Rabu, 29 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #3

Bidadari Penyelamat #3
Suatu hari di libur panjang akhir tahun. Aku berniat mengajak dia dan temannya mendaki Gunung Merbabu. Yeah, untuk meyakinkan hatinya lebih baik membangun chemistry saja saat melakukan pendakian nanti, pikirku. H-1 pendakian, dia dan temannya fix menyatakan kesanggupannya. Schedule keren sudah ku persiapkan. Okelah, aku bersama adikku juga telah siap peralatannya. Pagi di hari H pendakian, sunyi tak tak ada kabar. Aku dan adikku sudah siap berangkat ke basecamp. Masih menunggu kabar dia dan temannya. Apakah ikut atau tidak. Siang menjelang, ada BBM dari temannya tidak jadi ikut. “Kenapa ni?”, tanyaku. “Entahlah, kalau dia ikut gua juga ikut, mendadak banget tiba-tiba dia bilang gak bisa, padahal gua udah siap”, jawabnya sambil pake emot sedih-sedih gitu. Aku mencoba mencari tahu alasan kenapa. BBM-ku ke dia tak ada yang terkirim atau mungkin tak dibaca. Ah sedih sekali hatiku. Kapan lagi aku bisa mengusir kegalauan hatiku akan dia. Alhasil aku dan adikku tetap mendaki Gunung Merbabu tanpa dia . Saat pendakian, aku sungguh kagum disuguhi keindahaan sunset di atas awan sabana 1 Merbabu. Sayang, dia tak ada disampingku. Yeah, sunset yang tenggelam serasa tak seindah tanpa dia disini . Pagi harinya aku diterpa badai hingga puncak dan kehujanan sewaktu perjalanan turun ke basecamp. Yeah, pupus sudah harapanku untuk membangun chemistry dengannya. Aku tak tahu harus bagaimana menahan rindu ini. Beberapa hari kemudian, BBM-ku dibalas. Katanya nggak disetujui orangtuanya sehingga tidak berani mendaki. Okelah, aku mengerti dan paham keadaannya. Nanti ku kirim saja foto secarik kertas di atas puncak yang berisi pesan aku kangen dia.
Hari berlalu hingga hari di akhir tahun, aku tak tahan mengungkapkan isi hati yang sebenarnya. Bagaiamana caranya? Aku tahu jarak ku dan dia begitu jauh. Aku juga tak tahu apakah dia sedang menjalin hubungan. Jika dia sedang menjalin hubungan apa daya aku bisa apa? Aku telah mencintai orang yang salah bahkan bertepuk sebelah tangan dan percuma aku menghabiskan waktu untuk memikirkan dia. Hari itu, Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah pertamaku telah selesai. Aku bergegas menuju Solo karena ada konser tahun baru-an bersama SlanK. Sebelum ke tempat konser, aku mampir di warung burjo Sadam, temanku yang di Solo. Nagih traktir makan nasi omelet+kopi buat tahun baruan wkwkwk.
Senja kini berganti malam menjelang tahun baru. Senja yang kulihat dari teras warung burjo berbeda dari biasanya. Senja kali ini tidak jingga seperti biasanya. Senja terlihat tersipu malu ditutupi awan kelabu. Namun cahaya senja mampu menembus awan kelabu. Cahayanya yang keemasan menyinari sela kolong langit. Apakah pula dia cintaku yang berbeda dari biasanya?
Ni, gua boleh kepo nggak? Si Tria udah punya pacar belum? Gua sebenarnya suka dia tapi kalau ditanya kenapa gua juga nggak tau kenapa tapi gua yakin sama perasaan gua. Kalau semisal dia lagi pacaran ya gua mundur aja cari yang lain. Soalnya ini tahun baru sih pingin punya semangat baru juga apalagi gua lagi berjuang :D”, BBM-ku pada Yuni, temannya Tria, Gadis yang ku suka.
Yuni balas BBM-ku dengan begitu banyak emot yang ngakak-ngakak,”hahaha, entah Bang kayaknya dia lagi balikan sama mantannya yang tetanggaan gitu, katanya kuliahnya di Solo. Nanti gua kasih tau lagi Bang. Tenang gua dukung kok. Lo kan udah gua anggap Abang sendiri hahaha.”
Aku begitu sedih mendengar kalau dia sedang pacaran. Detak jantungku serasa berhenti seketika. Aku mati sebentar. Dia yang berbulan-bulan dan selama ini kutunggu, kunanti dan kurindukan tak sesuai dengan harapanku. Yeah, aku sepertinya terlalu berharap sehingga aku lupa ada yang dekat. Kenapa aku harus memilih dia yang jauh dariku? Dia yang tak tahu seperti apa aku? Dia yang bertemu denganku tak lebih lama dari 2x24 jam? Dia yang berbicara padaku tak lebih dari 24 kata? Dia yang hanya teman sependakianku? Dia yang aku tak tahu siapa dia? Yeah, sepertinya kali ini aku terlalu bodoh karena mudah jatuh cinta. Mengingat senyum manisnya membuat aku selalu rindu dan memikirkannya hingga berbulan-bulan. Kini tak tahu harus melakukan apa. Getir rasanya. Pupus sudah. Ah, sudahlah lupakan saja, mungkin ini bakal jadi cerita cinta yang tak terungkapkan bagiku. Barangkali dia jodoh, pasti bertemu lagi dengan dia, selagi hobi kita yang sama-sama suka berpetualang .
Setelah rasanya aku mati sebentar. Aku pamit pada Sadam untuk menonton konser SlanK. Yeah, semakin larut malam semakin banyak para Slankers yang menanti konser Slank di Lapangan Kopassus. Akhirnya SlanK tampil juga. Lagu-lagu yang dibawakannya membawa emosi ku larut, di lagu gembira aku menjadi ikut gembira, di lagu sedih aku menjadi ikut sedih bahkan menangis iya aku benar-benar menangis di tengah keramaian. Lagi pula tak ada kenal karena aku hanya sendiri menonton konser di tengah keramaian. Cuek saja. Hingga akhirnya kembang api mulai menghiasi langit malam. Pertanda tahun baru tiba. Ingin rasanya bergandeng tangan sambil melihat kembang api jika memiliki kekasih pada saat itu. Lagu penutup dari SlanK ~ Kamu Harus Pulang, pertanda konser usai dan aku harus pulang. Aku pulang tanpa dendam namun banyak beban. Aku kalah. Aku payah. Kembali menjalani hidup yang biasa. Tak ada yang peduli bahkan mengkhawatirkanku. Mungkin jika aku mati tak akan ada orang yang bersedih atas kematianku. Tapi aku tak ingin mati dengan bunuh diri atau mati secepat itu. Selamat datang kehidupan semester tingkat atas yang tak berwarna namun bermakna. Iya bermakna karena aku bakalan tahu orang yang benar-benar peduli terhadapku bukan hanya memanfaatkanku. Yeah, resolusi tahun baru, semoga urusan studiku dilancarkan, mendapat pekerjaan, membahagiakan orang tua, menemukan bidadari penyelamat sebagai penyemangat baruku. Amien.
Bersambung.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar