Jumat, 26 September 2014

Solo Hiking UNGARAN 2050 Mdpl

solo hiking UNGARAN 2050 mdpl

Mendaki gunung sendiri? iya sendiri -_-. Entah apa yang ada dalam pikiranku sendiri yang melakukan aksi nekat mendaki gunung sendirian iya sendirian, dan sendiri, mungkin aku bodoh, mungkin aku gila -_- . Aksi ini terjadi pada tanggal 21 Januari 2014 setelah UAS semester 5 selesai dan gunung itu bernama Gunung Ungaran berketinggian 2050 mdpl. Saat itu masih sering turun hujan karena memang pada musim hujan. Aku berangkat dari kostku di tembalang jam 2 siang sampai pos mawar jam 3 sore. Mawar adalah basecamp pendakian gunung Ungaran yang terletak di atas tempat wisata Umbul Sidomukti Jimbaran Kab. Semarang. Di pos mawar aku menunggu gerimis dan kabut tebal sampai jam 16.30. Disitu aku ngobrol ngalor ngidul sama pasangan kekasih asal jogja yang katanya sudah ngecamp 2 hari di Mawar. Wah enak ya, kalo misalnya punya pasangan sesame pecinta alam, batin ku. Disitu aku seperti obat nyamuk yang terbakar menunggu habis ditelan waktu karena bosan tak ada yang diobrolkan lagi. Hahaha sialan, Aku yang saat itu lagi jones melihat pasangan kekasih memang membuat aku iri. Tapi mereka sungguh baik menawarkan aku segelas kopi susu dan sepiring bertiga makanan buatku. Mungkin mereka iba melihat ku :P . Saat itu aku benar-benar berbohong pada mereka kalau aku mau naik nyusul temanku yang ngecamp di promasan, padahal aku sendiri, iya sendiri. Jujur aku merasa tidak enak sama mereka tapi aku tidak mau bikin khawatir orang yang baru kutemui itu.
Gerimis kabut tebal reda pukul 16.30 sore, aku pamit kemudian registrasi terus berjalan menyusuri jalur setapak yang mendaki. Tak berapa lama aku bertemu petani yang pulang habis berladang, menyapa diriku “sendiri mas?”. “Saya nyusul teman di Atas Pak”, kataku. Lagi-lagi aku berbohong L. Terus saja ku berjalan melewati hutan pinus, kemudian hutan heterogen yang lumayan rapat, licin karena habis turun hujan. Kulewati sungai kecil dengan melompati batu hap hap hap, terus berjalan kulewati pos 1 dan akhirnya sampai di pondokan petani kopi. Di pondokan itu terdapat kolam renang dan bak air yang jernih, ku ambil sedikit untuk minum. Ku lanjutkan lagi perjalananku melewati jalan makadam di tengah perkebunan kopi. Di jalan ku bertemu dengan pengendara motor trail yang suaranya meraung-raung di telinga. Cuma senyum manisku yang ku perlihatkan pada pengendara itu. Dari perkebunan kopi kini beralih menjadi hamparan perkebunan teh yang indah. Namun sayang kabut kembali menghalangi pandanganku. Kini kabut menjadi lebih tebal dan pekat disertai angin kencang dalam kondisi hampir maghrib. Aku pun galau apakah aku akan meneruskannya sampai puncak tetapi tidak dapat melihat apa-apa selain kegelapan, atau putar balik saja untuk pulang. Aku pun berhenti di shelter petani perkebunan teh tersebut sekedar masak mie, ngopi, dan merokok. Setelah ku pikir-pikir akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja karena sudah maghrib, kabut tebal disertai gerimis. Dan aku pun pulang. Di tengah perjalanan pulang tepatnya di perkebunan kopi hujan turun sangat lebat, angin kencang, gemuruh petir dimana-mana. Aku pun berteduh di pondokan petani kopi. Disini ku meringkuk dan cepat-cepat memakai jas hujan menanti suasana kondusif untuk pulang dan akhirnya aku tertidur disini. Jam menunjukkan pukul 19.15 malam aku terbangun. Ku tersadar bahwa di gunung ini aku sendiri iya sendiri seperti milikku sendiri.
Jam 19.30 aku berjalan pulang menyusuri jalan setapak licin hutan gunung ungaran yang gelap. Hanya cahaya headlampku dan kunang-kunang menuntunku melewati kegelapan, tak ada rasa takut apa pun pada saat itu. Malah aku merasakan ketenangan batin yang luar biasa. Ya memang luar biasa sekali karena semua ku lakukan hanya sendiri iya sendiri. Gemercik air, suara serangga yang bersahutan, suara burung malam yang memecahkan keheningan adalah suara-suara yang selalu ku rindukan jika aku ingat saat itu. Tak terasa berjalan aku sudah sampai basecamp mawar mungkin sudah 1 jam. Langitpun cerah, bintang bertaburan di angkasa dan di bumi. Aku lapor untuk pulang dan aku pulang dengan keheranan yang luar biasa. Apakah aku ini gila? Apakah aku stress dan mau cari mati? Bisa saja aku terpelesat jatuh ke jurang dan aku tidak pernah ditemukan, aku jatuh kemudian cedera keseleo atau patah kaki atau dipatok ular beracun atau mati tersambar petir dan tidak ada yang menolong karena hanya ada aku sendiri disana. Yang jelas aku merasa kecil dan tidak berarti apa-apa, semua kuserahkan hanya pada Allah. Tidak ada yang mengerti atas apa yang aku lakukan sendiri meskipun itu aku sendiri. Mungkin inilah yang dinamakan panggilan dari gunung. Barangkali aku ini lebay, tapi mau bagaimana pun jangan meremehkan alam jika kamu tidak ingin dienyahkan alam.
Beberapa picture perjalanan ini:


Terima kasih buat para jun_krikers yang sudah membaca J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar