Pendakian Argopuro 3088 mdpl , Track Terpanjang Se-Pulau Jawa #2
Yeah, cukup lama juga dongeng tentang pendakian Argopuro ku
tidak berlanjut, akhirnya diposting juga hehe. Maklumlah @masjun_krik selalu sibuk :p.
13 April 2017
Di akhir sujud syukur memulai pagi hari, aku meyakinkan diri,
memantapkan hati untuk mendaki Gunung Argopuro. @masjun_krik,
Bang Agus dan Bang Ujang packing ulang sebelum berangkat. Pukul 06.30, ojek
pesanan yang akan mengantarkan kami sampai batas akhir makadam jalur pendakian
Argopuro via baderan sudah tiba di Basecamp. Sebelum ngojek, kami membeli
sarapan sekaligus bekal makan siang dulu ke pusat kelurahan Baderan. Pukul
07.15 kami mulai berangkat dengan menggunakan ojek. Meskipun jalan sempit
makadam dan terjal, disisi kanan terdapat jurang menganga, motor bebek yang
dimodif menjadi ojek berani dipacu dengan kecepatan banter. Ngeri-ngeri sedep
deh :D. Sepanjang perjalanan kami dipaksa berkonsentrasi karena pemandangan
kebun kopi, terasering persawahan hingga air terjun terhampar indah.
Pukul 07.55 kami tiba di batas makadam. Kami turun dengan
kondisi badan yang masih bergetar wkwkwk. Upah ojek sebesar Rp. 40.000,-
rupanya pantas karena batas makadam ini sangat jauh. Dengan menggunakan ojek,
kami bisa mempersingkat waktu hehe. Sebelum melakukan pendakian, kami sarapan
nasi rawon yang sudah dibeli sebelumnya di gubuk petani kopi, mumpung masih
anget hehe.
Pukul 08.35, kami memulai pendakian. Track awal yang kami
hadapi berupa cerukan tanah bekas jalur motor. Jalur motor ini akan sering kami
lewati sampai savana cikasur karena para akamsi biasanya ke puncak menggunakan
motor sampai cikasur. Bahkan kalau katong kita tebal bisa ngojek ke savana
cikasur hehe. Langkah kami harus mantap karena setiap langkah, cerukan ini
hanya muat satu pijakan. Bila kondisi hujan tentu akan sangat licin dan menjadi
jalur air seperti selokan. Di beberapa spot akan ditemukan percabangan jalur,
namun akan kembali ke jalur motor tadi. Kami juga sempat salah mengambil
percabangan. Kami nyasar di ladang penduduk wkwkwk. Karena kami nyasar sudah
terlalu jauh, tidak ada orang yang bisa ditanyain dan tidak mungkin kembali ke
percabangan tadi, kami beristirahat sejenak. Kemudian kami memotong jalur
melewati bukit, butuh perjuangan lebih dengan mematahkan ranting-ranting,
melompati pohon. Akhirnya kami menemukan jalur motor tadi. Alhamdulillah :D.
Tak terasa kami sudah jauh berjalan meskipun pelan dan
langkah pasti. Kami memasuki area hutan dengan canopi yang lebat sehingga
cahaya mataharipun tak mampu menembusnya. Raung-raungan serangga hingga kicauan
burung menjadi backgroud kesunyian, kesepian, kegelapan hutan. Jalur bekas
motor beberapa kali bercabang. Kami lebih memilih melewati jalur yang bercabang
tersebut daripada jalur bekas motor yang lebih menguras tenaga. Di tengah
perjalanan sebelum sampai di pos mata air 1, kami bertemu dengan rombongan 7
orang kekinian yang berada di basecamp kemarin. Mereka sedang packing
melanjutkan perjalanan. Sepertinya mereka kesiangan wkwkwk.
Pukul 12.15 kami sampai di pos mata air 1. Karena persediaan
air masih cukup, kami hanya beristirahat saja disini. Di pos mata air 1 ini
cocok untuk berkemah karena terdapat tanah datar yang bisa menampung 3-4 tenda
dan mata air dari sungai. Saat rombongan kekinian yang kami tadi sampai di pos
mata air 1, kami melanjutkan pendakian. Track yang kami lewati hampir sama
dengan sebelumnya. Namun sudah banyak bonus datarnya. Terkadang jalur tertutup
semak-semak basah dan lembab. Menjelang pos mata air 2, kami melewati punggungan
bukit bervegetasi pinus dan sisi kanan kiri jurang. Kurang lebih pukul 14.00,
kami sampai di pos mata air 2 yang berupa tanah datar muat 4-5 tenda.
Di pos mata air 2, kami beristirahat cukup lama untuk makan
siang nasi pecel ayam yang kami beli tadi pagi :D. Berhubung waktu sudah hampir
sore, diantara kami belum ada yang pernah mendaki Argopuro, hanya berbekal
informasi dari internet dan Cak Samhaji bahwa jarak ke savana cikasur masih
jauh, kami memutuskan membuka camp di pos mata air 2 karena disini ada sumber
mata air dari sungai. Kami tidak ingin kemalaman di jalur entah berantah
rimbanya Argopuro guna meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Kita
patuhi saja pantangan pendakian Argopuro yang tidak boleh berjalan mendaki
ketika hari sudah gelap hehe. Selang 1,5 jam kemudian, pendaki kekinian sudah
sampai di pos mata air 2. Dengan pertimbangan yang sama dengan kami, mereka
memutuskan camp disini. Lagian kesiangan sih, mau sampai Bremi kapan kalau
manajemen waktunya buruk gitu? :p.
Sebelum hari gelap, kami mengambil air di sungai. Kami harus
menuruni jurang dengan jalur setapak yang sangat curam. Saat mengambil air,
banyak monyet-monyet hitam yang mengintai dari atas pohon seperti gelisah dan
marah. Aku pun was-was bila monyet itu menyerang atau ada bahaya yang mengintai
seperti binatang buas macan atau babi liar. Logikanya ini adalah sumber air,
pasti dibutuhkan oleh berbagai makhluk hidup. Setelah monyet-monyet itu pergi,
aku merasa aman. Yeah, aku tahu karena alam itu selalu memberikan pertanda
sebelum terjadinya bahaya.
Hari berganti malam. Sebelum hibernasi, kami mengisinya
dengan masak makan malam dan masak nasi untuk besok sarapan pagi demi efisiensi
waktu, ngobrol ngalor ngidul dan ngopi J. Indahnya bulan purnama yang terbit
menemani malam pertama kami di Gunung Argopuro J.
14 April 2017
Pagi mulai mewarnai hari. Tak lupa kami menjalankan
kewajiban. Lanjut masak lauk, sarapan dan ngopi J. Kami pun segera mengambil air di
sungai dan packing-packing. Saat pendaki kekinian baru bangun dan mulai
memasak, kami berpamitan melanjutkan pendakian sekitar pukul 07.10. Track awal
kami melewati punggungan bukit dengan vegetasi pinus. Kemudian memasuki hutan
yang lebat dan lembab dengan vegetasi heterogen. Semak belukar basah mulai
dominan menutupi track. Terkadang berselingan dengan tanah becek, kubangan
lumpur seperti di Gunung Salak. Di tengah perjalanan Bang Agus mencari spot
untuk melipir wkwkwk. Dari sini viewnya sudah mulai terbuka. Terlihat dari
kejauhan savana atau alun-alun kecil diantara perbukitan yang hijau.
Subhanallah indahnya J. Setelah urusan Bang Agus selesai, kami mulai melanjutkan
perjalanan. Kali ini menuruni bukit hingga tibalah kami di savana atau
alun-alun kecil pukul 08.15. Kami beristirahat disini sekedar menikmati
pemandangan.
Kami lanjutkan lagi pendakian. Kami menaiki bukit dengan
vegetasi hutan pinus. Track banyak tertutup oleh semak belukar yang diselanya
banyak daun jancukan. Satu jam kemudian, kami baru keluar dari hutan dan
disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Inilah savana atau alun-alun besar. Kami
beristihat cukup lama disini karena track di hutan tadi cukup terjal. Dari
alun-alun besar ini track mulai bersahabat. Kami berjalan santai menyusuri
setapak di tengah luasnya savana. Benar-benar seperti di afrika :D.
Pukul 10.45, kami tiba di Sungai Qolbu, savana cikasur,
surganya Gunung Argopuro :D. Ketika kami sampai di Sungai Qolbu, kami
dikagetkan dengan adanya burung merak yang sedang mencari makan atau minum di
sungai itu. Subhanallah, sumpah keren banget. Baru kali ini aku melihat burung
merak langsung di alamnya. Sayang aku tak punya kamera yang bagus untuk
men-zoom dan mengintai burung meraknya. Kami hanya memandangnya saja dari
kejauhan dan tidak berisik. Kalau kami di dekati ya pasti burung meraknya langsung
kabur. Setelah burung merak pergi, kami mendekat ke Sungai Qolbu. Airnya sangat
jernih, dingin dan ketika kuminum rasanya sangat segar. Bahkan A**a asli pun
kalah segarnya :D. Aku dan Bang Ujang pun tak tahan untuk mandi di Sungai
Qolbu. Rasanya kurang afdol jika mendaki Argopuro tidak mandi di Sungai Qolbu
:D. Di Sungai Qolbu ini terdapat tumbuhan salada air. Kami tak lupa panen
salada air untuk masak makan malam nanti.
Setelah mandi-mandi dan mengambil air perbekalan minum, kami
melanjutkan perjalanan.dari Sungai Qolbu tadi, kami mendengar banyak orang di
Savana Cikasur Di seberang Sungai Qolbu ini terhamparlah luas Savana Cikasur,
savana yang penuh misteri, dan terdapat bekas landasan pesawat di jaman
penjajahan belanda. Yeah, sebenarnya aku ingin sekali membuka camp disini,
berlama-lama menikmati suasananya, tetapi kalah suara haha. Okelah, lihat saja
apakah kita akan kemalaman dijalur dan minim air? Semoga saja tidak :D.
Dari Savana Cikasur, kami mengikuti petunjuk plang yang
mengarah ke Cisentor. Kami mendaki bukit yang terjal. Cuaca siang hari yang
panas membuatku semakin lemas. Beberapa kali kami melewati setapak ditengah
hutan pinus kemudian savana, hutan pinus, savana, hutan pinus, savana, yang
seakan-akan tidak ada habisnya. Beberapa kali kami istirahat dan makan cemilan.
Sudah sangat jauh kami berjalan. Tak kunjung ada tanda-tanda kami sampai di
Cisentor. Bahkan kami tidak tahu dimana. Apakah jalan yang kami lalui benar
atau tidak wkwkwk. Kabut-kabut tebal mulai menyimpang-siurkan keadaan. Tibalah
kami di wilayah yang penuh bebatuan besar, rawan longsor, dan berjurang disisi
kiri. Hawanya sudah tidak enak disini. Banyak suara anjing hutan melolong. Kami
pun menunaikan kewajiban disini karena sudah semakin sore, berkabut dan gelap.
Kami lanjutkan pendakian lagi dan terdengar beberapa kali
suara aliran sungai. Semoga saja itu Sungai Cisentor. Setelah melipir jurang,
mendaki bukit, terlihatlah sungai yang membelah jurang. Apakah itu Sungai
Cisentor? Kami belum tahu yang penting kita harus camp di tempat yang dekat
sumber air sebelum gelap hehe. Setelah berjalan menyusuri track. Ternyata
mengantarkan kami menuruni bukit, menyeberangi sungai, terdapatlah plang
Cisentor. Bang Agus rupanya tak tahan untuk mlipir dibalik pohon wkwkwk. Alhamdulillah
kami sampai di Cisentor sebelum gelap hehe.
Menjelang malam di Cisentor ini hawanya sangat dingin
sehingga kami memutuskan untuk membuka camp di dalam gubuk. Setelah tenda
berdiri kami mengambil air untuk memasak. Saat kami mulai masak, Bang Agus
terlihat aneh seperti orang sakit, lemas, kedinginan. Dia langsung berkerubut
dengan jaket dan SB. Aku dan Bang Ujang dengan sigap memasak air panas kemudian
dimasukkan ke dalam beberapa botol dan diletakkan dalam SB Bang Agus. Dalam kebatinanku
mungkin dia diganggu karena mlipir tadi. Semoga dia cepat sembuh dan tidak
kenapa-kenapa. Aku dan Bang Ujang memasak makanan untuk makan malam, masak nasi
untuk besok pagi dan ngopi. Setelah makan malam siap, kami membangunkan Bang
Agus yang masih lemas untuk makan. Selesai makan, kami menunaikan kewajiban dan
langsung tidur dalam tenda.
Malam itu sangat sunyi, tidak berangin dan diselimuti hawa
dingin yang mencekam. Terkadang ada lolongan anjing hutan dari kejauhan. Yang
pasti hanya ada kami bertiga sebagai manusia disini. Tidak banyak hal yang kami
obrolkan seperti malam sebelumnya karena sudah lelah perjalanan menuju ke
Cisentor ini. Meskipun malam belum larut, kami harus cepat beristirahat.
Kuharap akan cepat bertemu dengan pagi hari karena perasaanku tidak enak. Saat
aku tidur, aku merasa di area sekeliling gubuk yang kami tempati untuk camp
sangat ramai seperti pasar. Aku pun terbangun dan tetapi tidak berani membuka
mata. Ada suara kuda. Ada suara anak kecil. Ada suara perempuan. Ada suara
laki-laki yang katanya “Ada yang mau masuk”. Seketika itu, di tulang rusuk ulu
hati sebelah kiriku terasa panas. Yeah, benar-benar panas seperti tertusuk
benda tajam. Dengan sekuat tenaga, Aku memberontak sambil teriak “la illaha
ilallah muhammadarasulullah”. Akhirnya hilang juga rasa tertusuk benda tajam
panas itu. Kemudian aku duduk dan minum untuk menenangkan diriku. Kulihat Bang
Agus dan Bang Ujang tertidur pulas dalam SBnya. Setelah kejadian itu aku
mencoba tidur kembali dan berperang batin. Dari kebatinanku ternyata memang ada
yang mau merasuki tubuhku. Dia bertubuh hitam dan besar, terkadang menyerupai
kakek-kakek tua. Dari hawanya yang panas itu pertanda dia marah. Aku sempat
kencing dari dalam gubuk dan katanya tetesan kencingku sempat mengenai gubuk, dia juga bilang kalau ada
temannya tidak suka aksi Bang Agus dan Bang Ujang yang sempat mlipir tadi. Aku
pun meminta maaf jika aku dan teman-temanku melakukan kesalahan, memohon jangan
mengganggu lagi, dan bilang besok pagi kami akan pergi secepatnya. Kuakui keilmuan
makhluk yang menyerangku itu memang tinggi karena jika ilmunya rendah tidak
mungkin bisa menyerang meskipun marah, mungkin hanya bisa iseng tapi tidak bisa
nyerang hehe. Meskipun demikian, tak ada kekuatan lain yang lebih kuat dari
Allah SWT. Alhamdulillah dalam kondisi seperti itu aku masih bisa
mengingat-Nya. Aku tidak tahu jika aku tidak mengingat-Nya, apakah
teman-temanku bisa membantuku J.
Salam Jun_krikers J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar