Rabu, 22 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #1

Bidadari Penyelamat #1

Aku pernah mengenal Cinta meskipun selalu berakhir nestapa. Entah mengapa selalu saja berakhir demikian dan begitu menyakitkan. Mungkin, aku ditakdirkan untuk tidak membahagiakan mereka atau mereka yang ditakdirkan untuk tidak membahagiakanku. Tapi, aku yakin pada akhirnya aku akan menemukan kebahagiaan atas nama Cinta. Kini, aku hanyalah orang yang terjebak oleh racun. Racun yang menggugahku selalu berkelana mencari ketenangan jiwa. Dimana ketenangan jiwa ku dapatkan di alam yang indah atau di atas ketinggian. Terlebih semenjak ditinggal Ibu tercinta kehadapan Sang Illahi. Aku lebih sering berkelana karena hati selalu tak tenang.
Pada suatu hari seorang teman mengajakku mendaki ke Gunung Sindoro. Aku terpaksa ikut menjadi leader karena personil lebih banyak pemula dan perempuan. Tiga laki-laki termasuk aku dan 6 perempuan. Saat itulah aku bertemu dengannya. Seorang perempuan yang begitu menarik perhatianku. Dia teman kuliahnya temanku. Aku tak bisa melihat wajah perempuan itu secara penuh karena dia memakai masker. Seperti biasa aku selalu menerka-nerka dan membully bagaimana wajah seorang bermasker jika maskernya dibuka :D. Yeah, meskipun ku lakukan itu secara sembunyi-sembunyi dan bakalan ngakak di dalam hati :D. Pada akhirnya dia membuka maskernya. Aku dapat melihat wajahnya. Wajahnya yang begitu manis. Apalagi dia selalu tersenyum. Sepertinya aku suka dia. Yeah, hanya sebatas suka. Ku perhatikan dia tak begitu banyak bicara. Meskipun aku sempat memboncengnya ke tempat penyewaan alat outdoor. Mungkin dia pendiam?
Saat mendaki. Dia seperti tak pernah lepas dari maskernya. Dia juga tak banyak bicara. Ingin ku berbicara dengannya. Tapi aku tak tahu harus berbicara apa? Aku hanya mengenal namanya saja. Biarlah aku terlihat cuek. Aku jalani peranku sebagai pemandu petualangan di ketinggian ini. Personil pecah karena ada yang memilih pulang dan ada yang memilih lanjut sampai puncak. Kami sampai puncak dengan personil tersisa. Temanku lebih dulu turun menyusul personil yang pulang. Entahlah aku tak tahu jalan pikirannya yang membuat pecah personil yang tersisa. Terlebih kurangnya personil laki-laki yang tinggal 2 orang saja. Itu yang membuatku kesal padanya.
Turun dari puncak. Kami terlalu asyik dengan cara berlari. Perempuan yang ku suka jatuh terguling-guling dan salto. Beruntung dia tidak terluka parah ataupun patah tulang. Namun, pasti sakit sekali untuk seorang perempuan seperti dia. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku terlambat membantunya meskipun hanya memapahnya untuk berjalan. Disamping itu perutku terasa mual karena hasrat ingin BAB. Sial sekali nasibku dan terpaksalah BAB di atas ketinggian. Menjelang malam kami sampai rimbunnya hutan. Beruntung sekali kami bareng dengan mas-mas pendaki yang turun. Perutku sakit dan ingin BAB lagi. Terpaksa ku tinggal perempuan yang ku suka dan personil lain untuk membuang BAB ku di basecamp. Aku turun sendiri berlari kencang di tengah gelap hutan. Aku kesal sekali dengan kesialan ini. Lebih-lebih ada gangguan makhluk tak kasap mata. Entah mengapa aku tak kunjung keluar dari hutan. Aku menghitung jumlah jembatan kayu yang seharusnya dilewati terasa sangat tidak wajar. Aku muak dengan kesialan ini. Aku memaki-maki dengan apa yang terjadi. Dengan sabar kulalui semuanya. Aku sampai post 1 lalu mengojek sampai basecamp lalu BAB di WC Masjid.
Tiba di basecamp, kulihat temanku asyik tidur di emperan basecamp. Aku kesal sekali melihatnya yang meninggalkan kami duluan dan tak mengetahui apa yang terjadi. Selesai dengan urusanku BAB kemudian mencari makan. Tiba di basecamp, kekacauan pecah dengan kabar yang tak mengenakan dari keadaan perempuan yang ku suka di atas sana. Temanku menyalahkanku. Aku yang masih kesal padanya, membela diri dan kembali menyalahkannya. Kami bertengkar hebat dan tak ada yang memisahkan. Namun aku lebih mengalah karena ini tak kan menyelesaikan masalah. Meskipun kata-kata rasis yang keluar dari mulutnya diakhir pertengkaran, aku mencoba sabar dan lebih baik diam. Aku mencoba tidur di basecamp namun tak bisa tidur karena memikirkan keadaanya. Orang-orang basecamp menjemput perempuan yang ku suka ke atas. Yeah, semoga tidak apa apa disana. Aku merasa bersalah karena tak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa berdo'a yang terbaik untuknya. Akhirnya dia tiba di basecamp dan dirawat. Yeah, aku masih bersikap cuek padanya. Aku tak tahu harus melakukan apa padanya. Yeah sudahlah aku pun tidur di dalam basecamp.
Pagi hari, semua sudah terbangun dan bersiap-siap untuk pulang. Yeah, kami pulang tanpa pamit satu sama lain karena kejadian kemarin dan kesialan demi kesialan ini. Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi perempuan yang ku suka :(

bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar