Berawal
dari #caribarengan, ku gapai atap tertinggi Jawa Barat
Yeah, ketika kehidupan kota yang
monoton begitu membosankan. Sendirian di kota perantauan (ada sih temen tapi
harus jalan jauh macet pulak kan KZL :@). Suara bising lalu-lalang mesin batuk.
Asap-asap beterbangan yang nggak jelas asal muasalnya. Langkanya pepohonan
hijau sejauh mata memandang. Membuatku rindu pada sejuknya alam yang indah.
Sebagai salah satu robot bernyawa, aku juga mesti pintar-pintar curi waktu
untuk pergi ke luar. Bukan gayaku jika membusuk keputihan karena terlalu lama
di kamar kos atau juga di bilik komputer ruang kerja ber-AC :(. Oh, no! Tak tahan
rasanya. Kaki udah gatel ngajakin pingin kemana. Ke Mall? Sendirian? Hlah yang ada
gigit jari kalau liat orang pacaran hahaha.
Semua berawal dari iseng-iseng
kepo in hastag #caribarengan di instagram, akhirnya menemukan sebuah kelompok yang
bernama mendadak adventure mengadakan
open trip ke Gunung Ciremai via Palutungan, Kab. Kuningan. Gunung Ciremai
dengan ketinggian 3078 mdpl
ini merupakan atapnya Jawa Barat. Yeah, pendakian ini akan menjadi pendakian
pertamaku di Jawa Barat dan pendakian pertamaku ikut open trip :). Hidup di kota
perantauan tanpa teman yang punya hobi sama itu seperti terasing di dimensi keterasingan.
Maka, kuputuskan saja mengikuti open trip. Siapa tau dapat temen asyik buat
jalan di lain waktu haha.
26 Agustus 2016
Sudah beberapa hari senja tak
menampakan awan-awan oranye kesukaan. Hanya ada kelabu di semua sisi langit. Aku
pun tak berharap mendapat cuaca bagus di hari pendakian besok. Yang terpenting
adalah persiapan yang matang dan yakin. Tuhan
pasti memberi jalan kepada pejalan yang yakin \m/.
Berangkat dari Kota Belimbing
malam hari setelah ngantor. Dengan Ojek Online menembus beberapa titik
kemacetan. Motornya keren. Secara Kawasaki yang biasa digunakan untuk nge-trail
:D. Tapi karena bawaanku tas carrier malah ribet dan sempit. Wani perih dah
pokoknya wkwkwk. Sampai di basecamp Mendadak Adventure, daerah munjul, aku
disambut panitia dan pesertanya. Ada bang Eka, Zaka, Fiqi, Randi, Sandi dan
Fadil.
Perjalanan menuju basecamp
pendakian menggunakan carteran Bus Polisi ukuran ¾. Kami berhenti dilanjutkan
di Terminal Kampung Rambutan untuk menjemput peserta lainnya. Ada bang Dwi, Aldo,
Singgih, Iman, Roheman, Martin, Mba Farah, Lilis, Ane, Wulan dan Riana. Sedangkan
Dewi mepo Palutungan. Kurang lebih personilnya nanti ada 18 orang lah. Setelah
lengkap dan siap, kami berangkat menuju kuningan via tol Cipali. Sayang, karena
kaca bus polisi gelap, aku tak bisa melihat pemandangan di luar. Lebih-lebih
melihat aksi bang supir yang ngeblong saat mengendarai bus hahaha. Ah sudahlah
lebih baik tidur supaya besok pagi fresh saat mendaki :D.
27 Agustus 2016
Pukul 04.00 kami sudah sampai di
basecamp pendakian gunung Ciremai via Palutungan 1100 mdpl, setelah beberapa kali busnya nyasar salah
belok hahaha. Selow-selow dulu di warung sambil ngopi ngudud dan sesekali
menahan kentud. Kemudian makan supaya strong ndakinya. Persiapan masing-masing
dan kelompok sudah matang. Simaksi sudah beres. Lanjut berdo’a kemudian ngeblong
pelan-pelan. Pukul 06.15, kami berangkat. Rencana tempat camp kami adalah di
Pos VI Pasanggrahan 2450 mdpl. Track awal yang kami lewati adalah jalan cor
tengah desa. Tak butuh waktu lama kami sampai di perbatasan desa dengan
perkebunan sayur. Track setapak perkebunan masih landai hingga batas perhutani.
Di batas perhutani ini kami istirahat lama. Lanjut ngeblong pelan-pelan lagi di
tengah hutan pinus. Track masih landai. Memasuki hutan, track juga tergolong
landai. Hingga sampai di pos
I Cigowong 1450 mdpl pada pukul 09.30. Cukup lama memang. Karena jarak
basecamp – pos 1 yang jauh serta banyak berhenti lama. Tergantung fisik setiap
manusia yang beda-beda :D. Di pos 1 ini terdapat tempat camp yang sangat luas
bahkan ada mata air dan WC umumnya.
Pukul 10.15 lanjut ngeblong lagi.
Tak terasa hanya 15 menit sampai di pos II Kuta 1575 mdpl. Lanjut ngeblong aja karena tak ada lapak
yang landai buat istirahat hehe. Dengan track yang mulai terjal rombongan mulai
terpecah disini. Ada yang sudah ngacir di depan. Ada juga yang selow di
belakang. Sedangkan aku hanya penikmat perjalanan, menikmati alunan seberapa
kuat langkah kaki ku, alunan kicauan burung, hembusan angin, terpaan kabut.
Beberapa kali menikmati kesunyian sendiri. Pukul 11.25 kami sampai di pos III Pangguyangan Badak 1800
mdpl.
Pukul 11.45 lanjut ngeblong lagi.
Track tak jauh berbeda dengan menuju pos-pos sebelumnya. Hutan gunung Ciremai
yang masih rindang dan cuaca cenderung mendung berkabut menjadi sihir untuk
terus ngeblong. Yeah dengan cuaca yang tak panas ini membuat staminaku lebih
stabil. Selang 1 jam kemudian, aku sampai di pos IV Arban 2050 mdpl. Di pos ini juga ada
abang2 berdengkul racing yang sudah sampai duluan. Kami berisitirahat disini, sembari
menunggu peserta lain. Lama sekali mereka tak kunjung datang. Hingga mata ini
makin mengantuk. Perut mulai lapar. Hingga semua peserta open trip lengkap. Kami
pun membuat kopi, susu dan minuman hangat lainnya. Beberapa macam cemilan juga
nyempil di mulut kami yang sedang ngoceh sana-sini.
Pukul 14.00 kami lanjut ngeblong
lagi. Kami masih di dalam hutan. Tak banyak pemandangan yang bisa disaksikan
selain hijaunya pepohonan besar, tinggi, beserta lumutnya yang tumbuh subur. Hal
ini membuatku agak jenuh juga. Hingga ingin cepat-cepat menuju tempat camp. 15
menit kemudian aku sampai di pos
V Tanjakan Asoy 2200 mdpl. Beristirahat disini sembari menunggu peserta
open trip yang lain. Beberapa ada yang lanjut ngeblong dan ada masih yang
istirahat. Aku sih mencari jalan tengah :D.
Pukul 14.25 ketika jalur lumayan
sepi. Aku ngeblong sendiri untuk merasakan sensasi tanjakan asoy yang sepi
tanpa terganggu bising suara manusia. Hembusan asap tembakau semakin membakar
semangatku untuk terus ngeblong. Beberapa kali salip-menyalip dengan pendaki
lain. Bertemu bang Eka di tengah jalur. Istirahat minum sebentar. Berdua lanjut
ngeblong. Dan yeah, susah sekali mengikuti irama ngeblong suhu yang satu ini. Aku
pun tertinggal jauh di belakang hahaha. Pukul 15.20 aku sampai di Pos Pasanggrahan
I atau pos bayangannya pasanggrahan. Masih banyak lapak tenda disini. Sedangkan
diatas, desas-desus yang kudengar dari pendaki lain sudah penuh.
Pukul 15.50 lanjut menuju tempat
camp di pos VI Pasanggrahan
2400 mdpl. Pukul 16.15 kami mendapat lapak camp. Langsung saja bangun
tenda. Sembari menunggu semua peserta lengkap. Tenda sudah berdiri. Hujan tiba-tiba
datang. Semua aman karena flysheet sudah terpasang rapi. Tinggal masak-masak,
ngopi, ngoceh sana-sini hingga larut malam. Kemudian tidur berdesakan dalam
tenda. Ditemani gerimis dan syahdunya dengkuran polos pelepas lelah. Menunggu waktu
esok pagi, semoga bisa summit dengan cuaca cerah dan mendukung.
28 Agustus 2016
Pukul 03.00 sudah mulai berisik. Mengusik
nikmatnya mimpi indahku. Yeah, waktunya bangun untuk summit. Padahal cuaca masih
gerimis. Rada malas rasanya untuk summit. Beruntung, Bang Dwi, Fadil, Pokemon,
Martin lagi bikin kopi. Yeah, seruput dikit jadi semangat deh buat summit. Persiapan
sudah matang. Jas hujan tidak lupa dibawa. Sepertinya, hanya kami berlima saja
yang akan summit. Yang lain masih asyik dengan tidurnya.
Pukul 03.40 gerimis kabut, kami
mulai ngeblong. Asap tembakau membakar semangatku hingga melesat jauh di depan
sebagai penunjuk jalan. Susul menyusul dengan pendaki lain tak terelakkan. Pukul
04.15 kami sampai di pos VII
Sangyang Ropoh 2650 mdpl. Kami beristirahat disini untuk mengatur nafas
dan beradaptasi. Semakin tinggi mendaki semakin tipis kandungan oksigen. Dengan
kondisi pagi yang masih gelap gulita, pepohonan di dalam hutan mengeluarkan
banyak karbon dioksida. Duh, jadi rebutan oksigen deh sama pohon wkwkwk :D.
Kami lanjut ngeblong lagi. Selang
sesaat kemudian turun hujan begitu derasnya. Langsung saja kami memakai jas
hujan. Kecuali, martin yang jas hujannya ketinggalan namun tak ada masalah
karena jaketnya waterproof. Yeah, jalur pendakian seakan berubah menjadi aliran
sungai. Air menuruni gunung begitu derasnya. Tanah pijakan menjadi licin. Tak ayal
terkadang kami bertumpu pada ranting berbisik ataupun rumput bergoyang. Kami juga
harus waspada jika ada batu yang terbawa turun bahkan longsor (baru sadar saat
turun). Mengerikan deh kalau tertimpa longsor -_-. Ini tuh beneran baru sadar saat
sudah pulang hahaha.
Di tengah perjalanan masih hujan
deras. Track berubah terjal dominasi bebatuan. Vegetasi mulai pepohonan pendek
seperti cantigi, edelweiss dan lamtoro. Kami berpas-pasan beberapa rombongan
pendaki yang turun tak melanjutkan ke puncak karena hujan deras ini. Gembar-gembor
adanya badai di puncak mewarnai perjumpaan kami. Hal ini membuat nyali kami
sedikit ciut. Bang Dwi dan fadil berada di tanjakan depan menghentikan
langkahnya. Aku, martin dan pokemon di belakang pun demikian. Kami bertiga
berunding melanjutkan ke puncak atau tidak. Toh kami sudah berjalanan sejauh
ini. Ada bapak-bapak yang memanasi kami untuk turun saja karena ada badai. Badai?
Aku menyangsikannya. Padahal tidak ada angin kencang. Tidak ada gemuruh petir
yang bersahutan pula. Ini murni hujan dan paling sebentar lagi juga reda. Yang penting
yakin, pikirku.
Hasutan bapak-bapak tersebut berhasil
membuat martin ragu untuk muncak. Akhirnya kuyakinkan saja martin untuk tidak
muncak. Dari kondisinya yang tak memakai jas hujan seperti itu memang riskan
sih kalau nekat muncak daripada kenapa-kenapa. Apalagi rombongan pendaki dan
bapak-bapak yang menghasut turun tadi tidak pakai jas hujan. Martin mengekor di
belakang rombongan pendaki turun tersebut.
Hanya tinggal kami berempat. Aku,
bang Dwi, Fadil dan Pokemon yang akan muncak. Biarlah dibilang nekat. Kami berdo’a
kembali agar diberikan keselamatan. Cuss, ngeblong lagi. Hari mulai terang. Hujan
reda. Sunrise tak kuasa menembus tebalnya kabut. Sesaat terlihat langit langit
biru bersanding dengan bulan sabit. Harapan akan sampai di puncak pada kondisi
cerah berbinar (*,*). Namun, apa daya semua itu PHP karena gerimis kembali
mengguyur kami.
Pukul 05.30 kami sampai di
pertigaan jalur Palutungan – Apuy. Ramai sekali di pertigaan ini. Ada yang
ngecamp. Ada yang neduh dengan flysheetnya. Ada juga yang tetap berjalan menuju
puncak. Segelas wedhang jahe pemberian pendaki asal sini sedikit menghangatkan
tubuh kami. Hatur nuhun ya Kang (y). Dengan kondisi gerimis yang semakin deras,
kami berteduh di rimbunan edelweiss. Lama kami berteduh. Hawa semakin dingin. Gerimis
tak kunjung reda. Beruntung bang Pokemon membawa minyak kayu putih. Dengan mengoleskan
ke muka-kuping-leher membuat kami tak kedinginan. Namun, ketika membakar
tembakau rasanya hambar karena minyak kayu putih hahaha.
Gerimis mulai reda. Hanya berkabut
saja sejauh mata memandang. Tapi tak menampik keindahan pemandangan menuju
puncak Ciremai 3078 mdpl :D. Track bebatuan terjal kami daki dengan santai. Pukul
06.30 kami sampai di Goa
Walet 2950 mdpl. Dari informasi yang berdar Goa Walet ini merupakan
salah satu kawah hasil letusan Gunung Ciremai Zaman dahulu. Cukup ramai yang
ngecamp disini. Sesaat kami mampir menghangatkan diri dengan api unguun yang
dibuat oleh pendaki asal sini. Lanjut ngeblong lagi menuju puncak. Perjuangan semakin
berat. Jalur terjal bebatuan dan licin.
Akhirnya tepat pukul 07.00 kami
sampai di Puncak Gunung
Ciremai 3078 mdpl. Puncak gunung pertamaku di Tanah Jawa Barat. Atap tertinggi
Jawa Barat. Memang, tak banyak yang bisa disaksikan selain kabut tebal. Namun,
perjuangan yang tak mudah dibalik cerita pendakian menuju puncak Ciremai ini
pun tak bisa dilupakan hehe. Tak lama kami menikmati suasana puncak, karena
hujan kembali turun. Yeah, kami pun turun dengan hati-hati. Sampai di camp,
kami sudah disambut dengan makanan. Setelah kenyang langsung ngoceh sana-sini. Repacking,
Kemudian turun ke basecamp palutungan dan pulang ke kota masing-masing. Yeah,
terimakasih buat teman-teman Mendadak Adventure beserta para peserta trip ini,
yang telah menjadi bagian dari dongeng masjun_krik.
Salam Jun_krikers :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar