Kamis, 15 September 2016

PENDAKIAN LAWU VIA CANDI CETHO ALA PETAKILAN AKA TEKTOK

PENDAKIAN LAWU VIA CANDI CETHO ALA PETAKILAN AKA TEKTOK


Yeah, pendakian gunung Lawu via Candi Cetho ini dilakukan ala petakilan aka tektok. Mungkin tak terbesit dalam pikiran karena curi-curi waktu dari terbatasnya waktu di Liburan Idul Adha Tahun 2016 ini.

9 September 2016

Jumat malam. Aku mudik ke Sragen dari kota Perantauan Depok, bersama rekan kerja yang mudik ke Jogja, kami harus ke Bandung dulu menggunakan Bus MGI karena kebagian tiket kereta keberangkatan dari Stasiun Kiaracondong, Bandung. Kami naik KA ekonomi Pasundan yang berangkat pagi ke esokan harinya pukul 05.20. 

10 September 2016


Di detik-detik akhir waktu keberangkatan kereta, kami baru berada di dalam gerbong yang terpisah dan hampir ketinggalan kereta. Perjalanan pagi melalui jalur kereta selatan Jawa Barat disuguhi pemandangan yang ciamik khas tanah parahyangan. Hijaunya pemandangan, tingginya gunung menjulang dengan kabut tipis, tikungan-tikungan tajam dan beberapa tanjakan membuat kereta berjalan perlahan. Menambah asik sensasi naik kereta api. Pukul 14.15 aku sudah turun di Lempuyangan, Yogja. Bertemu kekasih yang lama menahan rindu karena kutinggal di perantauan. Jalan-jalan naik TransJogja hingga sampai di shelter Prambanan memisahkan pertemuan kita hiks hiks hiks :(.

Menjelang maghrib di Prambanan, aku dijemput dengan Noer, kawan sekampungku sekaligus kawan sependakianku kali ini. Koplaknya dia tak membawa helm, sehingga harus balik lagi ke Jogja untuk membawa helm ckckck. Menunggu lama di Angkringan. Sekaligus makan nasi kucing, gorengan dan mimik es teh. Hingga tidur-tiduran ditikar empunya Angkringan hahaha :D. Ada seorang supir bus Pariwisata yang ikut ngangkring. Menawari rokok dan es teh. Mungkin kasian melihat gembel lagi ngemper di tikar Angkringan wkwkwk :D. Akhirnya kawanku tiba juga mengambil helm. Kami pulang ke Sragen untuk bersih-bersih kemudian siap-siap melakukan pendakian.

11 September 2016

Pukul 00.00 kami berangkat dari rumah. Mampir di SPBU untuk mengisi bahan bakar Sheggy. Kemudian mampir juga di Indo****t untuk membeli perbekalan pendakian. Perjalanan menuju Candi Cetho dimana angin dingin menusuk tulang. Sampai di Kawasan Candi Cetho pukul 01.15. suasana sangat sepi. Kami rada bingung harus parkir dimana. Hingga muter-muter membuat berisik suasana desa Cetho yang sepi. Kemudian ada Pendaki asal Karanganyar, kami ngobrol-ngobrol lama hingga pukul 02.45. Dia juga memberi tahu kami lokasi basecamp pendakian Lawu via Cetho. Aku memang bingung karena sekarang banyak perubahan. Seperti sudah ada basecampnya. Sudah ada pos lapor dan bayar retribusi Rp. 15.000,-. Sedangkan 2 tahun lalu aku mendaki lewat jalur Cetho ini, cukup lapor mendaki dan bayar retribusi masuk kawasan Candi Cetho sebesar Rp. 3.000,- di loket masuk candi Cetho.


Langsung intinya saja. Jarak tempuh dari Candi Cetho menuju puncak Hargo Dumilah ± 16 km. Jalur pendakian via Cetho ini merupakan jalur terpanjang dan terberat setelah jalur Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Kami start mendaki dari basecamp pukul 03.00. Waktu tempuh kami sampai di puncak Hargo Dumilah secara tektok ini 12 jam. Sudah dipotong 2 jam tidur dan makan di pos 1, 1 jam makan di pos 5 dan 2 jam istirahat di Warung Mbok Yem. Jadi, kalau punya dengkul racing, jalan terus tanpa istirahat sekitar 7 jam lah. Tergantung fisik. Karena fisik ku yang sudah lemah karena kurang tidur 2 hari dan perjalanan jauh dari Depok – Bandung – Jogja – Sragen – Langsung mendaki *Gilak (-_-), aku tidak memaksakan diri menggapai puncak Hargo Dumilah hahaha. Cukup sampai Warung Mbok Yem saja menikmati pecel telurnya hehe. Hanya Noer saja yang muncak sendiri. Sorry ya bro gak bisa nemenin di puncak, nitip salam aja deh sama puncaknya, puncaknya belum pindah kan? hahaha :D.

Kami turun gunung dengan cara berlari karena ngejar waktu untuk Kondangan ke rumah temenku. Hanya 3 jam saja kami sampai di basecamp, tepat waktu maghrib tiba hehehe :D. Yeah, ini turun gunung di atas 3000 mdpl tercepat yang pernah kulakukan. Memang gilak (-_-). Setelah lapor sudah turun, beres-beres, mandi, kami langsung Kondangan hahaha  gilak (-_-).



Berikut foto-foto view dalam pendakian Gunung Lawu via Cetho :







 

 





















indah kan? :)

Andaikan kami punya waktu lebih lama, pasti kami akan camping dan lebih menikmati pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho ini. Setelah 2 tahun lalu mendaki lewat sini, terjadi banyak perubahan. Mulai adanya shelter pos 1-4 *dulu ada tapi seadanya :/, hutan pos 3-4 lebih rindang *dulu tandus habis kebakaran, track yang dirubah menjadi men zig-zag punggungan bukit *dulu ngetrack lurus terus tanpa ampun :/ , tidak melewati cemoro kembar *dulu sunsetan keren di bawah sini(*,*). 


#penutup#

“Ada kalanya keterbatasan waktu sedikit menghalangi keinginan untuk hiking dan mengagumi ciptaanNYA, sehingga ultralight hiking aka tektok menjadi pilihan. Mungkin sebagian orang risih melihatnya. Asalkan semuanya saling menghormati di jalan. Bukan untuk gagah-gahan. Bukan untuk cepet-cepetan. Yang terpenting tetap safety. Tidak memaksa bahkan menyiksa diri. Tidak mengambil apapun kecuali gambar. Tidak meninggalkan apapun kecuali jejak. Tidak membunuh apapun kecuali waktu. Selamat sampai di rumah menjadi tujuan utama”.

Salam Jun_krikers :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar