solo hiking UNGARAN 2050 mdpl
Mendaki gunung sendiri? iya sendiri -_-. Entah apa yang ada dalam
pikiranku sendiri yang melakukan aksi nekat mendaki gunung sendirian iya
sendirian, dan sendiri, mungkin aku bodoh, mungkin aku gila -_- . Aksi ini
terjadi pada tanggal 21 Januari 2014 setelah UAS semester 5 selesai dan gunung
itu bernama Gunung Ungaran berketinggian 2050 mdpl. Saat itu masih sering turun
hujan karena memang pada musim hujan. Aku berangkat dari kostku di tembalang
jam 2 siang sampai pos mawar jam 3 sore. Mawar adalah basecamp pendakian gunung
Ungaran yang terletak di atas tempat wisata Umbul Sidomukti Jimbaran Kab.
Semarang. Di pos mawar aku menunggu gerimis dan kabut tebal sampai jam 16.30.
Disitu aku ngobrol ngalor ngidul sama pasangan kekasih asal jogja yang katanya
sudah ngecamp 2 hari di Mawar. Wah enak ya, kalo misalnya punya pasangan sesame
pecinta alam, batin ku. Disitu aku seperti obat nyamuk yang terbakar menunggu
habis ditelan waktu karena bosan tak ada yang diobrolkan lagi. Hahaha sialan,
Aku yang saat itu lagi jones melihat pasangan kekasih memang membuat aku iri.
Tapi mereka sungguh baik menawarkan aku segelas kopi susu dan sepiring bertiga
makanan buatku. Mungkin mereka iba melihat ku :P . Saat itu aku benar-benar
berbohong pada mereka kalau aku mau naik nyusul temanku yang ngecamp di
promasan, padahal aku sendiri, iya sendiri. Jujur aku merasa tidak enak sama
mereka tapi aku tidak mau bikin khawatir orang yang baru kutemui itu.
Gerimis kabut tebal reda pukul 16.30
sore, aku pamit kemudian registrasi terus berjalan menyusuri jalur setapak yang
mendaki. Tak berapa lama aku bertemu petani yang pulang habis berladang,
menyapa diriku “sendiri mas?”. “Saya nyusul teman di Atas Pak”, kataku.
Lagi-lagi aku berbohong L. Terus saja ku berjalan melewati
hutan pinus, kemudian hutan heterogen yang lumayan rapat, licin karena habis
turun hujan. Kulewati sungai kecil dengan melompati batu hap hap hap, terus
berjalan kulewati pos 1 dan akhirnya sampai di pondokan petani kopi. Di
pondokan itu terdapat kolam renang dan bak air yang jernih, ku ambil sedikit
untuk minum. Ku lanjutkan lagi perjalananku melewati jalan makadam di tengah
perkebunan kopi. Di jalan ku bertemu dengan pengendara motor trail yang
suaranya meraung-raung di telinga. Cuma senyum manisku yang ku perlihatkan pada
pengendara itu. Dari perkebunan kopi kini beralih menjadi hamparan perkebunan
teh yang indah. Namun sayang kabut kembali menghalangi pandanganku. Kini kabut
menjadi lebih tebal dan pekat disertai angin kencang dalam kondisi hampir
maghrib. Aku pun galau apakah aku akan meneruskannya sampai puncak tetapi tidak
dapat melihat apa-apa selain kegelapan, atau putar balik saja untuk pulang. Aku
pun berhenti di shelter petani perkebunan teh tersebut sekedar masak mie,
ngopi, dan merokok. Setelah ku pikir-pikir akhirnya aku memutuskan untuk pulang
saja karena sudah maghrib, kabut tebal disertai gerimis. Dan aku pun pulang. Di
tengah perjalanan pulang tepatnya di perkebunan kopi hujan turun sangat lebat,
angin kencang, gemuruh petir dimana-mana. Aku pun berteduh di pondokan petani
kopi. Disini ku meringkuk dan cepat-cepat memakai jas hujan menanti suasana
kondusif untuk pulang dan akhirnya aku tertidur disini. Jam menunjukkan pukul
19.15 malam aku terbangun. Ku tersadar bahwa di gunung ini aku sendiri iya
sendiri seperti milikku sendiri.
Jam 19.30 aku berjalan pulang
menyusuri jalan setapak licin hutan gunung ungaran yang gelap. Hanya cahaya
headlampku dan kunang-kunang menuntunku melewati kegelapan, tak ada rasa takut
apa pun pada saat itu. Malah aku merasakan ketenangan batin yang luar biasa. Ya
memang luar biasa sekali karena semua ku lakukan hanya sendiri iya sendiri.
Gemercik air, suara serangga yang bersahutan, suara burung malam yang
memecahkan keheningan adalah suara-suara yang selalu ku rindukan jika aku ingat
saat itu. Tak terasa berjalan aku sudah sampai basecamp mawar mungkin sudah 1
jam. Langitpun cerah, bintang bertaburan di angkasa dan di bumi. Aku lapor
untuk pulang dan aku pulang dengan keheranan yang luar biasa. Apakah aku ini
gila? Apakah aku stress dan mau cari mati? Bisa saja aku terpelesat jatuh ke
jurang dan aku tidak pernah ditemukan, aku jatuh kemudian cedera keseleo atau
patah kaki atau dipatok ular beracun atau mati tersambar petir dan tidak ada
yang menolong karena hanya ada aku sendiri disana. Yang jelas aku merasa kecil
dan tidak berarti apa-apa, semua kuserahkan hanya pada Allah. Tidak ada yang
mengerti atas apa yang aku lakukan sendiri meskipun itu aku sendiri. Mungkin
inilah yang dinamakan panggilan dari gunung. Barangkali aku ini lebay, tapi mau bagaimana pun jangan meremehkan alam jika kamu tidak ingin dienyahkan alam.
Beberapa picture perjalanan ini:
Terima kasih buat para
jun_krikers yang sudah membaca J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar