Road Tour Sunrise of
Java #3
24 Desember 2016
Yeah, setelah perjalanan panjang
dan melelahkan (Simpang Lima Gumul, Pantai Kedung Tumpang, Istana Gebang dan
Makam Bung Karno) tiba juga waktunya untuk istirahat. Tetapi bukan istirahat
biasa, karena kami harus mendaki sebuah gunung lebih dulu wkwkwk. Barangkali
memang kami nggak punya udel :D. Pendakian kali ini termasuk dalam rangkaian
Road Tour Sunrise of Java yaitu mengunjungi tempat-tempat wisata yang dimulai
dari bagian barat Jawa Timur hingga finish di bagian timur Jawa Timur.
Yeah, setelah kami mengunjungi
makam Bung Karno di Kota Blitar, kami akan mendaki Gunung Kelud via Tulungrejo,
Kab. Blitar. Rute nyheggy kami melewati Mlingi kemudian berbelok ke utara
menuju arah Kota Batu. Perjalanan cukup lancar hingga jalur letter S yang
tajam, rusak dan berpasir di wilayah perkebunan teh. Cukup menyulitkan karena
kami beriringan dengan truk pasir. Selanjutnya lancar-lancar saja sampai di
pertigaan Tulungrejo. Di pertigaan tersebut kami belok kiri. Kemudian beberapa
meter dari pertigaan tadi, belok kanan lurus terus sampai Portal khusus para pendaki
Gunung Kelud via Tulungrejo. Yeah, disinilah titik awal pendakiannya. Terdapat
lahan parkir yang luas serta bangunan milik Perum Perhutani KPH Blitar untuk beristirahat.
Di parkiran, kami berbincang-bincang dengan ranger yang agak terkesan dengan
kami yang datang dari jauh hehe. Katanya sih, rata-rata yang mendaki hanya
pendaki dari Blitar, Kediri, Tulungagung, Malang dan Surabaya. Mereka juga
bercerita bahwa ketika letusan dahsyat Febuari 2014 lalu, tidak berdampak pada
desa ini. Sedangkan di daerahku terkena hujan abu yang sangat tebal dan tidak
hilang berhari-hari hehehe. Atas dasar letusan dahsyat itulah aku ingin sekali
mengunjungi Kawah Gunung Kelud ini. Menyaksikan sisa erupsi serta menyapa sudut
keindahannya di berbagai sisi.
Langit sore hari itu terlihat
murung dan dipastikan akan turun hujan. Sebelum hujan kami pamit dulu untuk
sarapan di pertigaan Tulungrejo karena disini belum ada warung makannya. Yeah, disini masih
terkesan kesederhanaannya karena baru dikelola beberapa tahun belakangan
mengingat tingginya minat wisata alam khusus pendakian gunung hehe. Makan di
daerah Tulungrejo sangat murah. Bahkan aku terheran-heran dengan nasi prasmanan
porsi kuli dengan lauk sayur tahu tempe untuk dua porsi hanya Rp. 10.000,- ?
hahaha kalau di Jakarta, ini mah udah lawak beneran :D.
Setelah sarapan, kami lanjut ke
portal pendakian tadi. Disini kami diharuskan membayar registrasi pendakian
sebesar Rp. 5.000,-/orang serta parkir motor Rp. 10.000,-. Harga tersebut sudah
termasuk fasilitas ojek yang mengantarkan kami menuju pintu rimba Gunung Kelud
pulang pergi. Memang pintu rimba cukup jauh. Dengan adanya ojek itu dapat
mempersingkat waktu pendakian. Hujan akhirnya turun juga. Para ranger
menyarankan kami untuk mendaki setelah hujan reda saja. Dan itu diamini oleh
kami. Sebelum mendaki, kami sempatkan diri untuk Sholat Maghrib dan jama’ Isa’
di mushola. Petang itu begitu sepi. Nampaknya hanya kami berdua saja yang akan
mendaki. Sedangkan beberapa pendaki sudah nanjak siang hari. Padahal hari itu
adalah hari libur natal hehe.
Hujan sudah reda. Menyisakan
rintik kecil saja. Tetapi kami tetap akan mendaki. Tentu saja menggunakan jas
hujan agar tidak basah. Pukul 18.30, kami diantar ojek menuju pintu rimba.
Jalan menuju pintu rimba ini sudah beraspal dan mulus. Pintu rimba akan
ditandai oleh gubuk di kanan jalan. Sedangkan pintu rimba berada di balik
lapangan atau di sebelah kiri jalan. Di pintu rimba ini, sang ranger
memperingatkan kami untuk berhati-hati dan berdo’a dulu. Senter kami sudah
dinyalakan. Bersiap untuk mendaki. Lagi-lagi sang ranger bilang,” Sentermu kok, koyo ngono mas?”. “iki terang kok mas,”jawabku. Pukul 18.45 kami melangkah
pelan namun pasti. Setelah beberapa langkah dari pintu rimba senterku rada
rese. Kadang redup kadang berbinar. Sedangkan adikku memang tidak bawa senter
sih karena keberangkatannya mendadak hahaha.
Perjalanan malam itu begitu
gelap. Hujan sudah reda. Namun tetesan air jatuh dari pepohonan cukup deras. Track
yang kami lewati tidak begitu terjal. Berupa setapak tanah dan basah. Lalu kami
memasuki kawasan hutan bambu, kemudian semak-semak, hutan bambu lagi, kemudian
semak-semak, begitu terus selanjutnya. Di semak-semak jalurnya agak tertutup
karena gelapnya malam. Tiba-tiba saja senterku macet tidak bisa nyala sama
sekali. Padahal baterai sudah aku ganti dengan yang baru. Malam itu gelap
seketika. Terkadang cahaya kunang-kunang menghampiri. Namun, kami tidak panik
dan tidak surut nyali. Aku berpikir cepat dan dinamis. Langsung saja kunyalakan
senter flash hapeku. Dan ternyata nyala sangat terang. Alhamdulillah, hapeku
sempat ku install senter flash. Jika tidak? Entah apa yang terjadi. Hanya bisa
menunggu ketidakpastian pendaki lain datang, menunggu bantuan dan mengabari
basecamp bahwa kita mengalami musibah senter mati. Hahaha rasanya sangat
memalukan. Lagi pula, tidak mungkin langsung mendirikan tenda di tengah jalur, bersemak-semak,
lembab dan berair ini karena rawan binatang seperti ular atau pun pacet
penghisap darah.
Dengan disinari senter flash hapeku,
lebih baik kami tetap lanjut mendaki setidaknya sampai post 1 untuk menghemat
baterai hape dan tenaga kami. Di tengah perjalanan itu kami bertemu rombongan
yang turun. Kami bertanya lokasi post 1. Ternyata masih jauh. Bukannya menyurutkan
semangat, hal itu malah membuat kami semakin semangat sampai di post 1 hehehe. Tepat
pukul 19.50, kami sampai di post 1 yang ditandai oleh shelter. Langsung saja
kami mendirikan tenda disini. Kemudian masak mie dan ngopi-ngopi. Entah, kenapa
Aku merasa perjalanan tadi lebih lama dari waktu yang sebenarnya. Apakah kami
memasuki dimensi ghaib? Hahaha entahlah, berpikir positif thinking saja. Dan aneh
juga si ranger yang gemuk dan gondrong itu mengomentari senterku. Apakah dia
dukun? Apakah dia sudah tahu sebelumnya bahwa kami akan mengalami kejadian ini?
Hal itu masih terbayang-bayang di kepala hingga mimpi mengantarkan kami tidur
malam yang panjang. Ditemani suara krik krik jangkrik, binatang malam,
nyaringnya nging-nging serangga. Sempat juga ada suara gamelan sih (O,O).
Semakin larut malam dan menjelang
pagi, ternyata semakin ramai pendaki yang tiba di post 1. Hal ini mengusik
tidur nyenyak kami. Mereka pada berisik dengan logat khas jawa timurannya. Positif
thinkingnya kami tidak sendiri hahaha. Positif thinking lainnya, dengan
kejadian senter mati, kami bisa beristirahat lebih lama sehingga tidak terlalu
capek mendaki J.
25 Desember 2016
Pukul 05.00, kami terbangun dan
menyaksikan sunrise yang tertutup oleh Gunung Kawi. Langsung saja sholat subuh
kemudian masak buat sarapan. Tak lupa kopi diseduh supaya tambah semangat
mendaki ke Kawah Gunung Kelud. Pukul 06.10, kami mulai mendaki beriringan
dengan pendaki yang masih pada abg-abg. Track yang kami lewati sudah lebar tak
tertutup semak. Cukup terjal. Pukul 06.40 kami sampai di post 2 yang ditandai
plang penunjuk. Disini terdapat tanah datar yang digunakan untuk ngecamp 1
tenda saja. Setelah beristirahat sejenak. Kami lanjutkan lagi. Jarak ke post 3
terasa lebih jauh. Di beberapa spot akan menemui jalur sempit dengan ilalang
yang tinggi-tinggi. Setelah spot ilalang terakhir sampailah kami di tanah
terbuka yang menandakan post 3 pada pukul 07.10. Sangat ramai yang camping
disini hehe.
Pemandangan di post 3 sudah terbuka
dan indah. Terlihat puncak-puncak terjal Gunung Kelud, 3 bukit lagi akan kami
daki setelah jalur turun bukit post 3 ini, dikejauhan juga terlihat ada air
terjun. Namun sangat sulit digapai karena jurang-jurangnya begitu dalam. Disisi
lain pegunungan putri, Gunung Kawi, Buthak, Arjuno-Welirang yang kelak suatu
saat kami daki, menyapa di kejauhan. Yeah, sungguh indah sekali.
Setelah naik turun 3 bukit
sampailah kami di plawangan. Batas vegetasi dengan bebatuan dan pasir Gunung
Kelud. Disini kami beristirahat cukup lama. Kemudian mengikuti jalur bebatuan yang
melipir ke kanan. Harus hati-hati saat melewati jalur melipir ini. Agar tidak
cedera akibat jatuh ke jurang. Sampailah kami di pintu kaldera menuju kawah. Pemandangan
disini sangat keren. Tebing-tebing kaldera begitu indah dengan pahatan alaminya.
Disini juga terdapat edelweis yang baru tumbuh. Tak begitu banyak memang,
apalagi ini berada di ketinggian kurang dari 2000 mdpl. Tetapi sangat indah dan
menarik. Tujuan kami tak hanya sampai sini saja. Kami harus ke melipir kanan
untuk menuju kawah. Yeah, pukul 08.30 kami sampai di tepian kawah. Luar biasa
pemandangannya Kawah Kelud. Akibat letusan dahsyat tahun 2014 lalu, kini membentuk danau berisi air berwarna hijau ke kuning-kuningan. Kondisi cuaca yang cerah dan
panas terik tak bisa menyembunyikan keindahannya.
Cukup lama kami di tepian kawah
hingga panas terik matahari mulai menyengat. Pertanda kami harus segera turun
gunung. Perjalanan turun akan sangat berat. Selain panas, kami juga harus
mendaki bukit dengan track terjal sebelum post 3. Kami beristirahat lagi di
post 3. Lalu lanjut lagi ke post 1 dengan jalan cepat. Di post 1 kami langsung
bongkar tenda dan packing turun gunung. Kami tiba di pintu rimba pukul 12.30. Di
pintu rimba ini kami menunggu giliran ojek yang mengantarkan kami ke portal
pendakian. Kenapa aku menyebutnya portal pendakian? Yeah, karena hanya terdapat
portal, gubuk istirahat para ranger, lahan parkir dan bangunan milik perhutani
saja, dan bangunan tersebut itu hanya bisa digunakan emperan dan kamar mandi luarnya saja hehe. Semoga,
kedepannya dibangun fasilitas seperti bangunan permanen yang bisa digunakan untuk
beristirahat dan warung makan. Kasihan pendaki yang datang dari jauh terlantar
seperti kami ini :D.
Siang hari, setelah kami mandi,
turunlah hujan dengan derasnya. Beberapa pendaki yang sudah turun nekat
pulang menerobos derasnya hujan. Mungkin karena domisilinya dekat J. Sedangkan kami harus menunggu lama hingga
hujan reda di gubuk parkiran motor. Sungguh terlantar nasib kami ini :D. Kami
tak sendiri. Kami ditemani oleh pendaki arek Blitar. Sebut saja namanya Doni. Tak
segan, dia menawari nginap di rumahnya. Bahkan rumahnya bisa dijadikan basecamp
sementara jika suatu saat kami berada di Blitar atau akan mendaki Gunung kelud lagi. Yeah,
mungkin jika suatu saat Gunung kelud meletus lagi, kami akan kesini lagi untuk
melihat keindahan dan perubahan yang terjadi akibat letusannya. Karena setiap
meletus pasti kondisi kaldera dan kawahnya berubah. Dan rumahmu akan kujadikan
basecamp sementara bro. Nomor hapemu sudah aku save hehe J.
Setelah maghrib, hujan sudah
benar-benar reda. Kami pamit untuk melanjutkan perjalanan lagi dengan tajuk
Road Tour Sunrise of Java J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar