Jumat, 03 Juli 2015

Badai Lawu with Love

Badai Lawu with Love










8/3/2015

Musim penghujan belum berakhir. Hasrat untuk menikmati ketinggian tidaklah berakhir :D. Itulah yang berada dalam benak kami. Dua sejoli yang memiliki pemikiran sama dan dipertemukan dalam pendakian Gn. Sindoro silam. Yeah, untuk menuntaskan janjiku awal pacaran mengajak pacarku, Tiara, mendaki gunung lagi, sekaligus perayaan anniversarry yang baru berjalan tiga bulan. Yeah, meskipun baru seumur jagung setidaknya perayaan ini mungkin akan membawa hubungan yang lebih baik meskipun sudah baik-baik saja :D. Setelah me-list daftar Gunung yang tidak begitu merepotkan ketika musim penghujan, akhirnya terpilihlah Gn. Lawu via Cemoro Sewu, terlebih aku sudah paham jalurnya, tracknya dan banyaknya warung hahaha. Aku berangkat dari Semarang, pacarku berangkat dari Yogyakarta, dengan meet point di Terminal Tirtonadi Solo. Nasib LDR wkwkwk -__-. Aku cukup menunggu lama di terminal karena bus yang ditumpanginya bukan bus yang ku sarankan cc: Sumber Kencono/Sumber Selamat/Sugeng Rahayu hahaha. Akhirnya sampai juga dia di terminal. Dengan mudah aku menemukannya meskipun dia memakai maskernya hahaha. Kami beranjak menuju penyewaan alat outdoor langgananku di Sekitaran UNS. Setelah alat siap, kami bergegas menuju Cemoro Sewu karena hari sudah larut sore. Di tengah perjalanan kami mampir di Masjid Alun-alun Karanganyar untuk Sholat Ashar. Kemudian bergegas lagi ke tujuan karena hari hampir senja. Dan lagi-lagi kami terhenti di Tawangmangu karena hujan sangat deras sampai lewat Maghrib. Setelah reda, kami bergegas lagi meskipun masih rintik dan menembus kabut tebal menutupi jalan Tawangmangu-Cemoro Sewu. Hampir sampai tujuan, kami diguyur hujan deras lagi sehingga kami menepi di warung sekaligus sarapan dan ngopi hangat. Hujan sudah reda, kami berangkat ke basecamp yang tak jauh dari warung. Sesampainya di basecamp, kami Sholat maghrib dan I’sa di Masjid.

Proses aklimatisasi begitu panjang ini sudah cukup menahan dinginnya Gn. Lawu awal malam itu. Beberapa pendaki yang baru turun mengatakan kalau diatas sedang badai parah hahaha -__-. Namun hal itu tak menyurutkan langkah kami mendaki. Setelah ngopi, registrasi dan berdo’a, kami mulai melangkah mendaki berdua saja. Meskipun begitu ramai sekali pendakian Gn. Lawu via Cemoro Sewu ini karena tingkat kerepotannya di musim penghujan tak seperti jalur lainnya. Track yang kami lalui berupa batu-batu yang disusun menyerupai anak tangga. Semakin tinggi, semakin terjal dan semakin dingin bbbrrrrr -__-. Kami melalui semua ini dengan suka cita bersenda gurau. Jika lelah ya istirahat dah pokoknya mah selow hehe. Di Post 1 dan Post 2 kami berhenti lama untuk istirahat. Selepas Post 2 menuju Post 3, track semakin terjal dan dingin semakin terasa karena anginnya kencang. Di Post 3 kami istirahat. Terpintas ada keraguan untuk lanjut ke post selanjutnya atau ngecamp di Post 3 ini, karena ku lihat raut wajah lelah pacarku namun terlihat lebih cantik dan mempesona pokoknya mah hehe. Di post 3 ini sudah penuh dan tak bisa mendirikan tenda lagi. Akhirnya kami naik ke atas lagi dan menemukan spot datar yang hanya cukup 1 tenda. Yeah, setelah tenda berdiri kami masuk kemudian masak mie :p dan kopi supaya hangat. Udara malam itu sangat dingin, angin kencang membuat tenda bergoyang-goyang, terkadang hujan rintik-rintik berselangan kabut tebal. Meskipun kami tidur memakai sleeping bag, dingin masih saja dapat menembus. Menjelang Subuh aku dan pacarku terbangun dari tidur karena dinginnya menyiksa. Ku nyalakan kompor spirtus kebangganku di dalam tenda buat hangat-hangat seperti api unggun hehehe. Temaram api spirtus menemani obrolan kami berdua. Romantis? Iyalah. Setelah kehabisan kata kemudian hening seketika. Kulihat wajah cantik pacarku dari jarak sangat dekat. I love you hahaha :D. Yeah daripada gabut kami tidur lagi karena tak kuat dinginnya Gn. Lawu jika summit saat itu juga :D.
Pagi hari aku terbangun. Kulihat pacarku yang cantik tersenyum dan tertawa kecil melihatku terbangun. Wah, doi terbangun lebih dahulu ternyata :D. Usut punya usut, doi gak bisa tidur karena kedinginan. Apalagi kalau bukan karena sleeping bagnya yang terpakai secara tidak benar/gak bisa pake sb wkwkwk. Salah sendiri kenapa gak bilang aku juga wkwkwk :p. Pagi ku yang indah melihat senyumnya :D. Namun pagi di luar sana berkabut tebal dan angin masih saja sangat kencang membuatku menggigil kedinginan ketika keluar tenda sekedar menikmati sensasi pagi itu wkwkwk. Kemudian kami membuat kopi lagi sebelum summit attack. Kami summit attack dengan membawa bekal seperlunya saja, terlebih bawa uang karena kami akan menikmati pecel legendarisnya Mbok Yem di Puncak Lawu hehe. Barang tak penting kami tinggal dalam tenda. Kami mendaki anak-anak tangga yang terjal secara alon-alon asal kelakon. Namun aku tak bisa melihat raut wajah lelah doi karena ditutup masker sepanjang perjalanan. Usut punya usut, hidungnya ternyata meler wkwkwk hik :p. Di perjalanan kami bertemu pendaki yang turun mengatakan tak dapat sunrise dan di atas sedang badai parah hahaha. Jalani aja badai pasti berlalu kok :D. Sesaat kami sampai di Post 4 dan beristirahat sebentar. Lanjut lagi sampai Post 5. Di Post 5 ini banyak tenda dome yang mengalami patah frame bahkan ada warung yang terpalnya terbang entah kemana dengan kayu yang berserakan. Di Sendang Derajat juga serupa dengan di Post 5. Beruntung kami ngecamp di Sekitar Post 3 karena aman dari terjangan angin kencang hehe. Dari Sendang Derajat menuju Hargo Dalem/Warung Mbok Yem kami harus berhati-hati berpegangan erat dan jangan sampai terpisah. Meskipun jalurnya lebar cukup berbahaya jika dilewati saat angin sangat kencang dan kabut sangat tebal karena berada di punggungan yang kanan-kirinya jurang. Sampailah kami di Warung Mbok Yem untuk sarapan pecel legendarisnya sambil berendam kehangatan api dapur kayunya.  Suhu di dalam warung 5°C, mungkin di Puncak Hargo Dumilah sudah mencapai titik beku :D. Memang benar-benar dingin bbbbrrrrr. Setelah sarapan, kami jalan-jalan liat petilasan Hargo Dalem dan kemudian lanjut summit attack ke Puncak Hargo Dumilah 3265 mdpl. Di Puncak Hargo Dumilah, dingin begitu menyiksa. Serasa seperti masuk dalam freezer kulkas raksasa, angin lebih kencang daripada di bawah, kabut tebal menari-nari menutupi pemandangan. Tak lama-lama kami berada di puncak. Kami harus turun dari puncak karena sudah tak kuat dinginnya. Terus turun sampai tenda kami berada. Kemudian tidur lagi untuk mencharge tenaga turun.

Hari semakin siang dan bbbyyyuuurrrrr hujan mengguyur tenda dan membangunkan tidur kami. Hujan reda, kami cepat-cepat packing supaya tidak kemalaman pulang. Sampai post 3 kami berteduh karena hujan lagi namun sebentar reda. Kami melanjutkan turun yang melelahkan ke basecamp dengan santai. Perjalanan turun sangat cerah sehingga dapat lihat pemandangan, dibandingkan dengan menuju ke atas karena awan hanya mengumpul dan berputar-putar di Bagian Puncak Gn. Lawu. Yeah, harus berhati-hati jika melihat awan seperti itu di Bagian Puncak sebuah gunung karena dipastikan terjadi badai. Kami sampai basecamp menjelang Maghrib. Setelah bersih-bersih dan makan malam kami pulang. Setelah mengembalikan alat outdoor sewaan di Solo. Aku mengantar pulang pacarku ke rumahnya kemudian aku pulang ke Semarang. Usut punya usut, pacarku dimarahi oleh orang tuanya karena tak ijin lebih dahulu. Dan akhirnya sampai aku tulis catper ini, aku belum mendaki bersamanya lagi L . yeah apa boleh buat, ijin orang tua itu hal yang paling penting. Kapan kamu dapat ijin dari orang tua mu untuk mendaki bersamaku lagi? :D

Yeah, meskipun dilanda badai dan tak mendapatkan view maksimal di puncak. Setidaknya kita mampu menghadapi badai bersama-sama hingga sampai puncak gunung. Semoga kita juga mampu menghadapi segala badai cobaan yang menghadang dalam hubungan kita hingga sampai puncak ....., amien J
Salam Jun_krikers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar