Rabu, 26 April 2017

SOLO HIKING CIKURAY 2821 MDPL

SOLO HIKING CIKURAY 2821 MDPL


24 Maret 2017

Solo hiking? Yeah, selama kita sudah mempersiapkan semua kebutuhan dan prosedur pendakian yang safety kenapa harus takut. Sulitnya mencari teman mendaki yang cocok dan malasnya ikut open trip yang tentunya memakan biaya lebih mahal membuatku memilih melakukan pendakian seorang diri ke Gunung Cikuray, Garut dengan ketinggian 2821 mdpl. Hitung-hitung inilah pengalamanku ke tempat main yang baru karena sebelumnya aku belum pernah ke Cikuray dan juga ini adalah pendakian pemanasan karena dua minggu kemudian aku akan mendaki gunung Argopuro, Jawa Timur yang memiliki track terpanjang se-Pulau Jawa. Berbekal informasi yang kuperoleh dari mbah google, aku memberanikan diri berangkat.

Pukul 20.00, aku berangkat dari kantor. Kebetulan rekan kerjaku pulang ke Bandung pakai mobil kantor. Jadi bisa nebeng deh sampai Cileunyi, Kab. Bandung. Lumayan ngirit hehe. Perjalanan kami macet parah karena kebetulan ada harpitnas dan 3 jam perjalanan kami masih berkutat di bekasi area.

25 Maret 2017

Pukul 00.30 aku sampai di Cileunyi. Aku turun disini dan rekan kerjaku pulang ke rumahnya. Rasa lapar yang kupendam selama perjalanan tak bisa kutahan lagi. Langsung saja makan dan ngopi-ngopi di warung yang tak jauh dari tempatku turun. Setelah kenyang, aku menuju pinggir jalan raya untuk menyetop Bus Jurusan ke Garut. Beberapa saat kemudian aku didatangi oleh calo angkutan berupa mobil elf yang entah jurusan mana. Calo itu kelihatannya masih muda, kelihatan mabuk dan gayanya kaya preman bertidik dan tatoan.

“Mau kemana A’?”
“Naik gunung”
“Gunung mana A’? Garut?”
“Iya Cikuray, Garut”
“Naik mobil itu aja A’? ke Cikuray, Garut.”
“Nggak ah, mau nunggu bis aja”
“Iya naik mobil itu aja ke Cikuray, Garut”
“Nggak ah, saya mau nunggu bis”
“Malem-malem sekarang mah udah ngga ada bis”si calo ngotot
“Ada kok, biasanya saya juga nunggu malem-malem disini ada” aku pun tak kalah ngotot
“Mana bis nya?” calo ngotot
“Iya tunggu, sabar, nanti juga dapet, mau sampai subuh juga gapapa nunggu” aku ngotot
“Udah ikut mobil itu aja” calo ngotot

Si calo pun maksa-maksa dan narik-narik. Aku pun bertahan dari tempatku berdiri. Kami pun bertatap mata. Dikira aku takut? Mau berantem duel juga ayo sih. Asal jangan keroyokan dan tanpa senjata. Akan tetapi aku juga siap dengan pisau cutter di saku jaketku. Eh, si calo malah ngebacot.

“Anjing sia”

Entah berapa kali dia ngebacot kaya gitu. Aku pun membalas dengan menatap matanya secara tajam mengisyaratkan ketidakterimaanku. Kemudian ada bis datang dari kejauhan.

“Itu bisnya” kataku
“Itu mah Budiman ke Tasik, bego sia, anjing sia” bacot calo
“Bukan, maksudnya yang belakangnya itu kan ke Garut” kataku

Yeah, Bus Karunia Bhakti jurusan Jakarta-Garut via Puncak datang dari kejauhan. Alhamdulillah, jadi nggak kelamaan adu ngotot sama si calo gelo. Si calo gelo itu pergi mencari mangsa lain sambil memaki-maki diriku yang penuh dosa ini. Yes, setidaknya dosaku berkurang wkwkwk. Heran juga, di Tanah Pasundan ini yang katanya orangnya ramah-ramah, ada orang hidup di jalan kok begitu amat. Kalau di daerahku nemuin orang kaya begitu pasti udah mati digebukin warga. Mbok ya biasa wae kalau cari penumpang, masih muda tapi kelakuan kaya hewan. Yeah, mungkin lagi apesnya aku nemuin orang kek begitu dan mungkin itu hanya segelintir orang saja. Yang penting aku masih selamat dan melanjutkan perjalananku lagi hehe. Biarlah itu jadi pengalamanku dan pelajaranku di perjalanan. Namanya juga backpacker mau naik gunung, bawa tas segede gaban, sendirian, malam-malam. Dikiranya mah punya duit banyak kali. Padahal mah pelit buat ngeluarin uang -_-.

Aku pun naik bus tersebut. Kemudian duduk di belakang supaya bisa selonjor mania hahaha. Tarif sampai Garut Rp. 20.000,-. Ukuran yang agak mahal untuk bus bumel atau kelas ekonomi non AC L. Mungkin karena malam dan penumpangnya sepi. Bus pun dibawa supir secara lincah mosak-masik melalui tanjakan-turunan-tikungan tajam jalanan Rancaekek-Nagreg-Garut. Pukul 02.15, aku sampai di Terminal Guntur, Garut.

Sampai juga di Terminal Guntur, Garut. Turun dari bus terasa seperti orang hilang di malam hari. Sangat asing dengan wilayah sini. Ku sematkan api pada rokok ku agar lebih pede berada di dimensi keterasingan ini.
Kemudian ada orang nanya.

“Mau kemana A’?”
“Mau naik ke Cikuray A’.”
“Berapa orang?”
“Sendiri aja A’, udah biasa kok.” Awas aja bilang jomblo, gua gampar luh :p
“Oh, Tunggu disini aja A’, nanti ada yang nawarin angkutan.”
“Oke, makasih A’.”

Cukup lama juga aku menunggu. Aku pun merasa agak laper. Ada tukang serabi yang lewat dengan gigih dia menawar jualannya. Katanya sih jajanan khas garut. Aku pun membelinya. Tadinya aku mau membeli Rp. 10.000,-. Tapi katanya beli Rp. 5.000,- aja, nanti kebanyakan kalau Rp. 10.000,-. Ah ini orang bagaimana sih mau beli banyak malah disuruh dikit aja wkwkwk aneh ga mau untung :/.

Kemudian datanglah calo angkutan yang biasanya mengantarkan para pendaki menuju basecamp pendakian Gunung Cikuray. Aku mengiyakan ajakannya. Angkutannya berupa truck bak mini hehe. Kini, jumlah pendaki baru 8 ditambah denganku. Yeah, mau tidak mau harus menunggu truck penuh dulu baru berangkat. Sangat lama kami menunggu. Beberapa kali di PHP dengan bus yang tiba di terminal. Sekiranya bus tersebut membawa pendaki ke Cikuray supaya truck langsung berangkat. Aku mengusir sepiku dengan bolak balik jalan ke belakang untuk buang air kecil. Ada pula pendaki yang beristirahat di masjid namun tujuannya entah kemana. Aku kembali ke truck untuk sedikit beristirahat. Namun cukup terganggu karena pendaki sisanya berisik dan lainnya bermain dengan kamera DSLRnya. Kemudian hening seketika setelah ada anak-anak berpakaian lusuh memanggil. Tangan kanannya mengadah meminta dan tangan kirinya memegang rokok.

“ A’ A’ A’ A’A’.“ sambil memegang kaki ku.
“kenapa?”
“minta duit”
“buat apa?”
“buat makan”

Ku tawarkan serabi yang masih hangat. “kalau duit mah gak ada, ntar kan buat balik terus masih sekolah juga, adanya ini, kalau mau buat ngganjel perut mah lumayan.” Eh dia nggak mau, maunya duit. Yasudah kucuekin saja. Mental ini anak udah nggak bener. Kalau dikasih duit semakin ketagihan minta duit orang. Nanti kalau sudah besar mau jadi apa? Jadi preman? Miris lah.

“A’ A’ A’ A’ A’ A’ A’ A’.”

Entah berapa kali cuma itu yang dia katakan sambil tangan meminta. Mungkin keselek? Minta disuapin? Cuma tau huruf A? :p. Sangat lama begitu. Akhirnya pergi juga.

Menjelang subuh, ada tambahan 9 pendaki. Yeah, akhirnya berangkat juga nih truck \m/. Tarif angkutan truck ini dibandrol Rp. 45.000.-/orang. Katanya sih harga yang wajar karena kalau terpaksa ngangkot juga kena segitu. Jarak tempuh dari Terminal Guntur Garut ke Basecamp pendakian Gunung Cikuray sangat jauh. Setelah melewati sepinya Garut Kota di pagi hari dan Jalan Raya menuju arah Singaparna, truck berbelok di sebuah perkampungan dan menuju arah perkebunan teh Dayeuhmanggung. Sebelum masuk perkebunan teh, kami kena portal yang mengharuskan bayar seiklhlasnya. Perjalanan menuju basecamp sangat menantang. Kondisi jalan berupa makadam di tengah perkebunan teh, truck bermesin Mitsubishi canter ini sangat tangguh melewatinya. Kemudian kami kena portal lagi. Kali ini atas nama Perkebunan Teh Dayeuhmanggung yang mewajibkan per-orang harus bayar Rp. 10.000,-. Setelah kena portal, truck kembali melaju di tengah perkebunan teh. Cuaca cukup cerah. Matahari hampir bersinar. Terlihat awan awan yang menggumpal dari kejauhan. Kami sampai di Pos pemancar sebagai titik awal pendakian/basecamp pada pukul 05.30. Aku bersiap-siap untuk solo hiking.

Yeah, untuk solo hiking ini, aku tidak asal nekat saja. Tapi, juga membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang dari logistik, peralatan dan informasi tentang gunung yang akan ku daki ini. Karena diriku akan bertanggungjawab dengan hidupku sendiri. Meskipun nantinya bertemu dengan pendaki lain, tentu saja beban hidupku tak harus dibebankan pada mereka. Hahahha sumpah tas gua berat banget :v.

Pukul 06.30, aku memulai pendakian. Aku bebarengan dengan pendaki asal Cikarang, yaitu Mas Ian, Bang Radit dan Bang Ridoy. Yeah, cuman sampai pos daftar/simaksi saja. Kami bayar simaksi sebesar Rp. 15.000,-. Karena setelah itu jalanku seperti keong dan sorry sepertinya kita bukan se-type wkwkwk :v. Aku tertinggal jauh di belakang. Alon-alon asal kelakon :v. 10 kali melangkah berhenti. 10 kali melangkah berhenti secara teratur. Yeah, begitulah. Semakin berat beban hidupmu semakin lambat jalannya. Andaikan saja beban hidupku dibagi dengan seseorang wanita, akankah semuanya menjadi lebih ringan? Wkwkwk apalah ini :v.

 

 

 

 



   
Setelah melewati kebun teh, aku masuk ke dalam hutan Gunung Cikuray. Track yang terjal sudah menantiku di depan. Tanjakan-tanjakan tajam dan akar-akar yang menyembul keluar tanah sedikit menyulitkan langkah. Pelan tapi pasti pos 1 yang letaknya entah dimana ternyata sudah terlewati. Pukul 08.15 aku sampai di pos 2 dan ada yang ngecamp. Mungkin lelah karena perjalanan jauh. Aku juga beristirahat lama disini, dengan para pendaki rombongan dari mana saja. Kulanjutkan lagi mendaki dengan track monoton seperti sebelumnya. Singkatnya saja pukul 09.40 aku sampai di pos 3 dan beristirahat lama. Beberapa rombongan pendaki mulai beranjak. Aku masih nyantai menghabiskan sarapanku hehe.

Yeah, setelah pos 3 ini track menanjak semakin tajam dan tak ada punggung untuk bersandar eh tanah datar maksudnya. Cukup bersandar carrier saat tubuh mulai lesu. Selangkah demi selangkah namun pasti. Akhirnya aku sampai di pos 4 pada pukul 10.50. Sudah tidak ada pendaki lagi yang beristirahat disini. Hanya ada aku sendiri. Yeah, suasana sepi seperti ini yang aku rindukan di tengah sejuknya alam pegunungan. Kabut mulai naik, cuaca mendung akan turun hujan. Ku kebut saja langkahku menuju pos 5. Pukul 11.30 aku tiba di pos 5. Ternyata ada Bang Ian, Radit dan Ridoy yang sedang tidur kelelahan haha. Kulanjutkan saja langkahku menuju pos 6 atau puncak bayangan, tempat dimana aku akan menggelar tenda. Yeah, kalau aku menunggu dan ngetrack bersama mereka pasti aku tertinggal jauh wkwkwk. Pukul 12.00 aku tiba di pos 6/puncak bayangan. Aku istirahat sebentar. Kemudian mendirikan tenda di samping rombongan pendaki asal Tasik. Mereka lah yang mengisi keterasinganku di Gunung Cikuray ini. Mulai dari ngopi bareng, main gaplek dan tuker makanan.

 

Sore mulai berganti malam. Hawa dingin mulai menusuk. Hujan turun cukup deras. Aku mengasingkan diri dalam tendaku. Tadinya sih, aku disuruh tidur di tendanya pendaki Tasik. Tapi kan percuma kalau aku bawa tenda tapi tidak dipakai :D. Tak apalah aku melewatkan malam seorang diri. Malam yang cukup mencekam karena hujan disertai suara guntur terasa begitu keras. Sungguh riskan melihat kebanyakan pendaki yang camp disini memainkan hape untuk menyetel musiknya dengan keras-keras. Yeah, semoga saja tidak ada petir yang menyambar diantara kami. Untuk mengurangi kebosananku, aku masak makanan ala kadarnya dan ngopi sendirian dengan suasana gemercik hujan yang mulai reda. Hingga akupun tak kuasa menahan kantuk. Aku pun tertidur berselimutkan sleeping bag.

 26 Maret 2017

Pukul 04.00, suasana puncak bayangan mulai berisik. Para pendaki sudah bangun, mulai sarapan dan summit ke puncak untuk melihat sunrise. Aku yang masih malas-malasan bangun pukul 04.30 dan memasak ala kadarnya buat sarapan. Pendaki asal Tasik rupanya sudah berangkat duluan. Aku membereskan barang-barangku dulu supaya terhindar dari serangan babi yang konon sering terjadi di Gunung Cikuray ini.

Aku mulai start summit pukul 05.45. Sudah kuduga, momen sunrise hari itu tidak begitu bagus. Sinar mentari terasa sulit menembus kerumunan awan mendung di ufuk timur. Pukul 06.00 aku sampai di pos 7. Aku pun mulai mendekat dengan pendaki Tasik dan akhirnya jalan bareng menuju puncak.


Yeah, akhirnya aku tiba di puncak pukul 06.20 dengan kondisi puncak yang sudah ramai. Di puncak, view terbuka dengan hamparan gunung-gunung di Jawa Barat. Setelah lama menikmati view dari puncak Cikuray, aku bergegas turun ke camp, bongkar tenda dan turun ke basecamp bersama Bang Ian, Ridoy dan Radit. Di basecamp, kami harus menunggu angkutan pick up penuh dulu sebelum berangkat ke terminal Guntur Garut. Setelah penuh, kami pun berangkat. Dan yeah, terminal Guntur menjadi perpisahan kami. Aku ke Jakarta-depok, mereka ke Cikarang. Pukul 23.00 aku sudah sampai di depok.


Yeah, Alhamdulillah perjalanan solo hiking ini lancar dan sukses sampai puncak.

Salam Jun_krikers J

 
 

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar