Kamis, 08 September 2016

Berawal dari #caribarengan, ku gapai atap tertinggi Jawa Barat

Berawal dari #caribarengan, ku gapai atap tertinggi Jawa Barat


Yeah, ketika kehidupan kota yang monoton begitu membosankan. Sendirian di kota perantauan (ada sih temen tapi harus jalan jauh macet pulak kan KZL :@). Suara bising lalu-lalang mesin batuk. Asap-asap beterbangan yang nggak jelas asal muasalnya. Langkanya pepohonan hijau sejauh mata memandang. Membuatku rindu pada sejuknya alam yang indah. Sebagai salah satu robot bernyawa, aku juga mesti pintar-pintar curi waktu untuk pergi ke luar. Bukan gayaku jika membusuk keputihan karena terlalu lama di kamar kos atau juga di bilik komputer ruang kerja ber-AC :(. Oh, no! Tak tahan rasanya. Kaki udah gatel ngajakin pingin kemana. Ke Mall? Sendirian? Hlah yang ada gigit jari kalau liat orang pacaran hahaha.

Semua berawal dari iseng-iseng kepo in hastag #caribarengan di instagram, akhirnya menemukan sebuah kelompok yang bernama mendadak adventure mengadakan open trip ke Gunung Ciremai via Palutungan, Kab. Kuningan. Gunung Ciremai dengan ketinggian 3078 mdpl ini merupakan atapnya Jawa Barat. Yeah, pendakian ini akan menjadi pendakian pertamaku di Jawa Barat dan pendakian pertamaku ikut open trip :). Hidup di kota perantauan tanpa teman yang punya hobi sama itu seperti terasing di dimensi keterasingan. Maka, kuputuskan saja mengikuti open trip. Siapa tau dapat temen asyik buat jalan di lain waktu haha.

26 Agustus 2016

Sudah beberapa hari senja tak menampakan awan-awan oranye kesukaan. Hanya ada kelabu di semua sisi langit. Aku pun tak berharap mendapat cuaca bagus di hari pendakian besok. Yang terpenting adalah persiapan yang matang dan yakin. Tuhan pasti memberi jalan kepada pejalan yang yakin \m/.

Berangkat dari Kota Belimbing malam hari setelah ngantor. Dengan Ojek Online menembus beberapa titik kemacetan. Motornya keren. Secara Kawasaki yang biasa digunakan untuk nge-trail :D. Tapi karena bawaanku tas carrier malah ribet dan sempit. Wani perih dah pokoknya wkwkwk. Sampai di basecamp Mendadak Adventure, daerah munjul, aku disambut panitia dan pesertanya. Ada bang Eka, Zaka, Fiqi, Randi, Sandi dan Fadil.

Perjalanan menuju basecamp pendakian menggunakan carteran Bus Polisi ukuran ¾. Kami berhenti dilanjutkan di Terminal Kampung Rambutan untuk menjemput peserta lainnya. Ada bang Dwi, Aldo, Singgih, Iman, Roheman, Martin, Mba Farah, Lilis, Ane, Wulan dan Riana. Sedangkan Dewi mepo Palutungan. Kurang lebih personilnya nanti ada 18 orang lah. Setelah lengkap dan siap, kami berangkat menuju kuningan via tol Cipali. Sayang, karena kaca bus polisi gelap, aku tak bisa melihat pemandangan di luar. Lebih-lebih melihat aksi bang supir yang ngeblong saat mengendarai bus hahaha. Ah sudahlah lebih baik tidur supaya besok pagi fresh saat mendaki :D.

27 Agustus 2016



Pukul 04.00 kami sudah sampai di basecamp pendakian gunung Ciremai via Palutungan 1100 mdpl, setelah beberapa kali busnya nyasar salah belok hahaha. Selow-selow dulu di warung sambil ngopi ngudud dan sesekali menahan kentud. Kemudian makan supaya strong ndakinya. Persiapan masing-masing dan kelompok sudah matang. Simaksi sudah beres. Lanjut berdo’a kemudian ngeblong pelan-pelan. Pukul 06.15, kami berangkat. Rencana tempat camp kami adalah di Pos VI Pasanggrahan 2450 mdpl. Track awal yang kami lewati adalah jalan cor tengah desa. Tak butuh waktu lama kami sampai di perbatasan desa dengan perkebunan sayur. Track setapak perkebunan masih landai hingga batas perhutani. Di batas perhutani ini kami istirahat lama. Lanjut ngeblong pelan-pelan lagi di tengah hutan pinus. Track masih landai. Memasuki hutan, track juga tergolong landai. Hingga sampai di pos I Cigowong 1450 mdpl pada pukul 09.30. Cukup lama memang. Karena jarak basecamp – pos 1 yang jauh serta banyak berhenti lama. Tergantung fisik setiap manusia yang beda-beda :D. Di pos 1 ini terdapat tempat camp yang sangat luas bahkan ada mata air dan WC umumnya.



Pukul 10.15 lanjut ngeblong lagi. Tak terasa hanya 15 menit sampai di pos II Kuta 1575 mdpl. Lanjut ngeblong aja karena tak ada lapak yang landai buat istirahat hehe. Dengan track yang mulai terjal rombongan mulai terpecah disini. Ada yang sudah ngacir di depan. Ada juga yang selow di belakang. Sedangkan aku hanya penikmat perjalanan, menikmati alunan seberapa kuat langkah kaki ku, alunan kicauan burung, hembusan angin, terpaan kabut. Beberapa kali menikmati kesunyian sendiri. Pukul 11.25 kami sampai di pos III Pangguyangan Badak 1800 mdpl.


Pukul 11.45 lanjut ngeblong lagi. Track tak jauh berbeda dengan menuju pos-pos sebelumnya. Hutan gunung Ciremai yang masih rindang dan cuaca cenderung mendung berkabut menjadi sihir untuk terus ngeblong. Yeah dengan cuaca yang tak panas ini membuat staminaku lebih stabil. Selang 1 jam kemudian, aku sampai di pos IV Arban 2050 mdpl. Di pos ini juga ada abang2 berdengkul racing yang sudah sampai duluan. Kami berisitirahat disini, sembari menunggu peserta lain. Lama sekali mereka tak kunjung datang. Hingga mata ini makin mengantuk. Perut mulai lapar. Hingga semua peserta open trip lengkap. Kami pun membuat kopi, susu dan minuman hangat lainnya. Beberapa macam cemilan juga nyempil di mulut kami yang sedang ngoceh sana-sini.


Pukul 14.00 kami lanjut ngeblong lagi. Kami masih di dalam hutan. Tak banyak pemandangan yang bisa disaksikan selain hijaunya pepohonan besar, tinggi, beserta lumutnya yang tumbuh subur. Hal ini membuatku agak jenuh juga. Hingga ingin cepat-cepat menuju tempat camp. 15 menit kemudian aku sampai di pos V Tanjakan Asoy 2200 mdpl. Beristirahat disini sembari menunggu peserta open trip yang lain. Beberapa ada yang lanjut ngeblong dan ada masih yang istirahat. Aku sih mencari jalan tengah :D.


Pukul 14.25 ketika jalur lumayan sepi. Aku ngeblong sendiri untuk merasakan sensasi tanjakan asoy yang sepi tanpa terganggu bising suara manusia. Hembusan asap tembakau semakin membakar semangatku untuk terus ngeblong. Beberapa kali salip-menyalip dengan pendaki lain. Bertemu bang Eka di tengah jalur. Istirahat minum sebentar. Berdua lanjut ngeblong. Dan yeah, susah sekali mengikuti irama ngeblong suhu yang satu ini. Aku pun tertinggal jauh di belakang hahaha. Pukul 15.20 aku sampai di Pos Pasanggrahan I atau pos bayangannya pasanggrahan. Masih banyak lapak tenda disini. Sedangkan diatas, desas-desus yang kudengar dari pendaki lain sudah penuh.


Pukul 15.50 lanjut menuju tempat camp di pos VI Pasanggrahan 2400 mdpl. Pukul 16.15 kami mendapat lapak camp. Langsung saja bangun tenda. Sembari menunggu semua peserta lengkap. Tenda sudah berdiri. Hujan tiba-tiba datang. Semua aman karena flysheet sudah terpasang rapi. Tinggal masak-masak, ngopi, ngoceh sana-sini hingga larut malam. Kemudian tidur berdesakan dalam tenda. Ditemani gerimis dan syahdunya dengkuran polos pelepas lelah. Menunggu waktu esok pagi, semoga bisa summit dengan cuaca cerah dan mendukung.

28 Agustus 2016

Pukul 03.00 sudah mulai berisik. Mengusik nikmatnya mimpi indahku. Yeah, waktunya bangun untuk summit. Padahal cuaca masih gerimis. Rada malas rasanya untuk summit. Beruntung, Bang Dwi, Fadil, Pokemon, Martin lagi bikin kopi. Yeah, seruput dikit jadi semangat deh buat summit. Persiapan sudah matang. Jas hujan tidak lupa dibawa. Sepertinya, hanya kami berlima saja yang akan summit. Yang lain masih asyik dengan tidurnya.

Pukul 03.40 gerimis kabut, kami mulai ngeblong. Asap tembakau membakar semangatku hingga melesat jauh di depan sebagai penunjuk jalan. Susul menyusul dengan pendaki lain tak terelakkan. Pukul 04.15 kami sampai di pos VII Sangyang Ropoh 2650 mdpl. Kami beristirahat disini untuk mengatur nafas dan beradaptasi. Semakin tinggi mendaki semakin tipis kandungan oksigen. Dengan kondisi pagi yang masih gelap gulita, pepohonan di dalam hutan mengeluarkan banyak karbon dioksida. Duh, jadi rebutan oksigen deh sama pohon wkwkwk :D.


Kami lanjut ngeblong lagi. Selang sesaat kemudian turun hujan begitu derasnya. Langsung saja kami memakai jas hujan. Kecuali, martin yang jas hujannya ketinggalan namun tak ada masalah karena jaketnya waterproof. Yeah, jalur pendakian seakan berubah menjadi aliran sungai. Air menuruni gunung begitu derasnya. Tanah pijakan menjadi licin. Tak ayal terkadang kami bertumpu pada ranting berbisik ataupun rumput bergoyang. Kami juga harus waspada jika ada batu yang terbawa turun bahkan longsor (baru sadar saat turun). Mengerikan deh kalau tertimpa longsor -_-. Ini tuh beneran baru sadar saat sudah pulang hahaha.

Di tengah perjalanan masih hujan deras. Track berubah terjal dominasi bebatuan. Vegetasi mulai pepohonan pendek seperti cantigi, edelweiss dan lamtoro. Kami berpas-pasan beberapa rombongan pendaki yang turun tak melanjutkan ke puncak karena hujan deras ini. Gembar-gembor adanya badai di puncak mewarnai perjumpaan kami. Hal ini membuat nyali kami sedikit ciut. Bang Dwi dan fadil berada di tanjakan depan menghentikan langkahnya. Aku, martin dan pokemon di belakang pun demikian. Kami bertiga berunding melanjutkan ke puncak atau tidak. Toh kami sudah berjalanan sejauh ini. Ada bapak-bapak yang memanasi kami untuk turun saja karena ada badai. Badai? Aku menyangsikannya. Padahal tidak ada angin kencang. Tidak ada gemuruh petir yang bersahutan pula. Ini murni hujan dan paling sebentar lagi juga reda. Yang penting yakin, pikirku.

Hasutan bapak-bapak tersebut berhasil membuat martin ragu untuk muncak. Akhirnya kuyakinkan saja martin untuk tidak muncak. Dari kondisinya yang tak memakai jas hujan seperti itu memang riskan sih kalau nekat muncak daripada kenapa-kenapa. Apalagi rombongan pendaki dan bapak-bapak yang menghasut turun tadi tidak pakai jas hujan. Martin mengekor di belakang rombongan pendaki turun tersebut.
Hanya tinggal kami berempat. Aku, bang Dwi, Fadil dan Pokemon yang akan muncak. Biarlah dibilang nekat. Kami berdo’a kembali agar diberikan keselamatan. Cuss, ngeblong lagi. Hari mulai terang. Hujan reda. Sunrise tak kuasa menembus tebalnya kabut. Sesaat terlihat langit langit biru bersanding dengan bulan sabit. Harapan akan sampai di puncak pada kondisi cerah berbinar (*,*). Namun, apa daya semua itu PHP karena gerimis kembali mengguyur kami.

Pukul 05.30 kami sampai di pertigaan jalur Palutungan – Apuy. Ramai sekali di pertigaan ini. Ada yang ngecamp. Ada yang neduh dengan flysheetnya. Ada juga yang tetap berjalan menuju puncak. Segelas wedhang jahe pemberian pendaki asal sini sedikit menghangatkan tubuh kami. Hatur nuhun ya Kang (y). Dengan kondisi gerimis yang semakin deras, kami berteduh di rimbunan edelweiss. Lama kami berteduh. Hawa semakin dingin. Gerimis tak kunjung reda. Beruntung bang Pokemon membawa minyak kayu putih. Dengan mengoleskan ke muka-kuping-leher membuat kami tak kedinginan. Namun, ketika membakar tembakau rasanya hambar karena minyak kayu putih hahaha.


Gerimis mulai reda. Hanya berkabut saja sejauh mata memandang. Tapi tak menampik keindahan pemandangan menuju puncak Ciremai 3078 mdpl :D. Track bebatuan terjal kami daki dengan santai. Pukul 06.30 kami sampai di Goa Walet 2950 mdpl. Dari informasi yang berdar Goa Walet ini merupakan salah satu kawah hasil letusan Gunung Ciremai Zaman dahulu. Cukup ramai yang ngecamp disini. Sesaat kami mampir menghangatkan diri dengan api unguun yang dibuat oleh pendaki asal sini. Lanjut ngeblong lagi menuju puncak. Perjuangan semakin berat. Jalur terjal bebatuan dan licin.


Akhirnya tepat pukul 07.00 kami sampai di Puncak Gunung Ciremai 3078 mdpl. Puncak gunung pertamaku di Tanah Jawa Barat. Atap tertinggi Jawa Barat. Memang, tak banyak yang bisa disaksikan selain kabut tebal. Namun, perjuangan yang tak mudah dibalik cerita pendakian menuju puncak Ciremai ini pun tak bisa dilupakan hehe. Tak lama kami menikmati suasana puncak, karena hujan kembali turun. Yeah, kami pun turun dengan hati-hati. Sampai di camp, kami sudah disambut dengan makanan. Setelah kenyang langsung ngoceh sana-sini. Repacking, Kemudian turun ke basecamp palutungan dan pulang ke kota masing-masing. Yeah, terimakasih buat teman-teman Mendadak Adventure beserta para peserta trip ini, yang telah menjadi bagian dari dongeng masjun_krik.


Salam Jun_krikers :)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar