Minggu, 27 September 2015

Bidadari Penyelamat #4



Bidadari Penyelamat #4


Beberapa hari berlalu setelah tahun baruan nonton konser SlanK sendiri, seperti biasanya tanpa kekasih, bahkan kini tanpa teman. Aku merasa di bumi ini hanya ada aku sendiri. Aku amat terasing di bumi ini. Bagai Bekasi yang selalu diasingkan di bumi ini. Atau bagai alien yang baru saja datang di muka bumi ini. Barangkali bagai Adam yang dijatuhkan oleh langit untuk mencari Hawa ke bumi. Ah sudahlah, mungkin ini bisa dibilang ratapan arjuna mencari cinta (hahaha bilang aja jomblo akut :hammer).
Setelah pulang Ujian Akhir Semester di kampus, Aku dapat pesan BBM dari Yuni, “Bang, selamat yak, Lo dapet lampu ijo dari Tria hahaha, Dia udah gua racunin sama Lo, kayaknya Dia bakalan klepek – klepek dah sama Lo hahahaha” pake emot ngakak – ngakak gituh.
Aku sangat terkejut membaca pesan BBM itu. Antara percaya dan tidak percaya. Ini nyatakah? Atau mimpikah? Katanya kan si Tria lagi balikkan sama mantannya. Entah bagaimana cara si Yuni meracuni Tria. Intinya aku sangat senang karena dapat lampu ijo hahaha. Ku balas pesan Yuni, ”oke Yun, makasih yak udah bantu Gua, Gua gak tak tau harus balas apa kebaikan Lo sama Gua, Lo terbaik (y) hehehe”. Dan seperti biasa dia pun balas,” Selow Bang, Lo kan udah gua anggap Abang sendiri hahaha” pake emot ngakak – ngakak gituh.
Aneh, aku menjadi merasa canggung setiap ingin mengirim BBM ataupun SMS ke Tria. Padahal sudah dapat lampu ijo. Maksimal tiga kali sehari aku ngirim BBM/SMS ke Dia. Kayak minum obat aja. Iya obat pengantar rindu hahahaha. Dan koplaknya setiap ingin membuka pesan darinya, perasaanku campur aduk. Antara senang dan takut. Senang karena hatiku berbunga – bunga. Takut jika ada kesalahan yang menyebabkan Dia marah hahaha (lebay). Karena aku canggung, tak pandai merayu dan tak tahu harus bagaimana, Yuni pun menjadi obat alternatif pengantar rindu ku ke Tria. Sesaat malam menjelang tidur, kulihat PM BBM Yuni yang berbunyi miring, “Kalian ini sama – sama suka tapi pada malu – malu kucing hahaha” pake emot ngakak – ngakak gituh. “Sial, dafuq banget si Yuni bikin PM kek gituan, bobok – bobok ganteng ajalah besok kan aku bakal ketemu sama pujaan hatiku”, pikirku.
Hari ini. Tanggal delapan bulan satu. Aku baru kelar Ujian Akhir Semester di semua mata kuliahku.
Hari ini. Tanggal delapan bulan satu. Aku cabut dari Semarang menuju Jogja, menemui pujaan hatiku.
Perjalanan Semarang – Jogja dengan Shaggy hitam – merah bengalku, ku lahap dengan sekejap. Tak sabar tuk menemui pujaan hatiku. Tak sabar melihat wajah senyum manisnya. Tak sabar tuk melepas rindu yang telah sekian lama menyiksa. Dan tak sabar menjadikannya kekasihku. Deg – deg an sekali rasanya. Yeah, kalau tidak sekarang kapan lagi. Aku hanya punya waktu di hari ini. Tanggal delapan bulan satu.
Di TKP, tepatnya di bawah Fly Over Janti, pada pukul 3 sore. Tambah deg – deg an sekali serasa jantungku mau jatuh. Dia yang berbulan-bulan dan selama ini kutunggu, kunanti dan kurindukan. Dia yang bertemu denganku tak lebih lama dari 2x24 jam? Dia yang berbicara padaku tak lebih dari 24 kata? Dia yang hanya teman sependakianku waktu di Sindoro dulu? Dia yang tak tahu seperti apa aku? Dan Dia yang aku tak tahu siapa dia? Kini berada di depan mataku. Aku tak tahu harus mengawali pembicaraan apa. Intinya bahagiaku tak terukur. “Hai, Ra, udah lama nunggunya?”, sapaku. “Enggak kok, ini baru juga nyampe Bang, hehe”, jawabnya (yeah, bilang aja udah lama kek nunggunya karena saking semangatnya ingin bertemu dengan ksatria pujaan hatimu :p).
Seperti biasa dia memakai masker yang membuatku agak jengkel karena tak bisa memandang wajahnya manisnya :/. Mungkin banyak alasan kenapa dia selalu memakai masker. Bahkan diawal pertemuan, aku sudah bermain logika praduga tak bersalah dengan probabilitas 0,0000000001% :p. Mau disebutin lagi logika praduga tak bersalahku yang punya probabilitas segitu persen apa aja? :p. Oke aku sebutin lah. Aku kan baik hati dan tidak sombong :p. Pertamax, mungkin dia sedang flu, maka ditutuplah hidung di wajahnya agar virusnya tidak menyebar, kan jijik kalau meler, kalau ketularan pie? Aku juga mau kok ditularin, caranya pie? Adalah pokoknya hahaha :p (dia sungguh baik hati ya :p). Keduax, mungkin dia sedang bermain aman dengan debu – debu yang beterbangan konon debu tersebut membawa berbagai virus penyakit yang diantaranya menyebabkan jerawatan (jaga kesehatan dan kecantikan :p). Ketigax atau yang lebih memungkinkan adalah dia malu dan kurang percaya diri menunjukkan wajahnya di depan ksatria tampan seperti diriku ini (ah jadi malu :p). Untuk ulasan logika praduga tak bersalah dengan probabilitas segitu persen yang lebih lengkap, lihat aja ya di dongeng “masker dan kereta” dan “masker dan gunung” dijamin ngakaks hahaha :D.
Pertemuan yang singkat dengan Tria tak diselingi dengan cipika – cipiki. Kemudian menuju kosan Yuni buat minjem kamera pocketnya. Tak banyak bicara karena memang masih canggung :D. Sampai di Kosan Yuni. Dipinjemin lah tuh kamera pocketnya. Ngobrol – ngobrol tuh kami bertiga meskipun lebih banyak heningnya hahaha padahal sama – sama suka tapi kok pada malu – malu kucing hahaha ini koplaks -_-. Yeah, setidaknya aku bisa memandang wajah manis Tria karena maskernya udah lepas ahihihi. Waktu sudah menunjukkan sholat Ashar. Aku pamit menunaikan ibadah sholat Ashar ke masjid dekat kosan Yuni. Sebelum ke masjid, aku memaksa Tria buat masukin Shaggyku ke dalam kosan Yuni. Dengan harapan dia membaca pesan dari gantungan kunci Shaggyku hahaha “Kalau tidak ingin dianggap kekanak – kanakan bersikap lah dewasa”, by Joger 240301 GTR.
Sepulang dari masjid hatiku merasa lebih tenang. Aku sudah mendapat rekomendasi trip buat ngebegal hati si Tria. Seperti apakah caraku ngebegal hati Tria? Baca di dongeng selanjutnya “Bidadari Penyelamat #5”.
Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar