Jumat, 06 Januari 2017

Road Tour Sunrise of Java #2 (Simpang Lima Gumul, Pantai Kedung Tumpang, Istana Gebang, Makam Bung Karno)

Road Tour Sunrise of Java #2


24 Desember 2016

Pagi hari disaat subuh, kami sudah bangun untuk menunaikan Sholat Subuh di Mushola SPBU. Air wudhu yang telah membasuh muka lusuh akibat debu jalanan mengembalikan semangat untuk melanjutkan perjalanan kami. Memasuki kota Kediri kami langsung disambut oleh panjangnya jembatan Sungai Brantas. Lampu-lampu di jembatan ini terlihat cantik. Ditambah jalan yang lengang di pagi hari yang masih gelap. Kami juga melewati luasnya komplek pabrik rokok PT. Gudang Garam. Hingga tibalah kami di Simpang Lima Gumul, Kab. Kediri.


Di Simpang Lima Gumul terdapat monumen yang menjadi salah satu ikon Kabupaten Kediri. Bentuk bangunannya unik dan mirip Arc de Triomphe, Paris. Jadi, kalau dana tidak mencukupi, tidak usah jauh-jauh ke Paris untuk foto-foto berlatar bangunan Arc de Triomphe. Ke #Kedirilagi aja hehe J.


Pagi itu masih belum menampakan secercah sinar mentari. Sangat sepi dan hanya hitungan jari saja orang di Simpang Lima Gumul. Ini yang harus membuat kita selalu waspada pada barang bawaan dan tak jauh-jauh dari kendaraan. Intinya jangan sampai lengah karena kejahatan akan terjadi jika calon korbannya lengah. Kata Bung Napi, “ Waspadalah Waspadalah Waspadalah!!!”, hahaha.


Mentari mulai menampakkan sinarnya dibalik Gunung Kelud. Yeah, Gunung yang akan kami daki nanti malam seakan melambaikan tangan menyambut kedatangan kami. Beberapa anak jalanan/punk merapat ke Simpang Lima Gumul. Mungkin mereka mau mandi setelah beberapa hari tidak mandi karena disini ada kamar mandi umum juga hehe.


Perjalanan kami lanjutkan kembali menuju ke pantai selatan. Tepatnya ke Pantai Kedung Tumpang, Pucanglaban, Kab. Tulungagung. Untuk menuju kesana, kami memanfaatkan aplikasi google maps dan kepo sana-sini pada warga sekitar. Sebelum memasuki kawasan pantai, di desa terakhir kami harus berhenti di portal untuk membayar karcis masuk Pantai Kedung Tumpang Rp. 5.000,-/orang. Kemudian di kawasan pantai, kami parkir motor Rp. 2.000,-. Akhirnya sampailah kami di Pantai Kedung Tumpang. Perjalanan menuju kesini sangat menantang. Jalan yang berliku melewati pegunungan karst pantai selatan hingga jalur naik-turun bukit berupa makadam, tanah liat, berbatu dan kerakal. Sebenarnya ada jalan yang lebih baik. Namun adanya pengecoran jalan menuju pantai ini membuat jalan dialihkan melewati jalur yang sangat ekstrim tersebut. Beruntung kondisinya sudah 3 hari tidak turun hujan menurut akamsi. Jika saja hujan mungkin sudah malas untuk menuju kesini. Cuaca yang terik namun berawan cukup membuatku was-was jika saja hujan mengganggu kami jalan keluar dari pantai. Lebih baik ngecamp saja jika hujan hehe. Percayalah dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Terbukti dengan Pantai Kedung Tumpang yang keren dan terbilang sepi.



Untuk menuju pantai, dari parkiran motor, kami harus menuruni bukit terlebih dahulu kuranglebih 15 menitan. Pantai Kedung Tumpang ini bukanlah pantai biasa yang berpasir dan bisa nyemplung seenaknya. Pantai ini didominasi oleh karang-karang terjal. Terdapat pula kolam alami yang terbentuk akibat gerusan gelombang Samudera Hindia yang ganas. Kolamnya pun terbagi di sisi Barat dan Timur. Hari itu gelombang cukup ganas menghantam karang dan memasuki kawasan kolam. Kami sedari awal memang hanya ingin menikmatinya dari atas ketinggian saja. Tidak mau mengambil resiko terhanyut gelombang hanya untuk selfie keren di kolam. Sudah banyak kasus orang tewas hanyut oleh gelombang di kolam tersebut. Deru suara maupun gerak hempasan gelombang yang ganas saat menabrak karang sudah menjadi hiburan tersendiri.







Puas menikmati indahnya Pantai Kedung Tumpang, kami mendaki bukit menuju parkiran. Kondisi cuaca yang sangat terik panas matahari membuat kami sangat lemah. Beberapa kali kami beristirahat di gazebo milik pedagang. Tak ayal minuman dingin membuatku tergoda membelinya. Yeah, hitung-hitung berbagi rezeki pada warga sekitar J. Di gazebo terakhir dekat parkiran motor, kami beristirahat lama. Ada arek tulungagung yang menemani ngobrol karena kekepoannya pada kami yang datang jauh-jauh dari Sragen hehe. Sempat pula ditawari main ke pantai-pantai keren lainnya di Tulungagung ini. Yeah, bagiku ini masih awal perjalanan dan perjalanan masih panjang. Pantai Kedung Tumpang ini sudah mewakili salah satu destinasi alam di Kab. Tulungagung. Terimakasih atas tawarannya rek J.


Kami melanjutkan perjalanan kembali. Jalan keluar dari kawasan pantai benar-benar menyiksa Sheggy. Keluar dari portal, kami menuju Kota Blitar dan tentu saja dengan rute yang berbeda ketika menuju Pantai Kedung Tumpang. Di daerah Ngunut ada perbaikan jembatan yang putus membuat kami melipir ke jalan makadam yang entah berantah menyusur sungai hingga sampai di Pasar sebelum Kota Blitar. Di pasar ini kami mampir makan siang dengan menu Nasi Rawon Khas Jawa Timuran. Tergolong murah karena kami hanya merogoh kocek Rp. 10.000,-/porsi. Kemudian kami menuju masjid untuk Ibadah Sholat Dzuhur. Yeah, istirahat di masjid memang sungguh sejuk dan nyaman karena selain bisa mandi untuk menghilangkan bau apek perjalanan, kami juga bisa ngecharge HP secara gratis J.

 










Kemudian kami lanjut jalan lagi menuju Kota Blitar. Kota ini selalu diwarnai oleh warna merah putih di sepanjang jalan. Yeah, karena Kota Blitar merupakan Kota Kelahiran dan terdapat makam presiden pertama atau proklamator NKRI, Ir. Soekarno \m/. Di Kota ini, kami sempatkan mampir di Istana Gebang yang merupakan rumah masa kecil Bung Karno. Kami hanya membayar parkir motor Rp. 3.000,- dan mengisi buku tamu saja untuk berkeliling di Istana Gebang. Di Istana ini banyak sekali peninggalan-peninggalan masa kecil Bung karno. Ada perabotan rumah, tempat tidur, mesin ketik, penghargaan-penghargaan, mobil kepresidenan, sepeda onthel, foto-foto perjalanan sejarah Bung Karno hingga sanggar kesenian. Yang menarik adalah lukisan Bung karno di ruang tamu yang menurutku memiliki aura yang dalam hehe.





Setelah berkeliling di rumah masa kecil Bung Karno, kami lanjut ke makamnya tak begitu jauh. Untuk masuk ke makam, kami tidak dikenai kocek sama sekali. Hanya biaya parkir motor saja Rp. 5.000,-. Di kawasan makam terdapat pula perpustakaan umum, gong perdamaian, relief sejarah Bung Karno dan kolam ikan. Setelah berjalan melewati gapura tinggi. Terpampanglah makam Bung Karno. Suasana ziarah makam sangat ramai. Maka dari itu kami hanya melihat-lihat saja tidak ikut ziarah karena ramai dan mengganggu kekhusyukan. Hanya berdo’a di Mushola makam setelah Sholat Ashar saja mungkin sudah baik J. Setelah Sholat Ashar kami keluar area makam. Kami harus melewati lorong-lorong kios yang menjajakan oleh-oleh khas Blitar dan Ke Bung Karno-an. Tak lupa kami membeli dodol Rp. 10.000,-. Yeah, dodol memang cemilan yang cocok untuk bekal mendaki karena mengandung gula yang tinggi syarat akan energi :D. Lorong-lorong ini cukup panjang dan yang paling sial adalah berjalan di belakang gerombolan ibu-ibu menutupi jalan, jalannya pelan-pelan, megang-megang barang dagangan namun tidak jadi beli wkwkwk. Harus ekstra sabar bagi pejalan di belakangnya maupun pedagangnya :D.

Kelar sudah penderitaan berjalan di belakang gerombolan ibu-ibu :D. kami lanjut saja ke parkiran menjemput Sheggy. Kemudian kami mengalihkan pandangan kami menuju ketinggian Gunung Kelud via Tulungrejo, Blitar.

Dan yang pasti perjalanan masih panjang J.

Salam Junkrikers J

1 komentar: