Bidadari
Penyelamat #3
Suatu
hari di libur panjang akhir tahun. Aku berniat mengajak dia dan
temannya mendaki Gunung Merbabu. Yeah, untuk meyakinkan hatinya lebih
baik membangun chemistry saja saat melakukan pendakian nanti,
pikirku. H-1 pendakian, dia dan temannya fix menyatakan
kesanggupannya. Schedule keren sudah ku persiapkan. Okelah, aku
bersama adikku juga telah siap peralatannya. Pagi di hari H
pendakian, sunyi tak tak ada kabar. Aku dan adikku sudah siap
berangkat ke basecamp. Masih menunggu kabar dia dan temannya. Apakah
ikut atau tidak. Siang menjelang, ada BBM dari temannya tidak jadi
ikut. “Kenapa ni?”, tanyaku. “Entahlah, kalau dia ikut gua juga
ikut, mendadak banget tiba-tiba dia bilang gak bisa, padahal gua udah
siap”, jawabnya sambil pake emot sedih-sedih gitu. Aku mencoba
mencari tahu alasan kenapa. BBM-ku ke dia tak ada yang terkirim atau
mungkin tak dibaca. Ah sedih sekali hatiku. Kapan lagi aku bisa
mengusir kegalauan hatiku akan dia. Alhasil aku dan adikku tetap
mendaki Gunung Merbabu tanpa dia .
Saat pendakian, aku sungguh kagum disuguhi keindahaan sunset di atas
awan sabana 1 Merbabu. Sayang, dia tak ada disampingku. Yeah, sunset
yang tenggelam serasa tak seindah tanpa dia disini .
Pagi harinya aku diterpa badai hingga puncak dan kehujanan sewaktu
perjalanan turun ke basecamp. Yeah, pupus sudah harapanku untuk
membangun chemistry dengannya. Aku tak tahu harus bagaimana menahan
rindu ini. Beberapa hari kemudian, BBM-ku dibalas. Katanya nggak
disetujui orangtuanya sehingga tidak berani mendaki. Okelah, aku
mengerti dan paham keadaannya. Nanti ku kirim saja foto secarik
kertas di atas puncak yang berisi pesan aku kangen dia.
Hari
berlalu hingga hari di akhir tahun, aku tak tahan mengungkapkan isi
hati yang sebenarnya. Bagaiamana caranya? Aku tahu jarak ku dan dia
begitu jauh. Aku juga tak tahu apakah dia sedang menjalin hubungan.
Jika dia sedang menjalin hubungan apa daya aku bisa apa? Aku telah
mencintai orang yang salah bahkan bertepuk sebelah tangan dan percuma
aku menghabiskan waktu untuk memikirkan dia. Hari itu, Ujian Akhir
Semester untuk mata kuliah pertamaku telah selesai. Aku bergegas
menuju Solo karena ada konser tahun baru-an bersama SlanK. Sebelum ke
tempat konser, aku mampir di warung burjo Sadam, temanku yang di
Solo. Nagih traktir makan nasi omelet+kopi buat tahun baruan wkwkwk.
Senja
kini berganti malam menjelang tahun baru. Senja yang kulihat dari
teras warung burjo berbeda dari biasanya. Senja kali ini tidak jingga
seperti biasanya. Senja terlihat tersipu malu ditutupi awan kelabu.
Namun cahaya senja mampu menembus awan kelabu. Cahayanya yang
keemasan menyinari sela kolong langit. Apakah pula dia cintaku yang
berbeda dari biasanya?
“Ni,
gua boleh kepo nggak? Si Tria udah punya pacar belum? Gua sebenarnya
suka dia tapi kalau ditanya kenapa gua juga nggak tau kenapa tapi gua
yakin sama perasaan gua. Kalau semisal dia lagi pacaran ya gua mundur
aja cari yang lain. Soalnya ini tahun baru sih pingin punya semangat
baru juga apalagi gua lagi berjuang :D”, BBM-ku pada Yuni, temannya
Tria, Gadis yang ku suka.
Yuni
balas BBM-ku dengan begitu banyak emot yang ngakak-ngakak,”hahaha,
entah Bang kayaknya dia lagi balikan sama mantannya yang tetanggaan
gitu, katanya kuliahnya di Solo. Nanti gua kasih tau lagi Bang.
Tenang gua dukung kok. Lo kan udah gua anggap Abang sendiri hahaha.”
Aku
begitu sedih mendengar kalau dia sedang pacaran. Detak jantungku
serasa berhenti seketika. Aku mati sebentar. Dia yang berbulan-bulan
dan selama ini kutunggu, kunanti dan kurindukan tak sesuai dengan
harapanku. Yeah, aku sepertinya terlalu berharap sehingga aku lupa
ada yang dekat. Kenapa aku harus memilih dia yang jauh dariku? Dia
yang tak tahu seperti apa aku? Dia yang bertemu denganku tak lebih
lama dari 2x24 jam? Dia yang berbicara padaku tak lebih dari 24 kata?
Dia yang hanya teman sependakianku? Dia yang aku tak tahu siapa dia?
Yeah, sepertinya kali ini aku terlalu bodoh karena mudah jatuh cinta.
Mengingat senyum manisnya membuat aku selalu rindu dan memikirkannya
hingga berbulan-bulan. Kini tak tahu harus melakukan apa. Getir
rasanya. Pupus sudah. Ah, sudahlah lupakan saja, mungkin ini bakal
jadi cerita cinta yang tak terungkapkan bagiku. Barangkali dia jodoh,
pasti bertemu lagi dengan dia, selagi hobi kita yang sama-sama suka
berpetualang .
Setelah
rasanya aku mati sebentar. Aku pamit pada Sadam untuk menonton konser
SlanK. Yeah, semakin larut malam semakin banyak para Slankers yang
menanti konser Slank di Lapangan Kopassus. Akhirnya SlanK tampil
juga. Lagu-lagu yang dibawakannya membawa emosi ku larut, di lagu
gembira aku menjadi ikut gembira, di lagu sedih aku menjadi ikut
sedih bahkan menangis iya aku benar-benar menangis di tengah
keramaian. Lagi pula tak ada kenal karena aku hanya sendiri menonton
konser di tengah keramaian. Cuek saja. Hingga akhirnya kembang api
mulai menghiasi langit malam. Pertanda tahun baru tiba. Ingin rasanya
bergandeng tangan sambil melihat kembang api jika memiliki kekasih
pada saat itu. Lagu penutup dari SlanK ~ Kamu Harus Pulang, pertanda
konser usai dan aku harus pulang. Aku pulang tanpa dendam namun
banyak beban. Aku kalah. Aku payah. Kembali menjalani hidup yang
biasa. Tak ada yang peduli bahkan mengkhawatirkanku. Mungkin jika aku
mati tak akan ada orang yang bersedih atas kematianku. Tapi aku tak
ingin mati dengan bunuh diri atau mati secepat itu. Selamat datang
kehidupan semester tingkat atas yang tak berwarna namun bermakna. Iya
bermakna karena aku bakalan tahu orang yang benar-benar peduli
terhadapku bukan hanya memanfaatkanku. Yeah, resolusi tahun baru,
semoga urusan studiku dilancarkan, mendapat pekerjaan, membahagiakan
orang tua, menemukan bidadari penyelamat sebagai penyemangat baruku.
Amien.
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar