Minggu, 04 Januari 2015

PENDAKIAN GN.PRAU VIA PATAK BANTENG

PENDAKIAN GN.Prau VIA PATAK BANTENG




            Prau adalah salah satu destinasi favorit di Kawasan Dieng, Jawa Tengah karena terkenal memiliki keindahan viewnya, bunga daisy yang cantik, maupun bukit teletubiesnya. Seiring berjalannya waktu maka pengunjung/penikmat alam/pecinta alam/pendaki gunung semakin bertambah untuk mengunjungi Gunung Prau, bahkan pada 17 Agustus 2014 lalu ± 5.000 orang berada di Puncak untuk melakukan upacara *syet dah kaya umroh aja :D. Di sisi lain, dengan bertambahnya pengunjung maka timbulah masalah klasik yaitu sampah akibat kurangnya kesadaran menghargai lingkungan *mungkin kebiasaan di kota dibawa ke gunung :p. Yeah, sudahlah aku tak mau bermaksud menggurui, biar alam saja yang menggurui J.
            Gunung Prau memiliki ketinggian 2565 mdpl dan dapat didaki ± 2-6 jam melalui desa sukorejo, dieng kulon dan patak banteng. Kali ini pendakianku dilakukan bersama teman-teman kuliahku, Bang Aya, Angga, Aji, Dayat, Herdadi, Hudan, Mita, dan Valentin melalui Desa Patak Banteng. Kami berangkat dari Semarang pukul 20.00 menuju Dieng menggunakan motor, berjuang melawan dinginnya malam yang berkabut. Kami sampai di Balai Desa Patak Banteng atau Basecamp pendakian Gn. Prau sekitar pukul 24.00 karena sempat nyasar ke Basecamp Pendakian Gn. Pakuwojo hahaha. Tak ada yang kami lakukan di basecamp kecuali ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu waktu.
            Jum’at, 18 September 2014, sesuai kesepakatan bersama, tepat pukul 02.00 kami mulai mendaki setelah registrasi dan berdo’a. Kami mengawali langkah dengan menyusuri jalanan desa Patak Banteng kemudian melewati jembatan menyeberangi sungai. Selepas jembatan, kami mulai ngetrack di tengah perkebunan sayur. Track awal ini membuat kami sedikit ngos-ngos karena berupa makadam hingga sampai di post 1 hehe. Setelah beristirahat di post 1, kami mulai ngetrack lagi dengan melewati setapak tanah yang cukup licin dipijak di tengah perkebunan. Banyaknya rombongan pendaki sehingga dengan bantuan tiupan angin kering kemarau yang dingin dan kencang membuat debu-debu bertaburan di udara. Debu tersebut cukup membuat pernapasan menjadi sesak dan penglihatan terganggu karena kelilipan. Sangat disarankan menggunakan masker dan kacamata jika pendakian dilakukan pada musim kemarau. Setelah perkebunan sayur kami dihadapi dengan tanjakan-tanjakan yang sangat terjal namun dengan adanya tambang cukup membantu langkah kami. Disini kami berpisah dengan Bang Aya dan Mita karena tak melanjutkan pendakian. Setelah melewati track yang landai, sampailah kami di puncak Gn. Prau pada pukul 05.00 atau menjelang sunrise tiba.
            Dinginnya pagi tak menyurutkan semangat kami untuk menyaksikan golden sunrise di ufuk timur. Bayang-bayang Gn. Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, Ungaran, Lawu tampak jelas dan indah karena cuaca sangat cerah tak berawan sehingga ritual foto-foto adalah hal yang wajib dilakukan :D. Bukit-bukit teletubies pun tak luput dari objek jepretan kami. Sangat disayangkan, di Puncak masih terdapat sampah juga cukup mengganggu pemandangan kami -_-. Matahari sudah semakin tinggi dan teletubies yang ditunggu-tunggu tidak keluar juga. Kesal dibuatnya, kami pun akhirnya beristirahat di bawah pohon pinus atau camp area :p. Di sini kami masak mie, bakar ayam panggang, dan ngopi untuk mengusir rasa lapar dan hawa dingin. Kami juga penasaran dengan apa yang ada di atas camp area. Setelah ke atas ternyata memiliki view yang tak kalah indah. Hamparan bunga daisy, dataran tinggi dieng, telaga warna dan Gn. Slamet yang kala itu menyeburkan asap putih terlihat menakjubkan namun harus hati-hati jika ke atas camp area karena banyak ranjaunya :p. Tak terasa kami bermain-main di Puncak sampai pukul 09.00. kami pun turun dan sampai di basecamp pukul 11.00. Setelah Solat Jum’at kami pun pulang ke Semarang tetapi aku memisahkan diri karena akan touring ke Purworejo-Jogja menikmati weekend sendiri hahaha koplak.

Salam Jun_krikers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar