8/3/2015
Musim penghujan belum berakhir.
Hasrat untuk menikmati ketinggian tidaklah berakhir :D. Itulah yang berada
dalam benak kami. Dua sejoli yang memiliki pemikiran sama dan dipertemukan
dalam pendakian Gn. Sindoro silam. Yeah, untuk menuntaskan janjiku awal pacaran
mengajak pacarku, Tiara, mendaki gunung lagi, sekaligus perayaan anniversarry
yang baru berjalan tiga bulan. Yeah, meskipun baru seumur jagung setidaknya
perayaan ini mungkin akan membawa hubungan yang lebih baik meskipun sudah
baik-baik saja :D. Setelah me-list daftar Gunung yang tidak begitu merepotkan
ketika musim penghujan, akhirnya terpilihlah Gn. Lawu via Cemoro Sewu, terlebih
aku sudah paham jalurnya, tracknya dan banyaknya warung hahaha. Aku berangkat
dari Semarang, pacarku berangkat dari Yogyakarta, dengan meet point di Terminal
Tirtonadi Solo. Nasib LDR wkwkwk -__-. Aku cukup menunggu lama di terminal
karena bus yang ditumpanginya bukan bus yang ku sarankan cc: Sumber
Kencono/Sumber Selamat/Sugeng Rahayu hahaha. Akhirnya sampai juga dia di terminal.
Dengan mudah aku menemukannya meskipun dia memakai maskernya hahaha. Kami
beranjak menuju penyewaan alat outdoor langgananku di Sekitaran UNS. Setelah
alat siap, kami bergegas menuju Cemoro Sewu karena hari sudah larut sore. Di
tengah perjalanan kami mampir di Masjid Alun-alun Karanganyar untuk Sholat
Ashar. Kemudian bergegas lagi ke tujuan karena hari hampir senja. Dan lagi-lagi
kami terhenti di Tawangmangu karena hujan sangat deras sampai lewat Maghrib.
Setelah reda, kami bergegas lagi meskipun masih rintik dan menembus kabut tebal
menutupi jalan Tawangmangu-Cemoro Sewu. Hampir sampai tujuan, kami diguyur
hujan deras lagi sehingga kami menepi di warung sekaligus sarapan dan ngopi
hangat. Hujan sudah reda, kami berangkat ke basecamp yang tak jauh dari warung.
Sesampainya di basecamp, kami Sholat maghrib dan I’sa di Masjid.
Proses aklimatisasi begitu
panjang ini sudah cukup menahan dinginnya Gn. Lawu awal malam itu. Beberapa
pendaki yang baru turun mengatakan kalau diatas sedang badai parah hahaha -__-.
Namun hal itu tak menyurutkan langkah kami mendaki. Setelah ngopi, registrasi
dan berdo’a, kami mulai melangkah mendaki berdua saja. Meskipun begitu ramai
sekali pendakian Gn. Lawu via Cemoro Sewu ini karena tingkat kerepotannya di
musim penghujan tak seperti jalur lainnya. Track yang kami lalui berupa
batu-batu yang disusun menyerupai anak tangga. Semakin tinggi, semakin terjal
dan semakin dingin bbbrrrrr -__-. Kami melalui semua ini dengan suka cita
bersenda gurau. Jika lelah ya istirahat dah pokoknya mah selow hehe. Di Post 1
dan Post 2 kami berhenti lama untuk istirahat. Selepas Post 2 menuju Post 3,
track semakin terjal dan dingin semakin terasa karena anginnya kencang. Di Post
3 kami istirahat. Terpintas ada keraguan untuk lanjut ke post selanjutnya atau
ngecamp di Post 3 ini, karena ku lihat raut wajah lelah pacarku namun terlihat
lebih cantik dan mempesona pokoknya mah hehe. Di post 3 ini sudah penuh dan tak
bisa mendirikan tenda lagi. Akhirnya kami naik ke atas lagi dan menemukan spot
datar yang hanya cukup 1 tenda. Yeah, setelah tenda berdiri kami masuk kemudian
masak mie :p dan kopi supaya hangat. Udara malam itu sangat dingin, angin
kencang membuat tenda bergoyang-goyang, terkadang hujan rintik-rintik
berselangan kabut tebal. Meskipun kami tidur memakai sleeping bag, dingin masih
saja dapat menembus. Menjelang Subuh aku dan pacarku terbangun dari tidur
karena dinginnya menyiksa. Ku nyalakan kompor spirtus kebangganku di dalam
tenda buat hangat-hangat seperti api unggun hehehe. Temaram api spirtus
menemani obrolan kami berdua. Romantis? Iyalah. Setelah kehabisan kata kemudian
hening seketika. Kulihat wajah cantik pacarku dari jarak sangat dekat. I love
you hahaha :D. Yeah daripada gabut kami tidur lagi karena tak kuat dinginnya
Gn. Lawu jika summit saat itu juga :D.
Pagi hari aku terbangun. Kulihat
pacarku yang cantik tersenyum dan tertawa kecil melihatku terbangun. Wah, doi terbangun
lebih dahulu ternyata :D. Usut punya usut, doi gak bisa tidur karena
kedinginan. Apalagi kalau bukan karena sleeping bagnya yang terpakai secara
tidak benar/gak bisa pake sb wkwkwk. Salah sendiri kenapa gak bilang aku juga
wkwkwk :p. Pagi ku yang indah melihat senyumnya :D. Namun pagi di luar sana berkabut
tebal dan angin masih saja sangat kencang membuatku menggigil kedinginan ketika
keluar tenda sekedar menikmati sensasi pagi itu wkwkwk. Kemudian kami membuat
kopi lagi sebelum summit attack. Kami summit attack dengan membawa bekal
seperlunya saja, terlebih bawa uang karena kami akan menikmati pecel
legendarisnya Mbok Yem di Puncak Lawu hehe. Barang tak penting kami tinggal
dalam tenda. Kami mendaki anak-anak tangga yang terjal secara alon-alon asal
kelakon. Namun aku tak bisa melihat raut wajah lelah doi karena ditutup masker
sepanjang perjalanan. Usut punya usut, hidungnya ternyata meler wkwkwk hik :p.
Di perjalanan kami bertemu pendaki yang turun mengatakan tak dapat sunrise dan
di atas sedang badai parah hahaha. Jalani aja badai pasti berlalu kok :D.
Sesaat kami sampai di Post 4 dan beristirahat sebentar. Lanjut lagi sampai Post
5. Di Post 5 ini banyak tenda dome yang mengalami patah frame bahkan ada warung
yang terpalnya terbang entah kemana dengan kayu yang berserakan. Di Sendang
Derajat juga serupa dengan di Post 5. Beruntung kami ngecamp di Sekitar Post 3
karena aman dari terjangan angin kencang hehe. Dari Sendang Derajat menuju
Hargo Dalem/Warung Mbok Yem kami harus berhati-hati berpegangan erat dan jangan
sampai terpisah. Meskipun jalurnya lebar cukup berbahaya jika dilewati saat
angin sangat kencang dan kabut sangat tebal karena berada di punggungan yang
kanan-kirinya jurang. Sampailah kami di Warung Mbok Yem untuk sarapan pecel
legendarisnya sambil berendam kehangatan api dapur kayunya. Suhu di dalam warung 5°C, mungkin di Puncak
Hargo Dumilah sudah mencapai titik beku :D. Memang benar-benar dingin
bbbbrrrrr. Setelah sarapan, kami jalan-jalan liat petilasan Hargo Dalem dan
kemudian lanjut summit attack ke Puncak Hargo Dumilah 3265 mdpl. Di Puncak
Hargo Dumilah, dingin begitu menyiksa. Serasa seperti masuk dalam freezer
kulkas raksasa, angin lebih kencang daripada di bawah, kabut tebal menari-nari
menutupi pemandangan. Tak lama-lama kami berada di puncak. Kami harus turun
dari puncak karena sudah tak kuat dinginnya. Terus turun sampai tenda kami
berada. Kemudian tidur lagi untuk mencharge tenaga turun.
Hari semakin siang dan
bbbyyyuuurrrrr hujan mengguyur tenda dan membangunkan tidur kami. Hujan reda,
kami cepat-cepat packing supaya tidak kemalaman pulang. Sampai post 3 kami
berteduh karena hujan lagi namun sebentar reda. Kami melanjutkan turun yang
melelahkan ke basecamp dengan santai. Perjalanan turun sangat cerah sehingga
dapat lihat pemandangan, dibandingkan dengan menuju ke atas karena awan hanya
mengumpul dan berputar-putar di Bagian Puncak Gn. Lawu. Yeah, harus
berhati-hati jika melihat awan seperti itu di Bagian Puncak sebuah gunung
karena dipastikan terjadi badai. Kami sampai basecamp menjelang Maghrib.
Setelah bersih-bersih dan makan malam kami pulang. Setelah mengembalikan alat
outdoor sewaan di Solo. Aku mengantar pulang pacarku ke rumahnya kemudian aku
pulang ke Semarang. Usut punya usut, pacarku dimarahi oleh orang tuanya karena
tak ijin lebih dahulu. Dan akhirnya sampai aku tulis catper ini, aku belum
mendaki bersamanya lagi L
. yeah apa boleh buat, ijin orang tua itu hal yang paling penting. Kapan kamu
dapat ijin dari orang tua mu untuk mendaki bersamaku lagi? :D
Yeah, meskipun dilanda badai dan
tak mendapatkan view maksimal di puncak. Setidaknya kita mampu menghadapi badai
bersama-sama hingga sampai puncak gunung. Semoga kita juga mampu menghadapi
segala badai cobaan yang menghadang dalam hubungan kita hingga sampai puncak
....., amien J
Salam Jun_krikers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar