Jumat, 23 September 2016

Pendakian Gokil ke Puncak Manik Gunung Salak 1 2211 Mdpl

Pendakian Gokil ke Puncak Manik Gunung Salak 1 2211 Mdpl


Yeah, Gunung Salak 2211 mdpl yang berada di daerah Bogor – Sukabumi, Jawa Barat ini menjadi tempatku pergi dari rutinitas biasanya. Tapi ya kenapa mesti gunung Salak? Hahaha. Mendengar kata Gunung Salak, pasti yang ada di pikiran bahwa gunung itu angker, tempat jatuh pesawat sukhoi, banyak kejadian mistis, banyak macan, banyak ular, banyak pacet, hutan yang lebat, alam yang liar, track yang becek bahkan berlumpur hisap.

Yeah, mumpung ada open trip dari om-om Setapak Adventure, kenapa nggak ikutan saja biar nambah pengalaman mendaki gunung Salak, pikirku. Meski keikutsertaanku pada trip ini sangat mendadak, yaitu H-1 Pendakian, aku sudah siap secara fisik dan mental. Maklum, seminggu sebelumnya baru mudik dan turun gunung Lawu. Jadi, capeknya dibablasin aja sekalian hahaha.

16 September 2016

Jumat sore setelah kerja, aku baru mulai packing. Tak butuh waktu lama memang karena sudah terbiasa packing-packing lucu :D. Setelah makan, aku langsung meluncur ke Kampung Rambutan untuk bertemu peserta lainnya. Peserta trip ke Salak ini cuman 4 orang yaitu Bang Ale, Bang Fuad, Mba Eva dan aku sendiri ditambah 1 pemandu dari Setapak Adventure yaitu Bang Napong.

17 September 2016

Pukul 02.00 kami baru tiba di basecamp pendakian Gunung Salak via Cidahu, Sukabumi. Cukup lama memang, karena macet parah. Di basecamp, kami ngopi-ngopi dulu kemudian istirahat tidur.
Pukul 10.00 kami mulai mendaki dari gerbang pendakian. Disinilah pintu rimba penuh lika-liku di mulai \m/. Kami tidak melalui jalur biasanya. Melainkan jalur pintas sampai di percabagan HM 12. Lumayan irit waktu dah :D. Kalau lewat jalur biasanya, nanti akan bertemu dengan simpang bajuri yang ke arah Kawah Ratu. Untuk jalur pintas pintas ini, tidak disarankan dilewati jika kelompok pendakian berjumlah kecil karena jalurnya rawan bikin tersesat, masih terdapat hewan liar, banyak duri-duri tajam dan tidak boleh berhenti di tengah jalur alias ngeblong terus hehehe. Menyeramkan dah pokoknya :D. Bikin adrenaline memuncak karena was-was :D.

Kami sampai di Puncak bayangan pukul 16.00. Disini kami langsung mendirikan tenda dan masak-memasak. Menjelang malam, puncak bayangan mulai ramai oleh beberapa pendaki yang ngecamp hehehe. Sedangkan kami langsung tidur karena lelah :D.

18 September 2016

Setelah sarapan pagi pukul 08.00, kami berangkat menuju puncak manik Salak 1, 2211 mdpl. 45 menit kemudian kami sampai puncak. Suasana puncak terbilang ramai karena puncak ini adalah titik temu dari jalur Cidahu dan Cimelati. Kata orang-orang di puncak atau basecamp, jalur Cidahu ini yang paling berat. Kami ngopi-ngopi dan makan roti jigong bareng di puncak hehe. Nimbrung pula geng unas dan santoso nyeker dari priok. Pukul 10.00 kami turun ke camp puncak bayangan karena gerimis mulai menyerang di puncak manik.

Pukul 14.00 setelah packing, kami turun bareng dengan geng unas dan santoso nyeker yang ingin ikut merasakan jalur pintas hehe. Tiba di jalur pintas kami istirahat minum sebentar karena ada sumber air mengalir. Turun gunung kami lanjutkan tanpa berhenti dari sini. Kemudian kami diserang oleh hujan deras. Keadaan sudah gelap menjelang maghrib. Banyak suara-suara hewan liar nyaring seantero hutan. Ada juga bunga kamboja putih kaya di kuburan itu di tengah track jalur yang kami lewati namun aku tak melihat adanya pohon kamboja hahaha. Entahlah. Akhirnya, javana spa menutup perjalanan turun dari rimbanya gunung Salak. Kami sampai di warung dekat gerbang pendakian pukul 18.00. kami menunggu jemputan disini sambil ngopi dan makan. Kemudian pulang menuju kota masing-masing.

Berikut foto-foto pendakiannya:
















Yeah, track gunung Salak ini sangat gokil :D. Dari becek, licin, tanjakan terjal, turunan yang bikin lemas, lumpur hisap siap menjebak siapapun yang lengah melangkah, hingga jurang menganga di sisi kanan-kiri menjelang Puncak bayangan dan Puncak Manik 2211 mdpl. Di gunung Salak ini masih tergolong sepi. Mungkin karena rintangan-rintangan tersebut yang bikin pendaki agak bergidik ngeri dengan gunung Salak ini. Mungkin karena ketinggiannya yang hanya 2211 mdpl tak setinggi Kerinci, seindah rinjani bahkan segagah Mahameru. Mungkin karena puncaknya yang masih tergolong di dalam hutan yang rapat hingga tak banyak view pemandangan yang bisa dinikmati. Namun, menyampingkan beberapa hal tersebut, Gunung Salak ini wajib dijadikan salah satu destinasi pendakian karena kata pendaki yang berpengalaman, “Kurang lengkap jika mengaku menjadi pendaki sejati, kalau belum pernah mendaki Gunung Salak,  apalagi saat musim hujan”.

Salam Jun-krikers B)

Kamis, 15 September 2016

PENDAKIAN LAWU VIA CANDI CETHO ALA PETAKILAN AKA TEKTOK

PENDAKIAN LAWU VIA CANDI CETHO ALA PETAKILAN AKA TEKTOK


Yeah, pendakian gunung Lawu via Candi Cetho ini dilakukan ala petakilan aka tektok. Mungkin tak terbesit dalam pikiran karena curi-curi waktu dari terbatasnya waktu di Liburan Idul Adha Tahun 2016 ini.

9 September 2016

Jumat malam. Aku mudik ke Sragen dari kota Perantauan Depok, bersama rekan kerja yang mudik ke Jogja, kami harus ke Bandung dulu menggunakan Bus MGI karena kebagian tiket kereta keberangkatan dari Stasiun Kiaracondong, Bandung. Kami naik KA ekonomi Pasundan yang berangkat pagi ke esokan harinya pukul 05.20. 

10 September 2016


Di detik-detik akhir waktu keberangkatan kereta, kami baru berada di dalam gerbong yang terpisah dan hampir ketinggalan kereta. Perjalanan pagi melalui jalur kereta selatan Jawa Barat disuguhi pemandangan yang ciamik khas tanah parahyangan. Hijaunya pemandangan, tingginya gunung menjulang dengan kabut tipis, tikungan-tikungan tajam dan beberapa tanjakan membuat kereta berjalan perlahan. Menambah asik sensasi naik kereta api. Pukul 14.15 aku sudah turun di Lempuyangan, Yogja. Bertemu kekasih yang lama menahan rindu karena kutinggal di perantauan. Jalan-jalan naik TransJogja hingga sampai di shelter Prambanan memisahkan pertemuan kita hiks hiks hiks :(.

Menjelang maghrib di Prambanan, aku dijemput dengan Noer, kawan sekampungku sekaligus kawan sependakianku kali ini. Koplaknya dia tak membawa helm, sehingga harus balik lagi ke Jogja untuk membawa helm ckckck. Menunggu lama di Angkringan. Sekaligus makan nasi kucing, gorengan dan mimik es teh. Hingga tidur-tiduran ditikar empunya Angkringan hahaha :D. Ada seorang supir bus Pariwisata yang ikut ngangkring. Menawari rokok dan es teh. Mungkin kasian melihat gembel lagi ngemper di tikar Angkringan wkwkwk :D. Akhirnya kawanku tiba juga mengambil helm. Kami pulang ke Sragen untuk bersih-bersih kemudian siap-siap melakukan pendakian.

11 September 2016

Pukul 00.00 kami berangkat dari rumah. Mampir di SPBU untuk mengisi bahan bakar Sheggy. Kemudian mampir juga di Indo****t untuk membeli perbekalan pendakian. Perjalanan menuju Candi Cetho dimana angin dingin menusuk tulang. Sampai di Kawasan Candi Cetho pukul 01.15. suasana sangat sepi. Kami rada bingung harus parkir dimana. Hingga muter-muter membuat berisik suasana desa Cetho yang sepi. Kemudian ada Pendaki asal Karanganyar, kami ngobrol-ngobrol lama hingga pukul 02.45. Dia juga memberi tahu kami lokasi basecamp pendakian Lawu via Cetho. Aku memang bingung karena sekarang banyak perubahan. Seperti sudah ada basecampnya. Sudah ada pos lapor dan bayar retribusi Rp. 15.000,-. Sedangkan 2 tahun lalu aku mendaki lewat jalur Cetho ini, cukup lapor mendaki dan bayar retribusi masuk kawasan Candi Cetho sebesar Rp. 3.000,- di loket masuk candi Cetho.


Langsung intinya saja. Jarak tempuh dari Candi Cetho menuju puncak Hargo Dumilah ± 16 km. Jalur pendakian via Cetho ini merupakan jalur terpanjang dan terberat setelah jalur Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Kami start mendaki dari basecamp pukul 03.00. Waktu tempuh kami sampai di puncak Hargo Dumilah secara tektok ini 12 jam. Sudah dipotong 2 jam tidur dan makan di pos 1, 1 jam makan di pos 5 dan 2 jam istirahat di Warung Mbok Yem. Jadi, kalau punya dengkul racing, jalan terus tanpa istirahat sekitar 7 jam lah. Tergantung fisik. Karena fisik ku yang sudah lemah karena kurang tidur 2 hari dan perjalanan jauh dari Depok – Bandung – Jogja – Sragen – Langsung mendaki *Gilak (-_-), aku tidak memaksakan diri menggapai puncak Hargo Dumilah hahaha. Cukup sampai Warung Mbok Yem saja menikmati pecel telurnya hehe. Hanya Noer saja yang muncak sendiri. Sorry ya bro gak bisa nemenin di puncak, nitip salam aja deh sama puncaknya, puncaknya belum pindah kan? hahaha :D.

Kami turun gunung dengan cara berlari karena ngejar waktu untuk Kondangan ke rumah temenku. Hanya 3 jam saja kami sampai di basecamp, tepat waktu maghrib tiba hehehe :D. Yeah, ini turun gunung di atas 3000 mdpl tercepat yang pernah kulakukan. Memang gilak (-_-). Setelah lapor sudah turun, beres-beres, mandi, kami langsung Kondangan hahaha  gilak (-_-).



Berikut foto-foto view dalam pendakian Gunung Lawu via Cetho :







 

 





















indah kan? :)

Andaikan kami punya waktu lebih lama, pasti kami akan camping dan lebih menikmati pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho ini. Setelah 2 tahun lalu mendaki lewat sini, terjadi banyak perubahan. Mulai adanya shelter pos 1-4 *dulu ada tapi seadanya :/, hutan pos 3-4 lebih rindang *dulu tandus habis kebakaran, track yang dirubah menjadi men zig-zag punggungan bukit *dulu ngetrack lurus terus tanpa ampun :/ , tidak melewati cemoro kembar *dulu sunsetan keren di bawah sini(*,*). 


#penutup#

“Ada kalanya keterbatasan waktu sedikit menghalangi keinginan untuk hiking dan mengagumi ciptaanNYA, sehingga ultralight hiking aka tektok menjadi pilihan. Mungkin sebagian orang risih melihatnya. Asalkan semuanya saling menghormati di jalan. Bukan untuk gagah-gahan. Bukan untuk cepet-cepetan. Yang terpenting tetap safety. Tidak memaksa bahkan menyiksa diri. Tidak mengambil apapun kecuali gambar. Tidak meninggalkan apapun kecuali jejak. Tidak membunuh apapun kecuali waktu. Selamat sampai di rumah menjadi tujuan utama”.

Salam Jun_krikers :)