PENDAKIAN
LAWU VIA CANDI CETHO ALA PETAKILAN AKA TEKTOK
Yeah, pendakian gunung Lawu via Candi Cetho ini dilakukan ala
petakilan aka tektok. Mungkin tak terbesit dalam pikiran karena curi-curi waktu
dari terbatasnya waktu di Liburan Idul Adha Tahun 2016 ini.
9 September 2016
Jumat malam. Aku mudik ke Sragen dari kota Perantauan Depok,
bersama rekan kerja yang mudik ke Jogja, kami harus ke Bandung dulu menggunakan
Bus MGI karena kebagian tiket kereta keberangkatan dari Stasiun Kiaracondong,
Bandung. Kami naik KA ekonomi Pasundan yang berangkat pagi ke esokan harinya pukul
05.20.
10 September 2016
Di detik-detik akhir waktu keberangkatan
kereta, kami baru berada di dalam gerbong yang terpisah dan hampir ketinggalan
kereta. Perjalanan pagi melalui jalur kereta selatan Jawa Barat disuguhi
pemandangan yang ciamik khas tanah parahyangan. Hijaunya pemandangan, tingginya
gunung menjulang dengan kabut tipis, tikungan-tikungan tajam dan beberapa
tanjakan membuat kereta berjalan perlahan. Menambah asik sensasi naik kereta
api. Pukul 14.15 aku sudah turun di Lempuyangan, Yogja. Bertemu kekasih yang
lama menahan rindu karena kutinggal di perantauan. Jalan-jalan naik TransJogja
hingga sampai di shelter Prambanan memisahkan pertemuan kita hiks hiks hiks :(.
Menjelang maghrib di Prambanan, aku dijemput dengan Noer,
kawan sekampungku sekaligus kawan sependakianku kali ini. Koplaknya dia tak
membawa helm, sehingga harus balik lagi ke Jogja untuk membawa helm ckckck.
Menunggu lama di Angkringan. Sekaligus makan nasi kucing, gorengan dan mimik es
teh. Hingga tidur-tiduran ditikar empunya Angkringan hahaha :D. Ada seorang supir
bus Pariwisata yang ikut ngangkring. Menawari rokok dan es teh. Mungkin kasian
melihat gembel lagi ngemper di tikar Angkringan wkwkwk :D. Akhirnya kawanku tiba
juga mengambil helm. Kami pulang ke Sragen untuk bersih-bersih kemudian
siap-siap melakukan pendakian.
11 September 2016
Pukul 00.00 kami berangkat dari rumah. Mampir di SPBU untuk
mengisi bahan bakar Sheggy. Kemudian mampir juga di Indo****t untuk membeli
perbekalan pendakian. Perjalanan menuju Candi Cetho dimana angin dingin menusuk
tulang. Sampai di Kawasan Candi Cetho pukul 01.15. suasana sangat sepi. Kami
rada bingung harus parkir dimana. Hingga muter-muter membuat berisik suasana
desa Cetho yang sepi. Kemudian ada Pendaki asal Karanganyar, kami
ngobrol-ngobrol lama hingga pukul 02.45. Dia juga memberi tahu kami lokasi
basecamp pendakian Lawu via Cetho. Aku memang bingung karena sekarang banyak
perubahan. Seperti sudah ada basecampnya. Sudah ada pos lapor dan bayar
retribusi Rp. 15.000,-. Sedangkan 2 tahun lalu aku mendaki lewat jalur Cetho
ini, cukup lapor mendaki dan bayar retribusi masuk kawasan Candi Cetho sebesar Rp.
3.000,- di loket masuk candi Cetho.
Langsung intinya saja. Jarak tempuh dari
Candi Cetho menuju puncak Hargo Dumilah ± 16 km. Jalur pendakian via Cetho ini
merupakan jalur terpanjang dan terberat setelah jalur Cemoro Kandang dan Cemoro
Sewu. Kami start mendaki dari basecamp pukul 03.00. Waktu tempuh kami sampai di
puncak Hargo Dumilah secara tektok ini 12 jam. Sudah dipotong 2 jam tidur dan
makan di pos 1, 1 jam makan di pos 5 dan 2 jam istirahat di Warung Mbok Yem.
Jadi, kalau punya dengkul racing, jalan terus tanpa istirahat sekitar 7 jam
lah. Tergantung fisik. Karena fisik ku yang sudah lemah karena kurang tidur 2
hari dan perjalanan jauh dari Depok – Bandung – Jogja – Sragen – Langsung
mendaki *Gilak (-_-), aku tidak memaksakan diri menggapai puncak Hargo Dumilah hahaha.
Cukup sampai Warung Mbok Yem saja menikmati pecel telurnya hehe. Hanya Noer
saja yang muncak sendiri. Sorry ya bro gak bisa nemenin di puncak, nitip salam
aja deh sama puncaknya, puncaknya belum pindah kan? hahaha :D.
Kami turun gunung dengan cara berlari karena ngejar waktu untuk
Kondangan ke rumah temenku. Hanya 3 jam saja kami sampai di basecamp, tepat
waktu maghrib tiba hehehe :D. Yeah, ini turun gunung di atas 3000 mdpl tercepat yang
pernah kulakukan. Memang gilak (-_-). Setelah lapor sudah turun, beres-beres, mandi,
kami langsung Kondangan hahaha gilak (-_-).
Berikut foto-foto view dalam pendakian Gunung Lawu via Cetho
:
indah kan? :)
Andaikan kami punya waktu lebih lama,
pasti kami akan camping dan lebih menikmati pendakian Gunung Lawu via Candi
Cetho ini. Setelah 2 tahun lalu mendaki lewat sini, terjadi banyak perubahan.
Mulai adanya shelter pos 1-4 *dulu ada tapi seadanya :/, hutan pos 3-4 lebih
rindang *dulu tandus habis kebakaran, track yang dirubah menjadi men zig-zag
punggungan bukit *dulu ngetrack lurus terus tanpa ampun :/ , tidak melewati
cemoro kembar *dulu sunsetan keren di bawah sini(*,*).
#penutup#
“Ada kalanya keterbatasan waktu sedikit menghalangi keinginan untuk hiking dan mengagumi ciptaanNYA, sehingga ultralight hiking aka tektok menjadi pilihan. Mungkin sebagian orang risih melihatnya. Asalkan semuanya saling menghormati di jalan. Bukan untuk gagah-gahan. Bukan untuk cepet-cepetan. Yang terpenting tetap safety. Tidak memaksa bahkan menyiksa diri. Tidak mengambil apapun kecuali gambar. Tidak meninggalkan apapun kecuali jejak. Tidak membunuh apapun kecuali waktu. Selamat sampai di rumah menjadi tujuan utama”.
Salam Jun_krikers :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar