RENUNGAN
Setenang-tenangnya
mencari tempat merenung mengobati kegundahan, tak kan lebih baik jika
merenung di rumah. Sewaktu Aku pulang ke rumah. Kulihat Ayah pulang
dari mencari nafkah. Raut wajah lesu terpaut dari mimik wajahnya.
Debu-debu jalanan yang menempel bak mengisyaratkan bahwa ia sudah
bekerja sangat keras meski hasilnya tak seberapa. Demi menghidupi
keluarga yang sedang carut marut perekonomiannya, terkadang rela
hutang disana-sini dengan jaminan waktu yang entah kapan terlunaskan.
Kulihat juga adik-adikku yang sudah semakin besar dan membutuhkan
biaya sekolah yang tak sedikit. Aku?
Dalam
benak hatiku, ku menangis karena belum dapat membantunya di usia ku
yang sudah seharusnya mampu membantunya. Yeah apa daya jalan
pilihanku menambah studi 4 tahun lagi demi gelar yang kucita-citakan
setelah lulus Sekolah Menengah Atas. Awalku menjejakkan kaki ku di
Kampus pun sangat berat dengan perjuangan mendapat beasiswa dan
bantuan dari orang-orang yang baik. Entah mengapa, meskipun mendapat
beasiswa dan banyak terbantu oleh orang-orang yang baik, sepertinya
aku masih saja membebani. Andai aku tak menambah studiku di usia ini,
mungkin aku sudah mampu membantu ekonomi keluarga sedikit demi
sedikit.
Kulihat
teman-teman sejawatku yang memilih bekerja untuk membantu ekonomi
keluarga daripada melanjutkan studi. Banyak diantara mereka yang
mampu memberikan sesuatu hal pada orang tuanya. Yeah, ini tak ayal
membuatku iri dengan mereka di usia ku saat ini. Meskipun demikian
aku bersyukur dan beruntung mendapat kesempatan melanjutkan studi.
Masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak beruntung, terlebih
di dalam kehidupannya.
Maafkan
jika aku egois, terlebih jika aku bersenang-senang walaupun yang
berada di rumah sedang menjerit keras. Kini ku sadar bahwa aku sudah
seharusnya membuang ego pribadi itu karena aku sudah usia dewasa. Aku
harus fokus demi masa depan. Sebagai anak sulungmu, aku mau tidak mau
harus siap menjadi calon tulang punggung keluarga dan membantu
adik-adikku. Saat ini aku masih berkelut dengan Tugas Akhirku. Aku
meminta do’a dan dukunganmu agar diberi kelancaran mengerjakannya.
Yeah,
aku tak tahu apa yang direncanakan Allah untuk masa depanku. Akan
kujalani semuanya dengan baik. Demi membahagiakanmu, Ayah dan Ibu
yang ada di Surga sana. Akan kupersembahkan gelar yang selama ini ku
cita-citakan. Semoga dengan ilmu dan gelar yang akan kudapatkan mampu
mengangkat derajat dan perekonomian keluarga. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar