Selasa, 04 Juli 2017

Pendakian Argopuro 3088 mdpl , Track Terpanjang Se-Pulau Jawa #2

Pendakian Argopuro 3088 mdpl , Track Terpanjang Se-Pulau Jawa #2


Yeah, cukup lama juga dongeng tentang pendakian Argopuro ku tidak berlanjut, akhirnya diposting juga hehe. Maklumlah @masjun_krik selalu sibuk :p.

13 April 2017

Di akhir sujud syukur memulai pagi hari, aku meyakinkan diri, memantapkan hati untuk mendaki Gunung Argopuro. @masjun_krik, Bang Agus dan Bang Ujang packing ulang sebelum berangkat. Pukul 06.30, ojek pesanan yang akan mengantarkan kami sampai batas akhir makadam jalur pendakian Argopuro via baderan sudah tiba di Basecamp. Sebelum ngojek, kami membeli sarapan sekaligus bekal makan siang dulu ke pusat kelurahan Baderan. Pukul 07.15 kami mulai berangkat dengan menggunakan ojek. Meskipun jalan sempit makadam dan terjal, disisi kanan terdapat jurang menganga, motor bebek yang dimodif menjadi ojek berani dipacu dengan kecepatan banter. Ngeri-ngeri sedep deh :D. Sepanjang perjalanan kami dipaksa berkonsentrasi karena pemandangan kebun kopi, terasering persawahan hingga air terjun terhampar indah.


Pukul 07.55 kami tiba di batas makadam. Kami turun dengan kondisi badan yang masih bergetar wkwkwk. Upah ojek sebesar Rp. 40.000,- rupanya pantas karena batas makadam ini sangat jauh. Dengan menggunakan ojek, kami bisa mempersingkat waktu hehe. Sebelum melakukan pendakian, kami sarapan nasi rawon yang sudah dibeli sebelumnya di gubuk petani kopi, mumpung masih anget hehe.

Pukul 08.35, kami memulai pendakian. Track awal yang kami hadapi berupa cerukan tanah bekas jalur motor. Jalur motor ini akan sering kami lewati sampai savana cikasur karena para akamsi biasanya ke puncak menggunakan motor sampai cikasur. Bahkan kalau katong kita tebal bisa ngojek ke savana cikasur hehe. Langkah kami harus mantap karena setiap langkah, cerukan ini hanya muat satu pijakan. Bila kondisi hujan tentu akan sangat licin dan menjadi jalur air seperti selokan. Di beberapa spot akan ditemukan percabangan jalur, namun akan kembali ke jalur motor tadi. Kami juga sempat salah mengambil percabangan. Kami nyasar di ladang penduduk wkwkwk. Karena kami nyasar sudah terlalu jauh, tidak ada orang yang bisa ditanyain dan tidak mungkin kembali ke percabangan tadi, kami beristirahat sejenak. Kemudian kami memotong jalur melewati bukit, butuh perjuangan lebih dengan mematahkan ranting-ranting, melompati pohon. Akhirnya kami menemukan jalur motor tadi. Alhamdulillah :D.

Tak terasa kami sudah jauh berjalan meskipun pelan dan langkah pasti. Kami memasuki area hutan dengan canopi yang lebat sehingga cahaya mataharipun tak mampu menembusnya. Raung-raungan serangga hingga kicauan burung menjadi backgroud kesunyian, kesepian, kegelapan hutan. Jalur bekas motor beberapa kali bercabang. Kami lebih memilih melewati jalur yang bercabang tersebut daripada jalur bekas motor yang lebih menguras tenaga. Di tengah perjalanan sebelum sampai di pos mata air 1, kami bertemu dengan rombongan 7 orang kekinian yang berada di basecamp kemarin. Mereka sedang packing melanjutkan perjalanan. Sepertinya mereka kesiangan wkwkwk.


Pukul 12.15 kami sampai di pos mata air 1. Karena persediaan air masih cukup, kami hanya beristirahat saja disini. Di pos mata air 1 ini cocok untuk berkemah karena terdapat tanah datar yang bisa menampung 3-4 tenda dan mata air dari sungai. Saat rombongan kekinian yang kami tadi sampai di pos mata air 1, kami melanjutkan pendakian. Track yang kami lewati hampir sama dengan sebelumnya. Namun sudah banyak bonus datarnya. Terkadang jalur tertutup semak-semak basah dan lembab. Menjelang pos mata air 2, kami melewati punggungan bukit bervegetasi pinus dan sisi kanan kiri jurang. Kurang lebih pukul 14.00, kami sampai di pos mata air 2 yang berupa tanah datar muat 4-5 tenda.


Di pos mata air 2, kami beristirahat cukup lama untuk makan siang nasi pecel ayam yang kami beli tadi pagi :D. Berhubung waktu sudah hampir sore, diantara kami belum ada yang pernah mendaki Argopuro, hanya berbekal informasi dari internet dan Cak Samhaji bahwa jarak ke savana cikasur masih jauh, kami memutuskan membuka camp di pos mata air 2 karena disini ada sumber mata air dari sungai. Kami tidak ingin kemalaman di jalur entah berantah rimbanya Argopuro guna meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Kita patuhi saja pantangan pendakian Argopuro yang tidak boleh berjalan mendaki ketika hari sudah gelap hehe. Selang 1,5 jam kemudian, pendaki kekinian sudah sampai di pos mata air 2. Dengan pertimbangan yang sama dengan kami, mereka memutuskan camp disini. Lagian kesiangan sih, mau sampai Bremi kapan kalau manajemen waktunya buruk gitu? :p.

Sebelum hari gelap, kami mengambil air di sungai. Kami harus menuruni jurang dengan jalur setapak yang sangat curam. Saat mengambil air, banyak monyet-monyet hitam yang mengintai dari atas pohon seperti gelisah dan marah. Aku pun was-was bila monyet itu menyerang atau ada bahaya yang mengintai seperti binatang buas macan atau babi liar. Logikanya ini adalah sumber air, pasti dibutuhkan oleh berbagai makhluk hidup. Setelah monyet-monyet itu pergi, aku merasa aman. Yeah, aku tahu karena alam itu selalu memberikan pertanda sebelum terjadinya bahaya.

Hari berganti malam. Sebelum hibernasi, kami mengisinya dengan masak makan malam dan masak nasi untuk besok sarapan pagi demi efisiensi waktu, ngobrol ngalor ngidul dan ngopi J. Indahnya bulan purnama yang terbit menemani malam pertama kami di Gunung Argopuro J.

14 April 2017

Pagi mulai mewarnai hari. Tak lupa kami menjalankan kewajiban. Lanjut masak lauk, sarapan dan ngopi J. Kami pun segera mengambil air di sungai dan packing-packing. Saat pendaki kekinian baru bangun dan mulai memasak, kami berpamitan melanjutkan pendakian sekitar pukul 07.10. Track awal kami melewati punggungan bukit dengan vegetasi pinus. Kemudian memasuki hutan yang lebat dan lembab dengan vegetasi heterogen. Semak belukar basah mulai dominan menutupi track. Terkadang berselingan dengan tanah becek, kubangan lumpur seperti di Gunung Salak. Di tengah perjalanan Bang Agus mencari spot untuk melipir wkwkwk. Dari sini viewnya sudah mulai terbuka. Terlihat dari kejauhan savana atau alun-alun kecil diantara perbukitan yang hijau. Subhanallah indahnya J. Setelah urusan Bang Agus selesai, kami mulai melanjutkan perjalanan. Kali ini menuruni bukit hingga tibalah kami di savana atau alun-alun kecil pukul 08.15. Kami beristirahat disini sekedar menikmati pemandangan.




Kami lanjutkan lagi pendakian. Kami menaiki bukit dengan vegetasi hutan pinus. Track banyak tertutup oleh semak belukar yang diselanya banyak daun jancukan. Satu jam kemudian, kami baru keluar dari hutan dan disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Inilah savana atau alun-alun besar. Kami beristihat cukup lama disini karena track di hutan tadi cukup terjal. Dari alun-alun besar ini track mulai bersahabat. Kami berjalan santai menyusuri setapak di tengah luasnya savana. Benar-benar seperti di afrika :D.




Pukul 10.45, kami tiba di Sungai Qolbu, savana cikasur, surganya Gunung Argopuro :D. Ketika kami sampai di Sungai Qolbu, kami dikagetkan dengan adanya burung merak yang sedang mencari makan atau minum di sungai itu. Subhanallah, sumpah keren banget. Baru kali ini aku melihat burung merak langsung di alamnya. Sayang aku tak punya kamera yang bagus untuk men-zoom dan mengintai burung meraknya. Kami hanya memandangnya saja dari kejauhan dan tidak berisik. Kalau kami di dekati ya pasti burung meraknya langsung kabur. Setelah burung merak pergi, kami mendekat ke Sungai Qolbu. Airnya sangat jernih, dingin dan ketika kuminum rasanya sangat segar. Bahkan A**a asli pun kalah segarnya :D. Aku dan Bang Ujang pun tak tahan untuk mandi di Sungai Qolbu. Rasanya kurang afdol jika mendaki Argopuro tidak mandi di Sungai Qolbu :D. Di Sungai Qolbu ini terdapat tumbuhan salada air. Kami tak lupa panen salada air untuk masak makan malam nanti.


 



Setelah mandi-mandi dan mengambil air perbekalan minum, kami melanjutkan perjalanan.dari Sungai Qolbu tadi, kami mendengar banyak orang di Savana Cikasur Di seberang Sungai Qolbu ini terhamparlah luas Savana Cikasur, savana yang penuh misteri, dan terdapat bekas landasan pesawat di jaman penjajahan belanda. Yeah, sebenarnya aku ingin sekali membuka camp disini, berlama-lama menikmati suasananya, tetapi kalah suara haha. Okelah, lihat saja apakah kita akan kemalaman dijalur dan minim air? Semoga saja tidak :D.





Dari Savana Cikasur, kami mengikuti petunjuk plang yang mengarah ke Cisentor. Kami mendaki bukit yang terjal. Cuaca siang hari yang panas membuatku semakin lemas. Beberapa kali kami melewati setapak ditengah hutan pinus kemudian savana, hutan pinus, savana, hutan pinus, savana, yang seakan-akan tidak ada habisnya. Beberapa kali kami istirahat dan makan cemilan. Sudah sangat jauh kami berjalan. Tak kunjung ada tanda-tanda kami sampai di Cisentor. Bahkan kami tidak tahu dimana. Apakah jalan yang kami lalui benar atau tidak wkwkwk. Kabut-kabut tebal mulai menyimpang-siurkan keadaan. Tibalah kami di wilayah yang penuh bebatuan besar, rawan longsor, dan berjurang disisi kiri. Hawanya sudah tidak enak disini. Banyak suara anjing hutan melolong. Kami pun menunaikan kewajiban disini karena sudah semakin sore, berkabut dan gelap.

Kami lanjutkan pendakian lagi dan terdengar beberapa kali suara aliran sungai. Semoga saja itu Sungai Cisentor. Setelah melipir jurang, mendaki bukit, terlihatlah sungai yang membelah jurang. Apakah itu Sungai Cisentor? Kami belum tahu yang penting kita harus camp di tempat yang dekat sumber air sebelum gelap hehe. Setelah berjalan menyusuri track. Ternyata mengantarkan kami menuruni bukit, menyeberangi sungai, terdapatlah plang Cisentor. Bang Agus rupanya tak tahan untuk mlipir dibalik pohon wkwkwk. Alhamdulillah kami sampai di Cisentor sebelum gelap hehe.





Menjelang malam di Cisentor ini hawanya sangat dingin sehingga kami memutuskan untuk membuka camp di dalam gubuk. Setelah tenda berdiri kami mengambil air untuk memasak. Saat kami mulai masak, Bang Agus terlihat aneh seperti orang sakit, lemas, kedinginan. Dia langsung berkerubut dengan jaket dan SB. Aku dan Bang Ujang dengan sigap memasak air panas kemudian dimasukkan ke dalam beberapa botol dan diletakkan dalam SB Bang Agus. Dalam kebatinanku mungkin dia diganggu karena mlipir tadi. Semoga dia cepat sembuh dan tidak kenapa-kenapa. Aku dan Bang Ujang memasak makanan untuk makan malam, masak nasi untuk besok pagi dan ngopi. Setelah makan malam siap, kami membangunkan Bang Agus yang masih lemas untuk makan. Selesai makan, kami menunaikan kewajiban dan langsung tidur dalam tenda.

Malam itu sangat sunyi, tidak berangin dan diselimuti hawa dingin yang mencekam. Terkadang ada lolongan anjing hutan dari kejauhan. Yang pasti hanya ada kami bertiga sebagai manusia disini. Tidak banyak hal yang kami obrolkan seperti malam sebelumnya karena sudah lelah perjalanan menuju ke Cisentor ini. Meskipun malam belum larut, kami harus cepat beristirahat. Kuharap akan cepat bertemu dengan pagi hari karena perasaanku tidak enak. Saat aku tidur, aku merasa di area sekeliling gubuk yang kami tempati untuk camp sangat ramai seperti pasar. Aku pun terbangun dan tetapi tidak berani membuka mata. Ada suara kuda. Ada suara anak kecil. Ada suara perempuan. Ada suara laki-laki yang katanya “Ada yang mau masuk”. Seketika itu, di tulang rusuk ulu hati sebelah kiriku terasa panas. Yeah, benar-benar panas seperti tertusuk benda tajam. Dengan sekuat tenaga, Aku memberontak sambil teriak “la illaha ilallah muhammadarasulullah”. Akhirnya hilang juga rasa tertusuk benda tajam panas itu. Kemudian aku duduk dan minum untuk menenangkan diriku. Kulihat Bang Agus dan Bang Ujang tertidur pulas dalam SBnya. Setelah kejadian itu aku mencoba tidur kembali dan berperang batin. Dari kebatinanku ternyata memang ada yang mau merasuki tubuhku. Dia bertubuh hitam dan besar, terkadang menyerupai kakek-kakek tua. Dari hawanya yang panas itu pertanda dia marah. Aku sempat kencing dari dalam gubuk dan katanya tetesan kencingku sempat mengenai gubuk, dia juga bilang kalau ada temannya tidak suka aksi Bang Agus dan Bang Ujang yang sempat mlipir tadi. Aku pun meminta maaf jika aku dan teman-temanku melakukan kesalahan, memohon jangan mengganggu lagi, dan bilang besok pagi kami akan pergi secepatnya. Kuakui keilmuan makhluk yang menyerangku itu memang tinggi karena jika ilmunya rendah tidak mungkin bisa menyerang meskipun marah, mungkin hanya bisa iseng tapi tidak bisa nyerang hehe. Meskipun demikian, tak ada kekuatan lain yang lebih kuat dari Allah SWT. Alhamdulillah dalam kondisi seperti itu aku masih bisa mengingat-Nya. Aku tidak tahu jika aku tidak mengingat-Nya, apakah teman-temanku bisa membantuku J.

Salam Jun_krikers J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar