa hehe. Yeah, Pasar Bubrah ini adalah lembah yang sangat luas,
terlihat gersang, banyak bebatuan bahkan bongkahan batu besar hasil erupsi Gunung
Merapi. Namun, jika jeli, kalian akan menemukan tanda kehidupan. Yeah, ada
edelweis yang bisa hidup disana. Keren kan? Meskipun hanya satu atau dua saja. Aku
optimis jika Merapi ingkar janji selama 10-20 tahun, Pasar Bubrah akan menjadi
ladang edelweis. Itupun dengan catatan tak ada ulah pendaki nakal yang metik
bunganya. Masa iya tega banget liat edelweis berjuang hidup di tengah tanah
tandus, eh bunganya malah dipetik. Padahal bunga adalah induk yang akan
menjadikan kehidupan baru atau pohon edelweis baru.
Pukul 11.30, Ferri sudah turun
dan menghampiri kami di pasar bubrah. Kemudian kami turun ke tempat camp kami. Lalu
packing untuk pulang. Kami turun gunung dengan slow dan mampir di joglo buat
makan nasi. Sampai di basecamp pada waktu maghrib. Kemudian pulang ke Klaten
mengantar Kekasihku. Lalu, ke Solo mengembalikan tenda. Aku sampai di rumah
pukul 23.00, karena di solo ngerokok-rokok dan ngopi dulu karena ngantuk. Kan bahaya
kalau naik motor dalam keadaan ngantuk hehe.
Berikut ini foto pendakian lainnya, cekidot :D
7 November 2016
Aku dan adikku mencari charger
laptop ke Solo.
8 November 2016
Hari itu aku berangkat kembali ke
Depok, Kota Perantauanku. Diantar sang kekasih di Stasiun Balapan, Kutha Solo sing
dadi kenangan, koe karo aku, naliko ngeterne pemberontakan @masjun_krik hahaha.
Salam Jun_krikers :D