Minggu, 27 September 2015

17an di puncak Ungaran



17an di puncak Ungaran











70 Tahun Indonesia Merdeka. Negeri ini masih terseok-seok menghadapi krisis ekonomi yang melanda secara global. Yeah, Rupiah kembali merana. Bahkan melebihi apa yang terjadi di penghujung kekuasaan orde baru. Meskipun demikian, semangat perjuangan pahlawan dulu yang merebut kemerdekaan dari penjajahan di tanah negeri ini tak pernah padam. Tak perlu muluk – muluk berbuat sesuatu untuk mengungkapkan rasa cinta terhadap negeri ini. Yeah, mengeksplore keindahan alam Indonesia menjadi salah satu contoh yang sangat digandrungi anak muda kekinian. Di momen kemerdekaan ini, banyak anak muda yang berbondong-bondong melakukan acara seremonial untuk mengenang jasa para pahlawan merebut kemerdekaan seperti upacara mengibarkan bendera merah putih di berbagai Puncak gunung tertinggi dan mungkin juga di laut terdalam.
Pada momen kemerdekaan ini, aku berkesempatan mengaplikasikan semangat itu dalam sebuah pendakian ke gunung terdekat dengan kota dimana aku masih berjuang untuk mendapat gelar sarjana ku yang tinggal satu langkah lagi, Gunung Ungaran yang berketinggian 2050 mdpl. Pendakian ini ku lakukan dalam kesendirian ku di tengah ramai hingar bingarnya Gunung Ungaran. Berangkat di pagi buta hari itu juga membuatku ragu dengan rencana mendaki. Tapi pada akhirnya terlaksana juga. Rencana melewati jalur Mawar kualihkan melewati jalur Nglimut atau Medini karena aku malas dengan keramaian. Waktu subuh aku baru sampai di Nglimut. Aku yang buta jalur pendakian hanya mutar – mutar saja. Beruntung aku menemui AKAMSI (Anak Kampung Sini) yang memberi tahu jalur, huahaha. Langsung saja aku tancap gas mendaki. Yeah, tancap gas karena aku mendaki menggunakan Shaggy, belalang tempur hitam – merah bengal ku :p. Sampai di pos pendaftaran PT. Rumpun Sari Medini atau pintu masuk kebun teh, penjaga pos itu mengatakan keheranannya terhadap ku yang melakukan petualangan sendiri :3. Lanjut saja tancap gas di tengah keasrian hijaunya kebun teh. Shaggy meraung – raung membelah jalan makadam berupa tanjakan – turunan tajam. Terkadang aku berhenti mengistirahatkan Shaggy yang bersusah payah bahkan Shaggy mati sendiri karena lelah. Aku tiba di Desa Promasan, sebuah Desa terakhir atau Desanya para petani kebun teh pada pukul 7 pagi. Langsung saja ku parkirkan Shaggy dan menuju jalur pendakian ke Puncak. Dalam pendakian kesendirian ku, aku bertanya – tanya sendiri di sanubari ku. Akankah aku bertemu dengan seseorang yang ku kenal? Telah ramai sekali Gunung Ungaran. Aku banyak berhenti karena banyak rombongan pendaki yang turun dari puncak. Kondisi panas ditambah debu yang terbang diakibatkan langkah ngawur mereka membuat nafasku tak teratur dan langkah mendaki terasa berat. Sampai di puncak  bayangan Gunung Ungaran terdapat sisa kebakaran yang baru saja padam. Ini pasti ulah pendaki ngawur yang tak tahu aturan membuat api unggun asal – asalan, kemudian ditinggalkan sebelum benar – benar padam (-_-). Setelah berjuang dengan semangat 45, aku sampai di Puncak Ungaran 2050 mdpl pada pukul 9 pagi. Di puncak, aku ikut salah satu rombongan pendaki yang melakukan upacara. Upacara selesai, aku beristirahat sambil masak makanan dan kopi. Saat istirahat ini, aku nimbrung ngobrol – ngobrol dengan beberapa pendaki asal Purwodadi. Pada pukul setengah 11 siang aku turun dari puncak menuju Promasan. Selang satu jam kemudian tiba di Promasan, aku pulang tancap gas melewati jalur yang menyiksa Shaggy lagi. Shaggy telah berusaha keras dan akhirnya mogok tidak mau nyala hahaha. Terpaksa aku tuntun ditengah tanjakan sakit dan kerasnya jalur makadam (-_-).  Setelah terdapat turunan panjang, aku menunggangi Shaggy yang mogok sambil berdisko ria, huahaha :D. Beberapa jam kemudian aku sampai di Nglimut dan membeli bahan bakar untuk Shaggy. Akhirnya, Shaggy hidup lagi yeyeyeye :D. Hahaha ternyata Shaggy mogok karena kehabisan bahan bakar. Hahaha ini konyol :3. Aku pun kembali pulang dengan damai :*.
Salam Jun_krikers :D

Bidadari Penyelamat #4



Bidadari Penyelamat #4


Beberapa hari berlalu setelah tahun baruan nonton konser SlanK sendiri, seperti biasanya tanpa kekasih, bahkan kini tanpa teman. Aku merasa di bumi ini hanya ada aku sendiri. Aku amat terasing di bumi ini. Bagai Bekasi yang selalu diasingkan di bumi ini. Atau bagai alien yang baru saja datang di muka bumi ini. Barangkali bagai Adam yang dijatuhkan oleh langit untuk mencari Hawa ke bumi. Ah sudahlah, mungkin ini bisa dibilang ratapan arjuna mencari cinta (hahaha bilang aja jomblo akut :hammer).
Setelah pulang Ujian Akhir Semester di kampus, Aku dapat pesan BBM dari Yuni, “Bang, selamat yak, Lo dapet lampu ijo dari Tria hahaha, Dia udah gua racunin sama Lo, kayaknya Dia bakalan klepek – klepek dah sama Lo hahahaha” pake emot ngakak – ngakak gituh.
Aku sangat terkejut membaca pesan BBM itu. Antara percaya dan tidak percaya. Ini nyatakah? Atau mimpikah? Katanya kan si Tria lagi balikkan sama mantannya. Entah bagaimana cara si Yuni meracuni Tria. Intinya aku sangat senang karena dapat lampu ijo hahaha. Ku balas pesan Yuni, ”oke Yun, makasih yak udah bantu Gua, Gua gak tak tau harus balas apa kebaikan Lo sama Gua, Lo terbaik (y) hehehe”. Dan seperti biasa dia pun balas,” Selow Bang, Lo kan udah gua anggap Abang sendiri hahaha” pake emot ngakak – ngakak gituh.
Aneh, aku menjadi merasa canggung setiap ingin mengirim BBM ataupun SMS ke Tria. Padahal sudah dapat lampu ijo. Maksimal tiga kali sehari aku ngirim BBM/SMS ke Dia. Kayak minum obat aja. Iya obat pengantar rindu hahahaha. Dan koplaknya setiap ingin membuka pesan darinya, perasaanku campur aduk. Antara senang dan takut. Senang karena hatiku berbunga – bunga. Takut jika ada kesalahan yang menyebabkan Dia marah hahaha (lebay). Karena aku canggung, tak pandai merayu dan tak tahu harus bagaimana, Yuni pun menjadi obat alternatif pengantar rindu ku ke Tria. Sesaat malam menjelang tidur, kulihat PM BBM Yuni yang berbunyi miring, “Kalian ini sama – sama suka tapi pada malu – malu kucing hahaha” pake emot ngakak – ngakak gituh. “Sial, dafuq banget si Yuni bikin PM kek gituan, bobok – bobok ganteng ajalah besok kan aku bakal ketemu sama pujaan hatiku”, pikirku.
Hari ini. Tanggal delapan bulan satu. Aku baru kelar Ujian Akhir Semester di semua mata kuliahku.
Hari ini. Tanggal delapan bulan satu. Aku cabut dari Semarang menuju Jogja, menemui pujaan hatiku.
Perjalanan Semarang – Jogja dengan Shaggy hitam – merah bengalku, ku lahap dengan sekejap. Tak sabar tuk menemui pujaan hatiku. Tak sabar melihat wajah senyum manisnya. Tak sabar tuk melepas rindu yang telah sekian lama menyiksa. Dan tak sabar menjadikannya kekasihku. Deg – deg an sekali rasanya. Yeah, kalau tidak sekarang kapan lagi. Aku hanya punya waktu di hari ini. Tanggal delapan bulan satu.
Di TKP, tepatnya di bawah Fly Over Janti, pada pukul 3 sore. Tambah deg – deg an sekali serasa jantungku mau jatuh. Dia yang berbulan-bulan dan selama ini kutunggu, kunanti dan kurindukan. Dia yang bertemu denganku tak lebih lama dari 2x24 jam? Dia yang berbicara padaku tak lebih dari 24 kata? Dia yang hanya teman sependakianku waktu di Sindoro dulu? Dia yang tak tahu seperti apa aku? Dan Dia yang aku tak tahu siapa dia? Kini berada di depan mataku. Aku tak tahu harus mengawali pembicaraan apa. Intinya bahagiaku tak terukur. “Hai, Ra, udah lama nunggunya?”, sapaku. “Enggak kok, ini baru juga nyampe Bang, hehe”, jawabnya (yeah, bilang aja udah lama kek nunggunya karena saking semangatnya ingin bertemu dengan ksatria pujaan hatimu :p).
Seperti biasa dia memakai masker yang membuatku agak jengkel karena tak bisa memandang wajahnya manisnya :/. Mungkin banyak alasan kenapa dia selalu memakai masker. Bahkan diawal pertemuan, aku sudah bermain logika praduga tak bersalah dengan probabilitas 0,0000000001% :p. Mau disebutin lagi logika praduga tak bersalahku yang punya probabilitas segitu persen apa aja? :p. Oke aku sebutin lah. Aku kan baik hati dan tidak sombong :p. Pertamax, mungkin dia sedang flu, maka ditutuplah hidung di wajahnya agar virusnya tidak menyebar, kan jijik kalau meler, kalau ketularan pie? Aku juga mau kok ditularin, caranya pie? Adalah pokoknya hahaha :p (dia sungguh baik hati ya :p). Keduax, mungkin dia sedang bermain aman dengan debu – debu yang beterbangan konon debu tersebut membawa berbagai virus penyakit yang diantaranya menyebabkan jerawatan (jaga kesehatan dan kecantikan :p). Ketigax atau yang lebih memungkinkan adalah dia malu dan kurang percaya diri menunjukkan wajahnya di depan ksatria tampan seperti diriku ini (ah jadi malu :p). Untuk ulasan logika praduga tak bersalah dengan probabilitas segitu persen yang lebih lengkap, lihat aja ya di dongeng “masker dan kereta” dan “masker dan gunung” dijamin ngakaks hahaha :D.
Pertemuan yang singkat dengan Tria tak diselingi dengan cipika – cipiki. Kemudian menuju kosan Yuni buat minjem kamera pocketnya. Tak banyak bicara karena memang masih canggung :D. Sampai di Kosan Yuni. Dipinjemin lah tuh kamera pocketnya. Ngobrol – ngobrol tuh kami bertiga meskipun lebih banyak heningnya hahaha padahal sama – sama suka tapi kok pada malu – malu kucing hahaha ini koplaks -_-. Yeah, setidaknya aku bisa memandang wajah manis Tria karena maskernya udah lepas ahihihi. Waktu sudah menunjukkan sholat Ashar. Aku pamit menunaikan ibadah sholat Ashar ke masjid dekat kosan Yuni. Sebelum ke masjid, aku memaksa Tria buat masukin Shaggyku ke dalam kosan Yuni. Dengan harapan dia membaca pesan dari gantungan kunci Shaggyku hahaha “Kalau tidak ingin dianggap kekanak – kanakan bersikap lah dewasa”, by Joger 240301 GTR.
Sepulang dari masjid hatiku merasa lebih tenang. Aku sudah mendapat rekomendasi trip buat ngebegal hati si Tria. Seperti apakah caraku ngebegal hati Tria? Baca di dongeng selanjutnya “Bidadari Penyelamat #5”.
Bersambung......

Rabu, 29 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #3

Bidadari Penyelamat #3
Suatu hari di libur panjang akhir tahun. Aku berniat mengajak dia dan temannya mendaki Gunung Merbabu. Yeah, untuk meyakinkan hatinya lebih baik membangun chemistry saja saat melakukan pendakian nanti, pikirku. H-1 pendakian, dia dan temannya fix menyatakan kesanggupannya. Schedule keren sudah ku persiapkan. Okelah, aku bersama adikku juga telah siap peralatannya. Pagi di hari H pendakian, sunyi tak tak ada kabar. Aku dan adikku sudah siap berangkat ke basecamp. Masih menunggu kabar dia dan temannya. Apakah ikut atau tidak. Siang menjelang, ada BBM dari temannya tidak jadi ikut. “Kenapa ni?”, tanyaku. “Entahlah, kalau dia ikut gua juga ikut, mendadak banget tiba-tiba dia bilang gak bisa, padahal gua udah siap”, jawabnya sambil pake emot sedih-sedih gitu. Aku mencoba mencari tahu alasan kenapa. BBM-ku ke dia tak ada yang terkirim atau mungkin tak dibaca. Ah sedih sekali hatiku. Kapan lagi aku bisa mengusir kegalauan hatiku akan dia. Alhasil aku dan adikku tetap mendaki Gunung Merbabu tanpa dia . Saat pendakian, aku sungguh kagum disuguhi keindahaan sunset di atas awan sabana 1 Merbabu. Sayang, dia tak ada disampingku. Yeah, sunset yang tenggelam serasa tak seindah tanpa dia disini . Pagi harinya aku diterpa badai hingga puncak dan kehujanan sewaktu perjalanan turun ke basecamp. Yeah, pupus sudah harapanku untuk membangun chemistry dengannya. Aku tak tahu harus bagaimana menahan rindu ini. Beberapa hari kemudian, BBM-ku dibalas. Katanya nggak disetujui orangtuanya sehingga tidak berani mendaki. Okelah, aku mengerti dan paham keadaannya. Nanti ku kirim saja foto secarik kertas di atas puncak yang berisi pesan aku kangen dia.
Hari berlalu hingga hari di akhir tahun, aku tak tahan mengungkapkan isi hati yang sebenarnya. Bagaiamana caranya? Aku tahu jarak ku dan dia begitu jauh. Aku juga tak tahu apakah dia sedang menjalin hubungan. Jika dia sedang menjalin hubungan apa daya aku bisa apa? Aku telah mencintai orang yang salah bahkan bertepuk sebelah tangan dan percuma aku menghabiskan waktu untuk memikirkan dia. Hari itu, Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah pertamaku telah selesai. Aku bergegas menuju Solo karena ada konser tahun baru-an bersama SlanK. Sebelum ke tempat konser, aku mampir di warung burjo Sadam, temanku yang di Solo. Nagih traktir makan nasi omelet+kopi buat tahun baruan wkwkwk.
Senja kini berganti malam menjelang tahun baru. Senja yang kulihat dari teras warung burjo berbeda dari biasanya. Senja kali ini tidak jingga seperti biasanya. Senja terlihat tersipu malu ditutupi awan kelabu. Namun cahaya senja mampu menembus awan kelabu. Cahayanya yang keemasan menyinari sela kolong langit. Apakah pula dia cintaku yang berbeda dari biasanya?
Ni, gua boleh kepo nggak? Si Tria udah punya pacar belum? Gua sebenarnya suka dia tapi kalau ditanya kenapa gua juga nggak tau kenapa tapi gua yakin sama perasaan gua. Kalau semisal dia lagi pacaran ya gua mundur aja cari yang lain. Soalnya ini tahun baru sih pingin punya semangat baru juga apalagi gua lagi berjuang :D”, BBM-ku pada Yuni, temannya Tria, Gadis yang ku suka.
Yuni balas BBM-ku dengan begitu banyak emot yang ngakak-ngakak,”hahaha, entah Bang kayaknya dia lagi balikan sama mantannya yang tetanggaan gitu, katanya kuliahnya di Solo. Nanti gua kasih tau lagi Bang. Tenang gua dukung kok. Lo kan udah gua anggap Abang sendiri hahaha.”
Aku begitu sedih mendengar kalau dia sedang pacaran. Detak jantungku serasa berhenti seketika. Aku mati sebentar. Dia yang berbulan-bulan dan selama ini kutunggu, kunanti dan kurindukan tak sesuai dengan harapanku. Yeah, aku sepertinya terlalu berharap sehingga aku lupa ada yang dekat. Kenapa aku harus memilih dia yang jauh dariku? Dia yang tak tahu seperti apa aku? Dia yang bertemu denganku tak lebih lama dari 2x24 jam? Dia yang berbicara padaku tak lebih dari 24 kata? Dia yang hanya teman sependakianku? Dia yang aku tak tahu siapa dia? Yeah, sepertinya kali ini aku terlalu bodoh karena mudah jatuh cinta. Mengingat senyum manisnya membuat aku selalu rindu dan memikirkannya hingga berbulan-bulan. Kini tak tahu harus melakukan apa. Getir rasanya. Pupus sudah. Ah, sudahlah lupakan saja, mungkin ini bakal jadi cerita cinta yang tak terungkapkan bagiku. Barangkali dia jodoh, pasti bertemu lagi dengan dia, selagi hobi kita yang sama-sama suka berpetualang .
Setelah rasanya aku mati sebentar. Aku pamit pada Sadam untuk menonton konser SlanK. Yeah, semakin larut malam semakin banyak para Slankers yang menanti konser Slank di Lapangan Kopassus. Akhirnya SlanK tampil juga. Lagu-lagu yang dibawakannya membawa emosi ku larut, di lagu gembira aku menjadi ikut gembira, di lagu sedih aku menjadi ikut sedih bahkan menangis iya aku benar-benar menangis di tengah keramaian. Lagi pula tak ada kenal karena aku hanya sendiri menonton konser di tengah keramaian. Cuek saja. Hingga akhirnya kembang api mulai menghiasi langit malam. Pertanda tahun baru tiba. Ingin rasanya bergandeng tangan sambil melihat kembang api jika memiliki kekasih pada saat itu. Lagu penutup dari SlanK ~ Kamu Harus Pulang, pertanda konser usai dan aku harus pulang. Aku pulang tanpa dendam namun banyak beban. Aku kalah. Aku payah. Kembali menjalani hidup yang biasa. Tak ada yang peduli bahkan mengkhawatirkanku. Mungkin jika aku mati tak akan ada orang yang bersedih atas kematianku. Tapi aku tak ingin mati dengan bunuh diri atau mati secepat itu. Selamat datang kehidupan semester tingkat atas yang tak berwarna namun bermakna. Iya bermakna karena aku bakalan tahu orang yang benar-benar peduli terhadapku bukan hanya memanfaatkanku. Yeah, resolusi tahun baru, semoga urusan studiku dilancarkan, mendapat pekerjaan, membahagiakan orang tua, menemukan bidadari penyelamat sebagai penyemangat baruku. Amien.
Bersambung.....



Bidadari Penyelamat #2

Bidadari Penyelamat #2
Waktu terus saja berlalu, aku menjalani hidup seperti biasanya. Kuliah dengan tugas yang membabi buta diselingi menyusun proposal skripsiku. Meskipun begitu kusempatkan petualang-petualangan bersama teman-temanku dengan cerita-cerita yang mengasyikan maupun memilukan. Namun semua tanpa cinta.
Kejadian waktu di Sindoro membuat ku selalu terkenang namun tak membuatku tenang. Pertengkaranku dengan Kai, temanku, membuat kami kehilangan hangatnya persahabatan. Persahabatan yang bermula dari petualangan di atas ketinggian. Entahlah, semua berakhir begitu saja dan segalanya sudah berubah. Meskipun kami sudah saling meminta maaf.
Mengingat kejadian di Sindoro membuatku mengingat dia. Yeah, dia gadis yang aku sukai. Apa kabar dia gadis yang aku sukai? Yeah, sepertinya aku merindukannya. Aku mencoba menghapus segala tentangnya dengan dekat gadis-gadis lain namun dia selalu saja ada di dalam benak pikiranku. Hingga akhirnya ada yang invite BBM-ku dan FB-ku. Setelah ku approve aku tahu ternyata dia adalah gadis yang ku suka. Mungkin ini rezeki anak sholeh :D. Aku bergembira sekali dan bersorak kegirangan. Namun, aku bingung tak tahu harus berbuat apa. Apakah aku harus caper buat ngejar-ngejar dia? Hahaha. Aku tak pandai melakukan itu ataupun hanya sekedar merayu. Barangkali temanku sendiri kesal dengan sikapku yang cuek, jutek bahkan tak peduli lingkungan sosial. Aku hanya seorang yang pendiam, ngomong seperlunya/jika ditanya sehingga pasti sangat menjengkelkan dan terkesan sombong bagi orang tidak mengenal diriku sepenuhnya. Yeah, mungkin kesehatan emosi yang buruk menjadikan sistem proteksi kejiwaanku seperti ini.
Untuk urusan cinta pun demikian. Terkadang hanya menjadi pengagum saja hingga tak berani mengungkapkan isi hatiku. Ku jalani hanya menjadi teman baik atau kakak-adik saja. Cukup pahit memang. Jika dibilang PHP? Entahlah, hanya saja perasaanku tak yakin pada mereka. Meskipun aku pernah menjalin hubungan pacaran dengan 4 gadis sebelumnya itupun terlalu singkat dan lebih lama sendirinya. Sakit hati? Yeah, sudah biasa bagi ku. Bahkan bisa dibilang aku trauma dengan sakit hati. Penolakan dari cinta pertamaku masih membekas hingga saat ini. Mengajarkanku bahwa cinta tak harus memiliki. Yeah, bodoh sekali dengan ucapan kata-katanya itu. Setuju dengan lagu marjinal yang mengatakan cinta itu pembodohan. Pembodohan jika cinta tak harus memiliki. Bukankah cinta itu bentuk rasa ingin memiliki? Makanya cinta harus memiliki. Cinta itu egois, cinta itu tak pernah salah dan yang salah adalah waktunya atau orangnya. Yeah, meskipun begitu aku yakin akan menemukan kebahagiaan atas nama cinta.
Belajar cinta dari 4 gadis selanjutnya. Gadis pertama mengajarkanku untuk tidak memaksakan perasaan. Yeah, berawal dari ingin merasakan rasanya berpacaran setelah ditolak, aku memaksakan perasaanku. Meskipun sama-sama pertama pacaran dan terkesan indah namun aku tak suka dengan diriku yang munafik ini. Berakhirlah dengan baik untukku dan terkesan kejam untuknya. Namun dapat diselesaikan dengan baik karena pada dasarnya memang tidak disetujui oleh ortunya karena ini masih cinta monyet. Gadis kedua mengajarkanku berhati-hati dan jangan mudah percaya menjalin hubungan. Kecantikannya membuatku terlena hingga tak sadar aku dibohongi, ditinggal tanpa alasan dan lama kemudian aku tahu dia selingkuh. Yeah, rupanya dia memilih yang lebih tajir. Yeah, tak apalah. Wajar jika wanita lebih rasional memilih. Da aku mah apa atuh? :D namun yang tak habis pikir dia berubah menjadi nakal. Selang beberapa tahun tak ada kabar. Ternyata dia sudah menikah dan bahagia dengan anaknya yang masih kecil. Selamat yah :D. Gadis ketiga mengajarkanku bahwa menjalin pacaran jarak jauh (LDR, bahasa kerennya) itu tidak mudah. Banyak masalah hingga akhirnya berpisah karena dia tak kuat dan pergi meninggalkanku begitu saja. Gadis keempat mengajarkanku bahwa cinta dengan perbedaan ras itu tidak bisa dipaksakan bersatu selamanya. Pasti ada hal yang menyulitkan bersatu akibat budayanya dan masalah keluarga nantinya. Yeah, meskipun seiman. Niatku membahagiakan dia yang selalu terlihat sedih karena menderita kanker kelenjar getah bening dengan cinta yang apa adanya sia-sia saja. Terima kasih kalian barisan mantan yang membuatku terlatih patah hati. Hahaha apalah ini :D.
Kembali ke topik pada gadis yang kusuka. Aku jarang nge-BBM dia. Paling banter pas minta foto-foto pendakian Sindoro aja. Namun diam-diam kepoin status BBM/FB-nya bahkan nyolong foto selfienya juga wkwkwk. Gilanya foto pendakian yang ada aku dan dia, ku crop, ku perbesar dan ku pajang menempel di tembok kamar kostku wkwkwk. Apakah ini yang dinamakan cinta? Entahlah, aku masih belum yakin. Hari demi hari, bulan ke bulan semakin gawat. Aku tak tahu harus bagaimana untuk berhenti memikirkan dia. Ku coba menulis dongeng “masker dan gunung” untuk mengenangnya (emang dia sudah inalillahi kok dikenang? hahaha). Seperti dongeng “masker dan kereta” yang kutulis untuk mengenang seseorang namun tak tahu namanya, tak punya kontaknya. Namun dongeng “masker dan gunung” berbeda. Aku tahu orangnya dan aku punya kontaknya sehingga aku minta tanggapannya dari dongengku :D. Ternyata dia menyukainya :D. Entah berapa hari entah berapa bulan kemudian, aku semakin menggila untuk tidak memikirkannya. Kali ini aku yakin kalau aku jatuh cinta dengan dia yeah cinta dia. Yeah, dia bakal jadi target operation ku selanjutnya. \\(^_^)//
Bersambung.....



Rabu, 22 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #1

Bidadari Penyelamat #1

Aku pernah mengenal Cinta meskipun selalu berakhir nestapa. Entah mengapa selalu saja berakhir demikian dan begitu menyakitkan. Mungkin, aku ditakdirkan untuk tidak membahagiakan mereka atau mereka yang ditakdirkan untuk tidak membahagiakanku. Tapi, aku yakin pada akhirnya aku akan menemukan kebahagiaan atas nama Cinta. Kini, aku hanyalah orang yang terjebak oleh racun. Racun yang menggugahku selalu berkelana mencari ketenangan jiwa. Dimana ketenangan jiwa ku dapatkan di alam yang indah atau di atas ketinggian. Terlebih semenjak ditinggal Ibu tercinta kehadapan Sang Illahi. Aku lebih sering berkelana karena hati selalu tak tenang.
Pada suatu hari seorang teman mengajakku mendaki ke Gunung Sindoro. Aku terpaksa ikut menjadi leader karena personil lebih banyak pemula dan perempuan. Tiga laki-laki termasuk aku dan 6 perempuan. Saat itulah aku bertemu dengannya. Seorang perempuan yang begitu menarik perhatianku. Dia teman kuliahnya temanku. Aku tak bisa melihat wajah perempuan itu secara penuh karena dia memakai masker. Seperti biasa aku selalu menerka-nerka dan membully bagaimana wajah seorang bermasker jika maskernya dibuka :D. Yeah, meskipun ku lakukan itu secara sembunyi-sembunyi dan bakalan ngakak di dalam hati :D. Pada akhirnya dia membuka maskernya. Aku dapat melihat wajahnya. Wajahnya yang begitu manis. Apalagi dia selalu tersenyum. Sepertinya aku suka dia. Yeah, hanya sebatas suka. Ku perhatikan dia tak begitu banyak bicara. Meskipun aku sempat memboncengnya ke tempat penyewaan alat outdoor. Mungkin dia pendiam?
Saat mendaki. Dia seperti tak pernah lepas dari maskernya. Dia juga tak banyak bicara. Ingin ku berbicara dengannya. Tapi aku tak tahu harus berbicara apa? Aku hanya mengenal namanya saja. Biarlah aku terlihat cuek. Aku jalani peranku sebagai pemandu petualangan di ketinggian ini. Personil pecah karena ada yang memilih pulang dan ada yang memilih lanjut sampai puncak. Kami sampai puncak dengan personil tersisa. Temanku lebih dulu turun menyusul personil yang pulang. Entahlah aku tak tahu jalan pikirannya yang membuat pecah personil yang tersisa. Terlebih kurangnya personil laki-laki yang tinggal 2 orang saja. Itu yang membuatku kesal padanya.
Turun dari puncak. Kami terlalu asyik dengan cara berlari. Perempuan yang ku suka jatuh terguling-guling dan salto. Beruntung dia tidak terluka parah ataupun patah tulang. Namun, pasti sakit sekali untuk seorang perempuan seperti dia. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku terlambat membantunya meskipun hanya memapahnya untuk berjalan. Disamping itu perutku terasa mual karena hasrat ingin BAB. Sial sekali nasibku dan terpaksalah BAB di atas ketinggian. Menjelang malam kami sampai rimbunnya hutan. Beruntung sekali kami bareng dengan mas-mas pendaki yang turun. Perutku sakit dan ingin BAB lagi. Terpaksa ku tinggal perempuan yang ku suka dan personil lain untuk membuang BAB ku di basecamp. Aku turun sendiri berlari kencang di tengah gelap hutan. Aku kesal sekali dengan kesialan ini. Lebih-lebih ada gangguan makhluk tak kasap mata. Entah mengapa aku tak kunjung keluar dari hutan. Aku menghitung jumlah jembatan kayu yang seharusnya dilewati terasa sangat tidak wajar. Aku muak dengan kesialan ini. Aku memaki-maki dengan apa yang terjadi. Dengan sabar kulalui semuanya. Aku sampai post 1 lalu mengojek sampai basecamp lalu BAB di WC Masjid.
Tiba di basecamp, kulihat temanku asyik tidur di emperan basecamp. Aku kesal sekali melihatnya yang meninggalkan kami duluan dan tak mengetahui apa yang terjadi. Selesai dengan urusanku BAB kemudian mencari makan. Tiba di basecamp, kekacauan pecah dengan kabar yang tak mengenakan dari keadaan perempuan yang ku suka di atas sana. Temanku menyalahkanku. Aku yang masih kesal padanya, membela diri dan kembali menyalahkannya. Kami bertengkar hebat dan tak ada yang memisahkan. Namun aku lebih mengalah karena ini tak kan menyelesaikan masalah. Meskipun kata-kata rasis yang keluar dari mulutnya diakhir pertengkaran, aku mencoba sabar dan lebih baik diam. Aku mencoba tidur di basecamp namun tak bisa tidur karena memikirkan keadaanya. Orang-orang basecamp menjemput perempuan yang ku suka ke atas. Yeah, semoga tidak apa apa disana. Aku merasa bersalah karena tak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa berdo'a yang terbaik untuknya. Akhirnya dia tiba di basecamp dan dirawat. Yeah, aku masih bersikap cuek padanya. Aku tak tahu harus melakukan apa padanya. Yeah sudahlah aku pun tidur di dalam basecamp.
Pagi hari, semua sudah terbangun dan bersiap-siap untuk pulang. Yeah, kami pulang tanpa pamit satu sama lain karena kejadian kemarin dan kesialan demi kesialan ini. Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi perempuan yang ku suka :(

bersambung.....

Pendakian Gn. Sindoro via Sigedang, Tambi

Pendakian Gn. Sindoro via Sigedang, Tambi
















11/06/2015
Kulitku masih hitam karena telah mendaki Sumbing. Selang seminggu kemudian aku kembali lagi ke wonosobo mendaki Gunung Sindoro. Pendakian Sindoro kali ini menggunakan jalur utara yaitu Desa Sigedang, Tambi, Kab. Wonosobo. Personil yang berpartisipasi teman kuliahku yaitu Ferri, Ilham dan Yuli. Kami berangkat dari Semarang dan sampai basecamp pada malam hari. Rencana kami akan naik malam ini juga. Di basecamp, kami berjumpa dengan Mbah Amin selaku Juru Kunci sekaligus pengelola basecamp. Kami diberi teh hangat menghapus hawa dingin, arahan dan masukan sebelum melakukan pendakian.
Pukul 22.00 kami mulai mendaki. Melewati jalanan aspal desa hingga pos masuk perkebunan teh. Di perkebunan teh track berupa makadam melewati post 1 hingga post 3 dengan jaraknya begitu jauh karena jalurnya mengular. Untuk mempersingkat waktu kami mencoba melewati jalan pintas di tengah perkebunan teh yang berupa track tanah. Namun sempet kesasar jauh sekali hingga balik ke jalur makadam hahaha. Maklum kami baru pertama kali mencoba jalur via sigedang ini ditambah gelapnya malam hari hahaha. Namun lampu-lampu desa dan titik titik bintang di langit selalu menghibur kami saat ngetrack terutama saat kesasar :p. Setelah melewati post 3 dan perkebunan teh habis, track tanah sedikit berbatu di tengah hutan yang tidak terlalu lebat. Vegetasi hanya berupa pohon yang tidak terlalu tinggi dan semak belukar. Disamping itu, jalurnya banyak percabangan namun terdapat petunjuk jalur yang benar. Setelah sampai di ladang batu, kami ngecamp karena sudah kelelahan.
12/06/2015

Tak terasa hari sudah pagi. Kami pun ketinggalan momen sunrise . Namun view pegunungan dieng yang indah telah melipur lara kami. Setelah masak dan ngopi ngopi, kami lanjut ngetrack ke puncak. Track berupa tanah dan berbatu menjelang puncak. Kami melewati tebing yang indah yang biasa disebut congor petruk atau watu susu. Entahlah kenapa disebut watu susu aku tak tahu :D. Kami sampai puncak tepat pukul 11.00. Sangat panas cuaca karena matahari berada di dekat kepala. Namun angin membawa hawa dingin yang membuat kami menggigil. Kami sangat lama berisitirahat dan menikmati keadaan di Puncak. Puncaknya begitu luas dengan segara wedi, beberapa kawah mati dan terdapat 1 kawah yang aktif. Di kawah aktif menyemburkan asap belerang yang cukup pekat bau nya sehingga kami tak lama-lama berada disana. Setelah puas di puncak kami turun kembali ke tempat camp. BerisirahaGumpalan awan-awan raksasa, Gunung Slamet dan Ciremai setia menghibur kami saat turun hingga sang surya teggelam. Kami sampai perkebunan teh dalam kondisi sudah gelap. Yeah, sayang sekali tak bisa melihat hamparan hijaunya perkebunan teh hahaha :D. Setelah sampai di post 3 kami beristirahat dan bertemu dengan rombongan pendaki asal Banjarnegara. Tak sungkan-sungkan kami diberi salak manis oleh mereka. Makasih ya mas-mas hehehe. Kami lanjut turun ke basecamp mencoba lewat jalur pintas lagi yang pernah membuat kami kesasar saat mendaki. Namun, saat turun kami tidak kesasar karena jalurnya benar. Kami sampai di basecamp pukul 22.00 dan menginap di basecamp untuk pulang esok harinya.
Salam Jun_krikers :)