Minggu, 21 Mei 2017

Pendakian Argopuro 3088 mdpl , Track Terpanjang Se-Pulau Jawa #1

Pendakian Argopuro 3088 mdpl , Track Terpanjang Se-Pulau Jawa #1


Yeah, pendakian ke Gunung Argopuro adalah pendakian impianku sejak lama. Gunung yang berada di kompleks Pegunungan berapi Hyang membentang dari bagian barat Kab. Situbondo hingga bagian timur Kab. Probolinggo, Jawa Timur ini memiliki track pendakian terpanjang se-Pulau Jawa. Gunung yang masih tergolong alami, liar, mistis, sunyi, sepi, bersih dan tentu saja indah. Mungkin dari beberapa orang tidak mengenal Gunung Argopuro karena tingginya hanya 3088 mdpl dan puncaknya masih berada dalam hutan pinus, tidak setinggi Puncak Gunung Kerinci, secantik Puncak Gunung Rinjani atau segagah Puncak Mahameru. Tapi jangan salah. Gunung ini jauh dari jangkauan pendaki alay dan kekinian masa kini. Butuh 4-5 hari untuk menikmati alam Argopuro dengan medan berat dan pasti tas carriermu penuh dengan bekal hidup dari titik start pendakian hingga titik finishnya. Biasanyakan barang bawaan bisa ditinggal di camp saat kita summit hehe.

Bagi pendaki sejati rasanya wajib untuk mengunjungi alam indah Argopuro minimal sekali seumur hidup. Maka dari itu, selagi aku memiliki waktu dan uang, ijinkanlah aku mendaki Gunung Argopuro yang mungkin akan menjadi pendakian sekali seumur hidupku disana. Persiapkan fisikku, kulakukan dengan solo hiking ke Gunung Cikuray 2 minggu sebelum hari-H pendakian Argopuro. Tinggal persiapan mental saja yang agak naik-turun karena perjalanan ini benar-benar di alam liar. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, seperti bertemu binatang buas (macan atau harimau) yang konon masih banyak disana, tersesat di lebatnya hutan atau hilang di tengah padang savana yang berkabut. Soalnya mistis? Yeah, biasa karena di Gunung adalah tempatnya. Jadi, sudah aku anggap biasa hehe. Menjelang pendakian, ku bulatkan tekadku “SING PENTING YAKIN” aku bisa melaluinya dengan lancar. “BISMILLAH”.

11 April 2017

Pagi hari aku terbangun dari tidurku yang kurang nyenyak karena exciting akan mendaki Gunung Argopuro wkwkwk. Setelah packing lucu dan beres-beres, aku siap berangkat ke Stasiun Pasarsenen untuk bertemu teman sependakianku. Kebetulan juga ada si Bos sedang duduk di kursi kantor. Aku pamit ke Bos, dengan baik hatinya aku diberi wejangan-wejangan yang membangun hehehe. Aku berangkat dari Stasiun Depok Baru naik KRL. Karena waktu keberangkatan keretaku dari Stasiun Pasarsenen sudah mepet dan sudah dipanggil-panggil sama temen sependakianku, aku turun di Stasiun Manggarai kemudian naik Grabbike menuju Stasiun Pasarsenen. Di Stasiun Pasarsenen, aku bertemu dengan teman sependakianku, Si Bang Agus Jenius dan Ainudin Ujang. Mereka juga anggota KPK (Komunitas Pendaki Kantoran) tapi Korwil Jakut. Ada juga si Bang Agus Sulaiman yang batal ikut karena ada UTS, namun masih bersedia menemani kami, mengantar keberangkatan kami hehe. Mantablah bang, jangan sedih, pasti di lain waktu ente bisa mendaki ke Argopuro hehe. Kami tak perlu mengakrabkan diri lagi karena sebelumnya sudah bertemu di acara Navigasi Darat KPK Pusat di Monas. Meskipun pendakian ini hanya 3 orang, dalam dugaanku mereka adalah tipe-tipe orang yang mengasyikkan dan tidak bikin bosan di gunung. Secara kami akan bertahan hidup bersama selama 4-5 hari di alam entah berantah, rimbanya Gunung Argopuro. Si Bang Agus yang sanguinis, Bang Ujang yang korelis dan @masjun_krik yang ala-ala melankolis gitu hahaha :p.

Pukul 10.15, Kereta Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan yang kami naiki akan diberangkatkan. Bang Agus Sulaiman melepas keberangkatan kami. Dadah dadah dadah hiks hiks hiks, dalam hatinya mungkin teriris wkwkwk :p. Di dalam gerbong kereta yang penuh penumpang, perjalanan kami hanya diisi kegiatan mondar-mandir ke toilet, nyemil-nyemil sambil ngobrol ngalor-ngidul. Dan ternyata inilah pertama kalinya Bang Ujang naik kereta. Bahkan KRL pun belum pernah. Wkwkwk keren yak :D. 26 tahun hidup di Jakarta kemana aja Bang belum pernah naik kereta? -_-. Maklum sih orang betawi asli, keluarga besarnya di Jakarta. Jadi, ngga mudik-mudik kaya kita perantau-perantau dari Jawa Tengah/Timur yang biasa naik kereta. Nah, kalau belum pernah naik KRL kayanya kebangetan dah -_-. Menjelang sore, perutku mulai lapar. Kumakan saja bekal yang kubawa daripada beli di kereta yang harganya lumayan mahal :p. Sehabis kenyang terbitlah tidur. Tinggal nempel molor dah, Ah dasar pelor :D.

Sekitar pukul 20.00, kereta tiba di Stasiun Lempuyangan. Kereta berhenti lama disini. Waktunya udud di smoking area stasiun hehehe. Tadinya sih mau turun disini karena kata Kesayangan, kalau aku turun di Stasiun Lempuyangan mau langsung dinikahin wkwkwk candaannya bikin baper -_-. Kereta Gaya Baru Malam Selatan diberangkatkan lagi, aku masuk gerbong dan nempel molor lagi zzzzzz.

12 April 2017

Pukul 01.30, kami sudah memasuki Surabaya. Kami turun di Stasiun Wonokromo karena lebih dekat dengan Terminal Bungurasih Surabaya. Setelah urusan perut Bang Agus selesai, kami lanjut jalan-jalan ke Pasar Pagi Mangga Dua untuk belanja logistik pendakian. Malam itu ada pertandingan UEFA Champion antara Juve vs Barca. Sayang, Barca kalah 3-0 hiks hiks hiks. Setelah belanja logistik kami menuju pertigaan untuk naik angkot ke Terminal. Angkotnya serasa ngledekin karena ngga jalan-jalan. Lama sekali di dalam angkot yang tak kunjung jalan. Menjelang subuh, angkot berangkat karena dapat beberapa penumpang. Tidak butuh waktu lama sampai di Terminal karena jalanan Surabaya yang terkenal macet itu begitu sepi. Rp. 5.000,-/orang keluar dari saku untuk jasa antar angkot.

Kejadian tidak mengenakkan dimulai :D. Yeah, kami kena calo wkwkwk. Beginilah kronologisnya :

Kami turun dari angkot tepat di depan pintu keluar Bus Terminal Bungurasih Surabaya. Datanglah sekitaran 5 orang yang terdiri dari tukang becak atau ojek atau pedagang disitu. Dengan ramah menanyakan tujuan kami dan darimana kami berasal.

“Mau kemana mas?”
“Mau ke Besuki, Situbondo Pak”
“Emang darimana mas? Mau ngapain kesana? Bawa tas besar-besar?”
“Kita dari Jakarta, Pak. mau mendaki Argopuro”
“Oh, tunggu busnya disini saja mas. Sebentar lagi busnya juga keluar. Ngopi-ngopi dulu saja mas disini”

Setelah itu tidak ada pikiran aneh-aneh sih kalau kami terjebak oleh calo.
“Itu busnya mas”
Loh kok bus itu tulisan tujuan di kaca depan ke Jember bukan ke Banyuwangi via Situbondo. Pikiranku sudah tidak enak dari sini. Lagi pula yang recomended kan bus Akas tapi ini bukan bus Akas, melainkan berstiker Kemenangan di sisi kanan-kiri body bus.
Lalu datang seseorang agak gempal, berkumis, dan memakai baju cream. Berlagak ala kondektur bus memegang lembaran tiket. Kami pun dikepung beberapa orang.

“Mau kemana?” Tanya calo berlagak kondektur berlogat madura
“Mereka mau ke Besuki itu Pak” kata orang yang mengepung kami
“Rp. 75.000,-” kata calo sambil mencoret 3 tiket untuk kami
“bertiga pak? atau seorang Rp. 75.000,-” kataku

Eh si Bang Agus udah ngeluarin duit aja Rp. 75.000,- dan ngasih ke calo berkedok ala kondektur.

“Kurang” kata calo
“Berarti seorang Rp. 75.000,- nih? Ngga boleh kurang apa?” kataku yang penuh heran.
“Ngga bisa mas tarifnya segitu” kata orang yang mengepung kami

Kenapa bisa mahal segitu, padahal itu bukan bus AC/PATAS, bahkan tarif normal bus AC/PATAS bisa lebih murah. Ah sial, pasti kena calo nih batinku.

“Cepet mas, busnya mau jalan” kata orang yang mengepung kami

Bang Ujang pun mengeluarkan uang tanpa rasa curiga. Aku pun mengeluarkan uang meskipun tidak ikhlas dan negatif thinking. Rp. 75.000,-/orang sudah di tangan calo. Kami bergegas menuju bus yang mulai nggremet-nggremet jalan. Namun, tas carrier kami disuruh masuk ke bagasi. Ah pikiranku tambah tidak enak nih kalau tas carrier hilang bagaimana. Sudah jatuh ketiban tangga pula L.

Bus pun melaju dengan kencang. Maklum bus bumel jawatimuran ora banter ora silir wkwkwk. Memasuki Tol Waru – Gempol, sang kondektur asli memakai baju cream, mulai menarik uang dan memberi tiket bus. Wah, udah ngga beres nih. Tibalah sang kondektur menarik kami yang berada di bangku tengah.

“karcis karcis”
“lah, tadi kan sudah pak”
“kapan mas?”
“di luar terminal”
“sama siapa mas?”
“sama bapak tadi”
“saya ngga narik karcis di luar bus, mas. Semua bus jawa timur narik karcis di dalam bus”
“tapi tadi mirip orangnya sama bapak”
“wah kena calo kamu mas. Kena berapa kamu mas?”
“Rp. 75.000,-“
“emang mau kemana? Darimana?”
“ke Besuki, Situbondo dari Jakarta”
“yaudah Rp. 200.000,- semuanya“

Heninglah seketika. Busyet ini kondektur ngegetok amat. Udah tau orang kena calo masih di getok aja.

“ngga bisa kurang pak?”
“maunya berapa?”

Karena udah ngga mau mikir aneh-aneh lagi.

“yaudah Rp. 50.000,-/orang ya pak?”
“yaudah gpp” kata kondektur sambil memberi tiket yang sudah dicoret tujuannya. Ternyata hanya sampai di Probolinggo -_-.
“ini nanti sampai Besuki kan pak?”
“Iya nanti gampang mas. Lain kali hati-hati mas di terminal. Lebih baik langsung masuk terminal saja. Kemarin-kemarin juga ada orang bali disini kena calo bayar tiket bus di luar bus”

Ah sudahlah namanya juga apes. Ikhlasin saja. Tapi melihat mimik wajah dua kawan baruku itu, rasanya gimana gitu wkwkwk. Malu juga aku sebagai orang jawa biasa ke Terminal Bungurasih kena calo di daerah sendiri wkwkwk. WTF man.
Lupakan persoalan calo. Ku nikmati saja perjalanan di bus yang lajunya memacu adrenaline, berjalan zig-zag ketika overtake atau hampir nyundul bokong truk dan bus lain wkwkwk. Apalagi sewaktu kejar-kejaran dengan bus bumel lainnya, berstiker Tentrem di body kanan-kirinya. Sayang, busku harus tertinggal karena menurunkan penumpang. Sehabis itu bus dipacu santai-santai saja karena sudah masuk di Probolinggo. Pukul 06.30 kami sampai di terminal Bayuangga Probolinggo. Kami diturunkan disini dan disuruh bayar bagasi :/. Yasudah kasih saja Rp. 10.000,- untuk 3 tas. Lalu kami dioper ke Bus bumel Akas IV yang ke Denpasar karena Bus Kemenangan yang kami naiki itu tujuannya ke Jember.

Sekitar pukul 07.15 bus Akas IV berangkat. Semakin menjauh dari terminal, bus mendapat point banyak sampe kaya ikan asin di dalam bus. Panas bung :D. Mana busnya pelan nyari point melulu padahal sudah penuh wkwkwk. Untungnya kondektur bus tidak menarik uang karcis karena kami bilangnya operan dengan memperlihatkan tiket bus sebelumnya. Tapi melihat karcis kami yang dicoret hanya sampai tujuan Probolinggo, si kondektur agak gimana gitu wkwkwk. Sudahlah yang penting tidak bayar lagi :D. Hayati lelah, Hayati muak ditipu-tipuh :D. Di perjalanan kami bebarengan dengan 4 orang yang akan mendaki Argopuro, terdiri dari 3 cowok dan 1 cewek. Mereka mengajak kami untuk sharecost angkutan ke basecamp Baderan. Kebetulan salah satu temannya sudah ada di Besuki dan mereka sudah dapat angkutan. Wah lumayan nih :D.


Pukul 10.00, kami sampai di Terminal Besuki. Baru selangkah turun dari terminal, kami langsung diserbu oleh tukang ojek ataupun angkutan yang mau mengantarkan kami ke basecamp Baderan. Yeah, bilang saja kalau kami sudah punya angkutan hehe. Kami bertiga belanja perbekalan dulu di minimarket tepat di seberang jalan dari terminal. Di minimarket pun kami masih saja ditawari jasa ojek atau angkutan padahal sudah punya. Yeah, gigih sekali perjuangan mereka hehe. Selesai membeli perbekalan, kami menuju terminal lagi untuk bertemu rombongan pendaki tadi di warung makan. Wah saatnya mengisi perut nih, kelaparan dari semalam soalnya haha. Soto dan Rawonnya enak banget dan murah, cuma Rp. 10.000,-/porsi. Selesai makan, kami menuju ke angkutan yang sudah di pesan. Yeah, berupa elf warna hijau seharga Rp. 300.000/8 orang. Sembari menunggu kami berangkat, orang-orang di Besuki ini banyak memberi wejangan untuk berhati-hati di Argopuro karena banyak kejadian pendaki yang hilang. Perjalanan menuju basecamp yang terletak di Kelurahan Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo sangat jauh. Kami melewati jalan berlubang ala pegunungan dengan tanjakan curam. Kondisi alamnya juga sedikit gersang karena daerah sini sudah mulai kemarau.


Sampai di basecamp Baderan sekitar pukul 11.50. Di basecamp tampak hanya ada satu rombongan pendaki dengan 7 orang terdiri dari 5 cowok, 2 cewek bermake up menor, bergaya trendy kekinian, pakai sepatu converse Allstar, ada juga pakai sepatu kets untuk lari. Itu mau naik gunung atau ngemall wkwkwk? Gunung yang akan kalian daki itu Argopuro loh? Bukan sembarang gunung dan kelasnya pun sudah tinggi :/. Teman sharecost angkutan kami berangkat mendaki siang hari itu juga, setelah membayar simaksi. Mereka diantar oleh ojek menuju pos makadam. Selang saat kemudian rombongan 7 orang itu juga berangkat diantar ojek. Kami bertiga memilih menginap semalam di basecamp Baderan. Supaya hemat tenaga dan fit saat mendaki besok hehe.
Basecamp Baderan ini dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur yang dijaga oleh polisi hutan bernama Cak Samhaji. Orangnya ramah, suka bercanda dan senang memberi wejangan tentang jalur, estimasi waktu, hal-hal yang diperbolehkan/dilarang saat mendaki Gunung Argopuro. Katanya sih pantangan yang paling fatal itu teriak-teriak saat di gunung hehe. "Pokoknya ngga boleh teriak-teriaklah". Yeah, Aropuro adalah gunung yang sepi, tempat yang strategis untuk bermukimnya makhluk tertentu. Mungkin jika berisik, mereka akan terusik hehe. Cerita-cerita tentang orang hilang di Gunung Argopuro tak alpha keluar dari ucapan Cak Samhaji. Yang perlu diwaspadai adalah kabut tebal karena sangat berbahaya jika terobos, jalur pendakian pun bisa tidak terlihat.  
Kondisi basecampnya cukup terawat. Hanya saja untuk mencari makan, lokasinya jauh turun ke bawah atau pusat kelurahan Baderan. Tapi jangan khawatir karena Cak Samhaji menyediakan motornya untuk dipinjam. Bensinnya full terus loh :D. Rata-rata sekali makan di Baderan dengan lauk ayam atau daging, porsi kuli Rp. 10.000,-. Ada juga warung kopi. Kopinya mantab \m/. Kopi Asli Baderan, diracik dan diolah sendiri secara sederhana oleh warga. Cuma Rp. 2.000.-/cangkir :D. Kalau mau beli 1 ons cuma Rp. 5.000,-. Aku cuma beli 1 ons untuk oleh-oleh karena stoknya terbatas. Jadi, ngga bisa ngeborong bro mumpung murah :D. Disaat membeli kopi itu aku ketemu sesepuh desa disini yang katanya dulu sewaktu muda sering ke puncak Argopuro dan sering menemukan arca. Sungkem and Respect \m/.
Malam menjelang. Setelah waktu Isa’ suasana desa begitu sepi dan dingin. Hanya ada segelintir anak muda yang asyik bermain bilyard. Suasana ke-Islaman disini masih kental. Ada pesantrennya juga. Jauh dari kebisingan kota. Sinyal telekomunikasi pun tak bisa menjangkau desa ini. Ah, jadi ingat ceramahnya Syeikh Imran Hosein di youtube. Apakah tempat-tempat seperti pegunungan inikah yang bebas dari fitnah Dajjal? Yeah, selain itu, keramahan dan kesederhanaan warga Baderan membuatku betah. Bikin baper :D.
Sebelum tidur, kami mengisi data diri dan membayar simaksi pendakian. Tarifnya Rp. 20.000,-/hari/orang untuk hari kerja dan Rp. 30.000,-/hari/orang untuk hari libur. Kami kena Rp. 110.000,-/orang karena pendakian Argopuro ini dilakukan selama 4 hari, dimana ada 3 hari libur dan 1 hari kerja. Rencana kami akan mendaki besok pukul 07.00,- dan memesan ojek ke pos makadam dengan tarif Rp. 40.000,-/orang untuk menghemat tenaga.
Bagaimanakah dongeng pendakiannya? Tunggu nyak rilis selanjutnya :D.

Salam Jun_krikers J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar