Bidadari
Penyelamat #1
Aku
pernah mengenal Cinta meskipun selalu berakhir nestapa. Entah mengapa
selalu saja berakhir demikian dan begitu menyakitkan. Mungkin, aku
ditakdirkan untuk tidak membahagiakan mereka atau mereka yang
ditakdirkan untuk tidak membahagiakanku. Tapi, aku yakin pada
akhirnya aku akan menemukan kebahagiaan atas nama Cinta. Kini, aku
hanyalah orang yang terjebak oleh racun. Racun yang menggugahku
selalu berkelana mencari ketenangan jiwa. Dimana ketenangan jiwa ku
dapatkan di alam yang indah atau di atas ketinggian. Terlebih
semenjak ditinggal Ibu tercinta kehadapan Sang Illahi. Aku lebih
sering berkelana karena hati selalu tak tenang.
Pada
suatu hari seorang teman mengajakku mendaki ke Gunung Sindoro. Aku
terpaksa ikut menjadi leader karena personil lebih banyak pemula dan
perempuan. Tiga laki-laki termasuk aku dan 6 perempuan. Saat itulah
aku bertemu dengannya. Seorang perempuan yang begitu menarik
perhatianku. Dia teman kuliahnya temanku. Aku tak bisa melihat wajah
perempuan itu secara penuh karena dia memakai masker. Seperti biasa
aku selalu menerka-nerka dan membully bagaimana wajah seorang
bermasker jika maskernya dibuka :D. Yeah, meskipun ku lakukan itu
secara sembunyi-sembunyi dan bakalan ngakak di dalam hati :D. Pada
akhirnya dia membuka maskernya. Aku dapat melihat wajahnya. Wajahnya
yang begitu manis. Apalagi dia selalu tersenyum. Sepertinya aku suka
dia. Yeah, hanya sebatas suka. Ku perhatikan dia tak begitu banyak
bicara. Meskipun aku sempat memboncengnya ke tempat penyewaan alat
outdoor. Mungkin dia pendiam?
Saat
mendaki. Dia seperti tak pernah lepas dari maskernya. Dia juga tak
banyak bicara. Ingin ku berbicara dengannya. Tapi aku tak tahu harus
berbicara apa? Aku hanya mengenal namanya saja. Biarlah aku terlihat
cuek. Aku jalani peranku sebagai pemandu petualangan di ketinggian
ini. Personil pecah karena ada yang memilih pulang dan ada yang
memilih lanjut sampai puncak. Kami sampai puncak dengan personil
tersisa. Temanku lebih dulu turun menyusul personil yang pulang.
Entahlah aku tak tahu jalan pikirannya yang membuat pecah personil
yang tersisa. Terlebih kurangnya personil laki-laki yang tinggal 2
orang saja. Itu yang membuatku kesal padanya.
Turun
dari puncak. Kami terlalu asyik dengan cara berlari. Perempuan yang
ku suka jatuh terguling-guling dan salto. Beruntung dia tidak terluka
parah ataupun patah tulang. Namun, pasti sakit sekali untuk seorang
perempuan seperti dia. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku terlambat
membantunya meskipun hanya memapahnya untuk berjalan. Disamping itu
perutku terasa mual karena hasrat ingin BAB. Sial sekali nasibku dan
terpaksalah BAB di atas ketinggian. Menjelang malam kami sampai
rimbunnya hutan. Beruntung sekali kami bareng dengan mas-mas pendaki
yang turun. Perutku sakit dan ingin BAB lagi. Terpaksa ku tinggal
perempuan yang ku suka dan personil lain untuk membuang BAB ku di
basecamp. Aku turun sendiri berlari kencang di tengah gelap hutan.
Aku kesal sekali dengan kesialan ini. Lebih-lebih ada gangguan
makhluk tak kasap mata. Entah mengapa aku tak kunjung keluar dari
hutan. Aku menghitung jumlah jembatan kayu yang seharusnya dilewati
terasa sangat tidak wajar. Aku muak dengan kesialan ini. Aku
memaki-maki dengan apa yang terjadi. Dengan sabar kulalui semuanya.
Aku sampai post 1 lalu mengojek sampai basecamp lalu BAB di WC
Masjid.
Tiba
di basecamp, kulihat temanku asyik tidur di emperan basecamp. Aku
kesal sekali melihatnya yang meninggalkan kami duluan dan tak
mengetahui apa yang terjadi. Selesai dengan urusanku BAB kemudian
mencari makan. Tiba di basecamp, kekacauan pecah dengan kabar yang
tak mengenakan dari keadaan perempuan yang ku suka di atas sana.
Temanku menyalahkanku. Aku yang masih kesal padanya, membela diri dan
kembali menyalahkannya. Kami bertengkar hebat dan tak ada yang
memisahkan. Namun aku lebih mengalah karena ini tak kan menyelesaikan
masalah. Meskipun kata-kata rasis yang keluar dari mulutnya diakhir
pertengkaran, aku mencoba sabar dan lebih baik diam. Aku mencoba
tidur di basecamp namun tak bisa tidur karena memikirkan keadaanya.
Orang-orang basecamp menjemput perempuan yang ku suka ke atas. Yeah,
semoga tidak apa apa disana. Aku merasa bersalah karena tak bisa
melakukan apa-apa. Aku hanya bisa berdo'a yang terbaik untuknya.
Akhirnya dia tiba di basecamp dan dirawat. Yeah, aku masih bersikap
cuek padanya. Aku tak tahu harus melakukan apa padanya. Yeah sudahlah
aku pun tidur di dalam basecamp.
Pagi
hari, semua sudah terbangun dan bersiap-siap untuk pulang. Yeah, kami
pulang tanpa pamit satu sama lain karena kejadian kemarin dan kesialan demi kesialan ini. Selamat tinggal dan sampai jumpa
lagi perempuan yang ku suka :(
bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar