Rabu, 29 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #2

Bidadari Penyelamat #2
Waktu terus saja berlalu, aku menjalani hidup seperti biasanya. Kuliah dengan tugas yang membabi buta diselingi menyusun proposal skripsiku. Meskipun begitu kusempatkan petualang-petualangan bersama teman-temanku dengan cerita-cerita yang mengasyikan maupun memilukan. Namun semua tanpa cinta.
Kejadian waktu di Sindoro membuat ku selalu terkenang namun tak membuatku tenang. Pertengkaranku dengan Kai, temanku, membuat kami kehilangan hangatnya persahabatan. Persahabatan yang bermula dari petualangan di atas ketinggian. Entahlah, semua berakhir begitu saja dan segalanya sudah berubah. Meskipun kami sudah saling meminta maaf.
Mengingat kejadian di Sindoro membuatku mengingat dia. Yeah, dia gadis yang aku sukai. Apa kabar dia gadis yang aku sukai? Yeah, sepertinya aku merindukannya. Aku mencoba menghapus segala tentangnya dengan dekat gadis-gadis lain namun dia selalu saja ada di dalam benak pikiranku. Hingga akhirnya ada yang invite BBM-ku dan FB-ku. Setelah ku approve aku tahu ternyata dia adalah gadis yang ku suka. Mungkin ini rezeki anak sholeh :D. Aku bergembira sekali dan bersorak kegirangan. Namun, aku bingung tak tahu harus berbuat apa. Apakah aku harus caper buat ngejar-ngejar dia? Hahaha. Aku tak pandai melakukan itu ataupun hanya sekedar merayu. Barangkali temanku sendiri kesal dengan sikapku yang cuek, jutek bahkan tak peduli lingkungan sosial. Aku hanya seorang yang pendiam, ngomong seperlunya/jika ditanya sehingga pasti sangat menjengkelkan dan terkesan sombong bagi orang tidak mengenal diriku sepenuhnya. Yeah, mungkin kesehatan emosi yang buruk menjadikan sistem proteksi kejiwaanku seperti ini.
Untuk urusan cinta pun demikian. Terkadang hanya menjadi pengagum saja hingga tak berani mengungkapkan isi hatiku. Ku jalani hanya menjadi teman baik atau kakak-adik saja. Cukup pahit memang. Jika dibilang PHP? Entahlah, hanya saja perasaanku tak yakin pada mereka. Meskipun aku pernah menjalin hubungan pacaran dengan 4 gadis sebelumnya itupun terlalu singkat dan lebih lama sendirinya. Sakit hati? Yeah, sudah biasa bagi ku. Bahkan bisa dibilang aku trauma dengan sakit hati. Penolakan dari cinta pertamaku masih membekas hingga saat ini. Mengajarkanku bahwa cinta tak harus memiliki. Yeah, bodoh sekali dengan ucapan kata-katanya itu. Setuju dengan lagu marjinal yang mengatakan cinta itu pembodohan. Pembodohan jika cinta tak harus memiliki. Bukankah cinta itu bentuk rasa ingin memiliki? Makanya cinta harus memiliki. Cinta itu egois, cinta itu tak pernah salah dan yang salah adalah waktunya atau orangnya. Yeah, meskipun begitu aku yakin akan menemukan kebahagiaan atas nama cinta.
Belajar cinta dari 4 gadis selanjutnya. Gadis pertama mengajarkanku untuk tidak memaksakan perasaan. Yeah, berawal dari ingin merasakan rasanya berpacaran setelah ditolak, aku memaksakan perasaanku. Meskipun sama-sama pertama pacaran dan terkesan indah namun aku tak suka dengan diriku yang munafik ini. Berakhirlah dengan baik untukku dan terkesan kejam untuknya. Namun dapat diselesaikan dengan baik karena pada dasarnya memang tidak disetujui oleh ortunya karena ini masih cinta monyet. Gadis kedua mengajarkanku berhati-hati dan jangan mudah percaya menjalin hubungan. Kecantikannya membuatku terlena hingga tak sadar aku dibohongi, ditinggal tanpa alasan dan lama kemudian aku tahu dia selingkuh. Yeah, rupanya dia memilih yang lebih tajir. Yeah, tak apalah. Wajar jika wanita lebih rasional memilih. Da aku mah apa atuh? :D namun yang tak habis pikir dia berubah menjadi nakal. Selang beberapa tahun tak ada kabar. Ternyata dia sudah menikah dan bahagia dengan anaknya yang masih kecil. Selamat yah :D. Gadis ketiga mengajarkanku bahwa menjalin pacaran jarak jauh (LDR, bahasa kerennya) itu tidak mudah. Banyak masalah hingga akhirnya berpisah karena dia tak kuat dan pergi meninggalkanku begitu saja. Gadis keempat mengajarkanku bahwa cinta dengan perbedaan ras itu tidak bisa dipaksakan bersatu selamanya. Pasti ada hal yang menyulitkan bersatu akibat budayanya dan masalah keluarga nantinya. Yeah, meskipun seiman. Niatku membahagiakan dia yang selalu terlihat sedih karena menderita kanker kelenjar getah bening dengan cinta yang apa adanya sia-sia saja. Terima kasih kalian barisan mantan yang membuatku terlatih patah hati. Hahaha apalah ini :D.
Kembali ke topik pada gadis yang kusuka. Aku jarang nge-BBM dia. Paling banter pas minta foto-foto pendakian Sindoro aja. Namun diam-diam kepoin status BBM/FB-nya bahkan nyolong foto selfienya juga wkwkwk. Gilanya foto pendakian yang ada aku dan dia, ku crop, ku perbesar dan ku pajang menempel di tembok kamar kostku wkwkwk. Apakah ini yang dinamakan cinta? Entahlah, aku masih belum yakin. Hari demi hari, bulan ke bulan semakin gawat. Aku tak tahu harus bagaimana untuk berhenti memikirkan dia. Ku coba menulis dongeng “masker dan gunung” untuk mengenangnya (emang dia sudah inalillahi kok dikenang? hahaha). Seperti dongeng “masker dan kereta” yang kutulis untuk mengenang seseorang namun tak tahu namanya, tak punya kontaknya. Namun dongeng “masker dan gunung” berbeda. Aku tahu orangnya dan aku punya kontaknya sehingga aku minta tanggapannya dari dongengku :D. Ternyata dia menyukainya :D. Entah berapa hari entah berapa bulan kemudian, aku semakin menggila untuk tidak memikirkannya. Kali ini aku yakin kalau aku jatuh cinta dengan dia yeah cinta dia. Yeah, dia bakal jadi target operation ku selanjutnya. \\(^_^)//
Bersambung.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar