Pendakian
Argopuro 3088 mdpl , Track Terpanjang Se-Pulau Jawa #1
Yeah, pendakian ke
Gunung Argopuro adalah pendakian impianku sejak lama. Gunung yang berada di
kompleks Pegunungan berapi Hyang membentang dari bagian barat Kab. Situbondo
hingga bagian timur Kab. Probolinggo, Jawa Timur ini memiliki track pendakian
terpanjang se-Pulau Jawa. Gunung yang masih tergolong alami, liar, mistis,
sunyi, sepi, bersih dan tentu saja indah. Mungkin dari beberapa orang tidak
mengenal Gunung Argopuro karena tingginya hanya 3088 mdpl dan puncaknya masih
berada dalam hutan pinus, tidak setinggi Puncak Gunung Kerinci, secantik Puncak
Gunung Rinjani atau segagah Puncak Mahameru. Tapi jangan salah. Gunung ini jauh
dari jangkauan pendaki alay dan kekinian masa kini. Butuh 4-5 hari untuk
menikmati alam Argopuro dengan medan berat dan pasti tas carriermu penuh dengan
bekal hidup dari titik start pendakian hingga titik finishnya. Biasanyakan barang
bawaan bisa ditinggal di camp saat kita summit hehe.
Bagi pendaki sejati
rasanya wajib untuk mengunjungi alam indah Argopuro minimal sekali seumur
hidup. Maka dari itu, selagi aku memiliki waktu dan uang, ijinkanlah aku
mendaki Gunung Argopuro yang mungkin akan menjadi pendakian sekali seumur
hidupku disana. Persiapkan fisikku, kulakukan dengan solo hiking ke Gunung
Cikuray 2 minggu sebelum hari-H pendakian Argopuro. Tinggal persiapan mental
saja yang agak naik-turun karena perjalanan ini benar-benar di alam liar. Kita
tidak tahu apa yang akan terjadi, seperti bertemu binatang buas (macan atau
harimau) yang konon masih banyak disana, tersesat di lebatnya hutan atau hilang
di tengah padang savana yang berkabut. Soalnya mistis? Yeah, biasa karena di
Gunung adalah tempatnya. Jadi, sudah aku anggap biasa hehe. Menjelang pendakian,
ku bulatkan tekadku “SING PENTING YAKIN” aku bisa melaluinya dengan lancar.
“BISMILLAH”.
11
April 2017
Pagi hari aku terbangun
dari tidurku yang kurang nyenyak karena exciting akan mendaki Gunung Argopuro
wkwkwk. Setelah packing lucu dan beres-beres, aku siap berangkat ke Stasiun
Pasarsenen untuk bertemu teman sependakianku. Kebetulan juga ada si Bos sedang
duduk di kursi kantor. Aku pamit ke Bos, dengan baik hatinya aku diberi
wejangan-wejangan yang membangun hehehe. Aku berangkat dari Stasiun Depok Baru
naik KRL. Karena waktu keberangkatan keretaku dari Stasiun Pasarsenen sudah
mepet dan sudah dipanggil-panggil sama temen sependakianku, aku turun di
Stasiun Manggarai kemudian naik Grabbike menuju Stasiun Pasarsenen. Di Stasiun
Pasarsenen, aku bertemu dengan teman sependakianku, Si Bang Agus Jenius dan
Ainudin Ujang. Mereka juga anggota KPK (Komunitas Pendaki Kantoran) tapi Korwil
Jakut. Ada juga si Bang Agus Sulaiman yang batal ikut karena ada UTS, namun masih
bersedia menemani kami, mengantar keberangkatan kami hehe. Mantablah bang, jangan
sedih, pasti di lain waktu ente bisa mendaki ke Argopuro hehe. Kami tak perlu
mengakrabkan diri lagi karena sebelumnya sudah bertemu di acara Navigasi Darat
KPK Pusat di Monas. Meskipun pendakian ini hanya 3 orang, dalam dugaanku mereka
adalah tipe-tipe orang yang mengasyikkan dan tidak bikin bosan di gunung.
Secara kami akan bertahan hidup bersama selama 4-5 hari di alam entah berantah,
rimbanya Gunung Argopuro. Si Bang Agus yang sanguinis, Bang Ujang yang korelis
dan @masjun_krik yang ala-ala melankolis
gitu hahaha :p.
Pukul 10.15, Kereta
Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan yang kami naiki akan diberangkatkan. Bang Agus
Sulaiman melepas keberangkatan kami. Dadah dadah dadah hiks hiks hiks, dalam
hatinya mungkin teriris wkwkwk :p. Di dalam gerbong kereta yang penuh
penumpang, perjalanan kami hanya diisi kegiatan mondar-mandir ke toilet,
nyemil-nyemil sambil ngobrol ngalor-ngidul. Dan ternyata inilah pertama kalinya
Bang Ujang naik kereta. Bahkan KRL pun belum pernah. Wkwkwk keren yak :D. 26
tahun hidup di Jakarta kemana aja Bang belum pernah naik kereta? -_-. Maklum
sih orang betawi asli, keluarga besarnya di Jakarta. Jadi, ngga mudik-mudik
kaya kita perantau-perantau dari Jawa Tengah/Timur yang biasa naik kereta. Nah,
kalau belum pernah naik KRL kayanya kebangetan dah -_-. Menjelang sore, perutku
mulai lapar. Kumakan saja bekal yang kubawa daripada beli di kereta yang
harganya lumayan mahal :p. Sehabis kenyang terbitlah tidur. Tinggal nempel
molor dah, Ah dasar pelor :D.
Sekitar pukul 20.00,
kereta tiba di Stasiun Lempuyangan. Kereta berhenti lama disini. Waktunya udud
di smoking area stasiun hehehe. Tadinya sih mau turun disini karena kata Kesayangan,
kalau aku turun di Stasiun Lempuyangan mau langsung dinikahin wkwkwk candaannya
bikin baper -_-. Kereta Gaya Baru Malam Selatan diberangkatkan lagi, aku masuk
gerbong dan nempel molor lagi zzzzzz.
12
April 2017
Pukul 01.30, kami sudah
memasuki Surabaya. Kami turun di Stasiun Wonokromo karena lebih dekat dengan
Terminal Bungurasih Surabaya. Setelah urusan perut Bang Agus selesai, kami
lanjut jalan-jalan ke Pasar Pagi Mangga Dua untuk belanja logistik pendakian. Malam
itu ada pertandingan UEFA Champion antara Juve vs Barca. Sayang, Barca kalah
3-0 hiks hiks hiks. Setelah belanja logistik kami menuju pertigaan untuk naik
angkot ke Terminal. Angkotnya serasa ngledekin karena ngga jalan-jalan. Lama
sekali di dalam angkot yang tak kunjung jalan. Menjelang subuh, angkot
berangkat karena dapat beberapa penumpang. Tidak butuh waktu lama sampai di
Terminal karena jalanan Surabaya yang terkenal macet itu begitu sepi. Rp.
5.000,-/orang keluar dari saku untuk jasa antar angkot.
Kejadian tidak
mengenakkan dimulai :D. Yeah, kami kena calo wkwkwk. Beginilah kronologisnya :
Kami
turun dari angkot tepat di depan pintu keluar Bus Terminal Bungurasih Surabaya.
Datanglah sekitaran 5 orang yang terdiri dari tukang becak atau ojek atau
pedagang disitu. Dengan ramah menanyakan tujuan kami dan darimana kami berasal.
“Mau kemana
mas?”
“Mau ke Besuki,
Situbondo Pak”
“Emang darimana
mas? Mau ngapain kesana? Bawa tas besar-besar?”
“Kita dari
Jakarta, Pak. mau mendaki Argopuro”
“Oh, tunggu
busnya disini saja mas. Sebentar lagi busnya juga keluar. Ngopi-ngopi dulu saja
mas disini”
Setelah itu tidak ada
pikiran aneh-aneh sih kalau kami terjebak oleh calo.
“Itu busnya mas”
Loh kok bus itu tulisan tujuan di
kaca depan ke Jember bukan ke Banyuwangi via Situbondo. Pikiranku sudah tidak
enak dari sini. Lagi pula yang recomended kan bus Akas tapi ini bukan bus Akas,
melainkan berstiker Kemenangan di sisi kanan-kiri body bus.
Lalu datang seseorang agak gempal, berkumis,
dan memakai baju cream. Berlagak ala kondektur bus memegang lembaran tiket.
Kami pun dikepung beberapa orang.
“Mau kemana?” Tanya
calo berlagak kondektur berlogat madura
“Mereka mau ke Besuki itu
Pak” kata orang yang mengepung kami
“Rp. 75.000,-” kata
calo sambil mencoret 3 tiket untuk kami
“bertiga pak? atau
seorang Rp. 75.000,-” kataku
Eh si Bang Agus udah
ngeluarin duit aja Rp. 75.000,- dan ngasih ke calo berkedok ala kondektur.
“Kurang” kata calo
“Berarti seorang Rp.
75.000,- nih? Ngga boleh kurang apa?” kataku yang penuh heran.
“Ngga bisa mas tarifnya
segitu” kata orang yang mengepung kami
Kenapa bisa mahal
segitu, padahal itu bukan bus AC/PATAS, bahkan tarif normal bus AC/PATAS bisa lebih
murah. Ah sial, pasti kena calo nih batinku.
“Cepet mas, busnya mau
jalan” kata orang yang mengepung kami
Bang Ujang pun
mengeluarkan uang tanpa rasa curiga. Aku pun mengeluarkan uang meskipun tidak
ikhlas dan negatif thinking. Rp. 75.000,-/orang sudah di tangan calo. Kami
bergegas menuju bus yang mulai nggremet-nggremet jalan. Namun, tas carrier kami
disuruh masuk ke bagasi. Ah pikiranku tambah tidak enak nih kalau tas carrier
hilang bagaimana. Sudah jatuh ketiban tangga pula L.
Bus pun melaju dengan
kencang. Maklum bus bumel jawatimuran ora banter ora silir wkwkwk. Memasuki Tol
Waru – Gempol, sang kondektur asli memakai baju cream, mulai menarik uang dan
memberi tiket bus. Wah, udah ngga beres nih. Tibalah sang kondektur menarik
kami yang berada di bangku tengah.
“karcis karcis”
“lah, tadi kan sudah
pak”
“kapan mas?”
“di luar terminal”
“sama siapa mas?”
“sama bapak tadi”
“saya ngga narik karcis
di luar bus, mas. Semua bus jawa timur narik karcis di dalam bus”
“tapi tadi mirip
orangnya sama bapak”
“wah kena calo kamu
mas. Kena berapa kamu mas?”
“Rp. 75.000,-“
“emang mau kemana?
Darimana?”
“ke Besuki, Situbondo
dari Jakarta”
“yaudah Rp. 200.000,-
semuanya“
Heninglah seketika.
Busyet ini kondektur ngegetok amat. Udah tau orang kena calo masih di getok aja.
“ngga bisa kurang pak?”
“maunya berapa?”
Karena udah ngga mau
mikir aneh-aneh lagi.
“yaudah Rp. 50.000,-/orang
ya pak?”
“yaudah gpp” kata
kondektur sambil memberi tiket yang sudah dicoret tujuannya. Ternyata hanya
sampai di Probolinggo -_-.
“ini nanti sampai
Besuki kan pak?”
“Iya nanti gampang mas.
Lain kali hati-hati mas di terminal. Lebih baik langsung masuk terminal saja. Kemarin-kemarin
juga ada orang bali disini kena calo bayar tiket bus di luar bus”
Ah sudahlah namanya
juga apes. Ikhlasin saja. Tapi melihat mimik wajah dua kawan baruku itu, rasanya
gimana gitu wkwkwk. Malu juga aku sebagai orang jawa biasa ke Terminal
Bungurasih kena calo di daerah sendiri wkwkwk. WTF man.
Lupakan
persoalan calo. Ku nikmati saja perjalanan di bus yang lajunya memacu
adrenaline, berjalan zig-zag ketika overtake atau hampir nyundul bokong truk
dan bus lain wkwkwk. Apalagi sewaktu kejar-kejaran dengan bus bumel lainnya, berstiker
Tentrem di body kanan-kirinya. Sayang, busku harus tertinggal karena menurunkan
penumpang. Sehabis itu bus dipacu santai-santai saja karena sudah masuk di
Probolinggo. Pukul 06.30 kami sampai di terminal Bayuangga Probolinggo. Kami
diturunkan disini dan disuruh bayar bagasi :/. Yasudah kasih saja Rp. 10.000,-
untuk 3 tas. Lalu kami dioper ke Bus bumel Akas IV yang ke Denpasar karena Bus
Kemenangan yang kami naiki itu tujuannya ke Jember.
Sekitar
pukul 07.15 bus Akas IV berangkat. Semakin menjauh dari terminal, bus mendapat
point banyak sampe kaya ikan asin di dalam bus. Panas bung :D. Mana busnya
pelan nyari point melulu padahal sudah penuh wkwkwk. Untungnya kondektur bus tidak
menarik uang karcis karena kami bilangnya operan dengan memperlihatkan tiket
bus sebelumnya. Tapi melihat karcis kami yang dicoret hanya sampai tujuan Probolinggo, si kondektur agak gimana gitu wkwkwk. Sudahlah yang penting tidak
bayar lagi :D. Hayati lelah, Hayati muak ditipu-tipuh :D. Di perjalanan kami bebarengan dengan 4 orang
yang akan mendaki Argopuro, terdiri dari 3 cowok dan 1 cewek. Mereka mengajak
kami untuk sharecost angkutan ke basecamp Baderan. Kebetulan salah satu
temannya sudah ada di Besuki dan mereka sudah dapat angkutan. Wah lumayan nih
:D.
Pukul
10.00, kami sampai di Terminal Besuki. Baru selangkah turun dari terminal, kami
langsung diserbu oleh tukang ojek ataupun angkutan yang mau mengantarkan kami
ke basecamp Baderan. Yeah, bilang saja kalau kami sudah punya angkutan hehe.
Kami bertiga belanja perbekalan dulu di minimarket tepat di seberang jalan dari
terminal. Di minimarket pun kami masih saja ditawari jasa ojek atau angkutan
padahal sudah punya. Yeah, gigih sekali perjuangan mereka hehe. Selesai membeli
perbekalan, kami menuju terminal lagi untuk bertemu rombongan pendaki tadi di
warung makan. Wah saatnya mengisi perut nih, kelaparan dari semalam soalnya
haha. Soto dan Rawonnya enak banget dan murah, cuma Rp. 10.000,-/porsi. Selesai
makan, kami menuju ke angkutan yang sudah di pesan. Yeah, berupa elf warna
hijau seharga Rp. 300.000/8 orang. Sembari menunggu kami berangkat, orang-orang
di Besuki ini banyak memberi wejangan untuk berhati-hati di Argopuro karena
banyak kejadian pendaki yang hilang. Perjalanan menuju basecamp yang terletak di
Kelurahan Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo sangat jauh. Kami
melewati jalan berlubang ala pegunungan dengan tanjakan curam. Kondisi alamnya juga
sedikit gersang karena daerah sini sudah mulai kemarau.
Sampai
di basecamp Baderan sekitar pukul 11.50. Di basecamp tampak hanya ada satu
rombongan pendaki dengan 7 orang terdiri dari 5 cowok, 2 cewek bermake up menor,
bergaya trendy kekinian, pakai sepatu converse Allstar, ada juga pakai sepatu
kets untuk lari. Itu mau naik gunung atau ngemall wkwkwk? Gunung yang akan
kalian daki itu Argopuro loh? Bukan sembarang gunung dan kelasnya pun sudah
tinggi :/. Teman sharecost angkutan kami berangkat mendaki siang hari itu juga, setelah
membayar simaksi. Mereka diantar oleh ojek menuju pos makadam. Selang saat
kemudian rombongan 7 orang itu juga berangkat diantar ojek. Kami bertiga
memilih menginap semalam di basecamp Baderan. Supaya hemat tenaga dan fit saat
mendaki besok hehe.
Basecamp
Baderan ini dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa
Timur yang dijaga oleh polisi hutan bernama Cak Samhaji. Orangnya ramah, suka
bercanda dan senang memberi wejangan tentang jalur, estimasi waktu, hal-hal
yang diperbolehkan/dilarang saat mendaki Gunung Argopuro. Katanya sih pantangan
yang paling fatal itu teriak-teriak saat di gunung hehe. "Pokoknya ngga boleh teriak-teriaklah". Yeah, Aropuro adalah
gunung yang sepi, tempat yang strategis untuk bermukimnya makhluk tertentu. Mungkin
jika berisik, mereka akan terusik hehe. Cerita-cerita tentang orang hilang di
Gunung Argopuro tak alpha keluar dari ucapan Cak Samhaji. Yang perlu diwaspadai
adalah kabut tebal karena sangat berbahaya jika terobos, jalur pendakian pun bisa
tidak terlihat.
Kondisi
basecampnya cukup terawat. Hanya saja untuk mencari makan, lokasinya jauh turun ke bawah atau pusat kelurahan
Baderan. Tapi jangan khawatir karena Cak Samhaji menyediakan motornya untuk
dipinjam. Bensinnya full terus loh :D. Rata-rata sekali makan di Baderan dengan
lauk ayam atau daging, porsi kuli Rp. 10.000,-. Ada juga warung kopi. Kopinya mantab
\m/. Kopi Asli Baderan, diracik dan diolah sendiri secara sederhana oleh warga.
Cuma Rp. 2.000.-/cangkir :D. Kalau mau beli 1 ons cuma Rp. 5.000,-. Aku cuma beli
1 ons untuk oleh-oleh karena stoknya terbatas. Jadi, ngga bisa ngeborong bro
mumpung murah :D. Disaat membeli kopi itu aku ketemu sesepuh desa disini yang
katanya dulu sewaktu muda sering ke puncak Argopuro dan sering menemukan arca. Sungkem and Respect \m/.
Malam
menjelang. Setelah waktu Isa’ suasana desa begitu sepi dan dingin. Hanya ada
segelintir anak muda yang asyik bermain bilyard. Suasana ke-Islaman disini
masih kental. Ada pesantrennya juga. Jauh dari kebisingan kota. Sinyal telekomunikasi
pun tak bisa menjangkau desa ini. Ah, jadi ingat ceramahnya Syeikh Imran Hosein
di youtube. Apakah tempat-tempat seperti pegunungan inikah yang bebas dari
fitnah Dajjal? Yeah, selain itu, keramahan dan kesederhanaan warga Baderan
membuatku betah. Bikin baper :D.
Sebelum
tidur, kami mengisi data diri dan membayar simaksi pendakian. Tarifnya Rp.
20.000,-/hari/orang untuk hari kerja dan Rp. 30.000,-/hari/orang untuk hari
libur. Kami kena Rp. 110.000,-/orang karena pendakian Argopuro ini dilakukan selama 4
hari, dimana ada 3 hari libur dan 1 hari kerja. Rencana kami akan mendaki
besok pukul 07.00,- dan memesan ojek ke pos makadam dengan tarif Rp.
40.000,-/orang untuk menghemat tenaga.
Bagaimanakah
dongeng pendakiannya? Tunggu nyak rilis selanjutnya :D.
Salam
Jun_krikers J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar