PENDAKIAN GN.Prau
VIA PATAK BANTENG
Prau adalah salah satu destinasi
favorit di Kawasan Dieng, Jawa Tengah karena terkenal memiliki keindahan
viewnya, bunga daisy yang cantik, maupun bukit teletubiesnya. Seiring
berjalannya waktu maka pengunjung/penikmat alam/pecinta alam/pendaki gunung
semakin bertambah untuk mengunjungi Gunung Prau, bahkan pada 17 Agustus 2014
lalu ± 5.000 orang berada di Puncak untuk melakukan upacara *syet dah kaya
umroh aja :D. Di sisi lain, dengan bertambahnya pengunjung maka timbulah
masalah klasik yaitu sampah akibat kurangnya kesadaran menghargai lingkungan
*mungkin kebiasaan di kota dibawa ke gunung :p. Yeah, sudahlah aku tak mau
bermaksud menggurui, biar alam saja yang menggurui J.
Gunung Prau memiliki ketinggian 2565
mdpl dan dapat didaki ± 2-6 jam melalui desa sukorejo, dieng kulon dan patak
banteng. Kali ini pendakianku dilakukan bersama teman-teman kuliahku, Bang Aya,
Angga, Aji, Dayat, Herdadi, Hudan, Mita, dan Valentin melalui Desa Patak Banteng.
Kami berangkat dari Semarang pukul 20.00 menuju Dieng menggunakan motor,
berjuang melawan dinginnya malam yang berkabut. Kami sampai di Balai Desa Patak
Banteng atau Basecamp pendakian Gn. Prau sekitar pukul 24.00 karena sempat
nyasar ke Basecamp Pendakian Gn. Pakuwojo hahaha. Tak ada yang kami lakukan di
basecamp kecuali ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu waktu.
Jum’at, 18 September 2014, sesuai
kesepakatan bersama, tepat pukul 02.00 kami mulai mendaki setelah registrasi
dan berdo’a. Kami mengawali langkah dengan menyusuri jalanan desa Patak Banteng
kemudian melewati jembatan menyeberangi sungai. Selepas jembatan, kami mulai
ngetrack di tengah perkebunan sayur. Track awal ini membuat kami sedikit
ngos-ngos karena berupa makadam hingga sampai di post 1 hehe. Setelah
beristirahat di post 1, kami mulai ngetrack lagi dengan melewati setapak tanah
yang cukup licin dipijak di tengah perkebunan. Banyaknya rombongan pendaki
sehingga dengan bantuan tiupan angin kering kemarau yang dingin dan kencang
membuat debu-debu bertaburan di udara. Debu tersebut cukup membuat pernapasan
menjadi sesak dan penglihatan terganggu karena kelilipan. Sangat disarankan
menggunakan masker dan kacamata jika pendakian dilakukan pada musim kemarau.
Setelah perkebunan sayur kami dihadapi dengan tanjakan-tanjakan yang sangat
terjal namun dengan adanya tambang cukup membantu langkah kami. Disini kami
berpisah dengan Bang Aya dan Mita karena tak melanjutkan pendakian. Setelah
melewati track yang landai, sampailah kami di puncak Gn. Prau pada pukul 05.00
atau menjelang sunrise tiba.
Dinginnya pagi tak menyurutkan
semangat kami untuk menyaksikan golden sunrise di ufuk timur. Bayang-bayang Gn.
Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, Ungaran, Lawu tampak jelas dan indah karena
cuaca sangat cerah tak berawan sehingga ritual foto-foto adalah hal yang wajib
dilakukan :D. Bukit-bukit teletubies pun tak luput dari objek jepretan kami. Sangat
disayangkan, di Puncak masih terdapat sampah juga cukup mengganggu pemandangan
kami -_-. Matahari sudah semakin tinggi dan teletubies yang ditunggu-tunggu
tidak keluar juga. Kesal dibuatnya, kami pun akhirnya beristirahat di bawah
pohon pinus atau camp area :p. Di sini kami masak mie, bakar ayam panggang, dan
ngopi untuk mengusir rasa lapar dan hawa dingin. Kami juga penasaran dengan apa
yang ada di atas camp area. Setelah ke atas ternyata memiliki view yang tak
kalah indah. Hamparan bunga daisy, dataran tinggi dieng, telaga warna dan Gn.
Slamet yang kala itu menyeburkan asap putih terlihat menakjubkan namun harus
hati-hati jika ke atas camp area karena banyak ranjaunya :p. Tak terasa kami
bermain-main di Puncak sampai pukul 09.00. kami pun turun dan sampai di
basecamp pukul 11.00. Setelah Solat Jum’at kami pun pulang ke Semarang tetapi
aku memisahkan diri karena akan touring ke Purworejo-Jogja menikmati weekend sendiri
hahaha koplak.
Salam
Jun_krikers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar