Sabtu, 07 Januari 2017

Road Tour Sunrise of Java #3 (Pendakian Gn. Kelud via Tulungrejo, Blitar)

Road Tour Sunrise of Java #3 


24 Desember 2016

Yeah, setelah perjalanan panjang dan melelahkan (Simpang Lima Gumul, Pantai Kedung Tumpang, Istana Gebang dan Makam Bung Karno) tiba juga waktunya untuk istirahat. Tetapi bukan istirahat biasa, karena kami harus mendaki sebuah gunung lebih dulu wkwkwk. Barangkali memang kami nggak punya udel :D. Pendakian kali ini termasuk dalam rangkaian Road Tour Sunrise of Java yaitu mengunjungi tempat-tempat wisata yang dimulai dari bagian barat Jawa Timur hingga finish di bagian timur Jawa Timur.

Yeah, setelah kami mengunjungi makam Bung Karno di Kota Blitar, kami akan mendaki Gunung Kelud via Tulungrejo, Kab. Blitar. Rute nyheggy kami melewati Mlingi kemudian berbelok ke utara menuju arah Kota Batu. Perjalanan cukup lancar hingga jalur letter S yang tajam, rusak dan berpasir di wilayah perkebunan teh. Cukup menyulitkan karena kami beriringan dengan truk pasir. Selanjutnya lancar-lancar saja sampai di pertigaan Tulungrejo. Di pertigaan tersebut kami belok kiri. Kemudian beberapa meter dari pertigaan tadi, belok kanan lurus terus sampai Portal khusus para pendaki Gunung Kelud via Tulungrejo. Yeah, disinilah titik awal pendakiannya. Terdapat lahan parkir yang luas serta bangunan milik Perum Perhutani KPH Blitar untuk beristirahat. Di parkiran, kami berbincang-bincang dengan ranger yang agak terkesan dengan kami yang datang dari jauh hehe. Katanya sih, rata-rata yang mendaki hanya pendaki dari Blitar, Kediri, Tulungagung, Malang dan Surabaya. Mereka juga bercerita bahwa ketika letusan dahsyat Febuari 2014 lalu, tidak berdampak pada desa ini. Sedangkan di daerahku terkena hujan abu yang sangat tebal dan tidak hilang berhari-hari hehehe. Atas dasar letusan dahsyat itulah aku ingin sekali mengunjungi Kawah Gunung Kelud ini. Menyaksikan sisa erupsi serta menyapa sudut keindahannya di berbagai sisi.


Langit sore hari itu terlihat murung dan dipastikan akan turun hujan. Sebelum hujan kami pamit dulu untuk sarapan di pertigaan Tulungrejo karena disini belum ada warung makannya. Yeah, disini masih terkesan kesederhanaannya karena baru dikelola beberapa tahun belakangan mengingat tingginya minat wisata alam khusus pendakian gunung hehe. Makan di daerah Tulungrejo sangat murah. Bahkan aku terheran-heran dengan nasi prasmanan porsi kuli dengan lauk sayur tahu tempe untuk dua porsi hanya Rp. 10.000,- ? hahaha kalau di Jakarta, ini mah udah lawak beneran :D.

Setelah sarapan, kami lanjut ke portal pendakian tadi. Disini kami diharuskan membayar registrasi pendakian sebesar Rp. 5.000,-/orang serta parkir motor Rp. 10.000,-. Harga tersebut sudah termasuk fasilitas ojek yang mengantarkan kami menuju pintu rimba Gunung Kelud pulang pergi. Memang pintu rimba cukup jauh. Dengan adanya ojek itu dapat mempersingkat waktu pendakian. Hujan akhirnya turun juga. Para ranger menyarankan kami untuk mendaki setelah hujan reda saja. Dan itu diamini oleh kami. Sebelum mendaki, kami sempatkan diri untuk Sholat Maghrib dan jama’ Isa’ di mushola. Petang itu begitu sepi. Nampaknya hanya kami berdua saja yang akan mendaki. Sedangkan beberapa pendaki sudah nanjak siang hari. Padahal hari itu adalah hari libur natal hehe.


Hujan sudah reda. Menyisakan rintik kecil saja. Tetapi kami tetap akan mendaki. Tentu saja menggunakan jas hujan agar tidak basah. Pukul 18.30, kami diantar ojek menuju pintu rimba. Jalan menuju pintu rimba ini sudah beraspal dan mulus. Pintu rimba akan ditandai oleh gubuk di kanan jalan. Sedangkan pintu rimba berada di balik lapangan atau di sebelah kiri jalan. Di pintu rimba ini, sang ranger memperingatkan kami untuk berhati-hati dan berdo’a dulu. Senter kami sudah dinyalakan. Bersiap untuk mendaki. Lagi-lagi sang ranger bilang,” Sentermu kok, koyo ngono mas?”. “iki terang kok mas,”jawabku. Pukul 18.45 kami melangkah pelan namun pasti. Setelah beberapa langkah dari pintu rimba senterku rada rese. Kadang redup kadang berbinar. Sedangkan adikku memang tidak bawa senter sih karena keberangkatannya mendadak hahaha.


Perjalanan malam itu begitu gelap. Hujan sudah reda. Namun tetesan air jatuh dari pepohonan cukup deras. Track yang kami lewati tidak begitu terjal. Berupa setapak tanah dan basah. Lalu kami memasuki kawasan hutan bambu, kemudian semak-semak, hutan bambu lagi, kemudian semak-semak, begitu terus selanjutnya. Di semak-semak jalurnya agak tertutup karena gelapnya malam. Tiba-tiba saja senterku macet tidak bisa nyala sama sekali. Padahal baterai sudah aku ganti dengan yang baru. Malam itu gelap seketika. Terkadang cahaya kunang-kunang menghampiri. Namun, kami tidak panik dan tidak surut nyali. Aku berpikir cepat dan dinamis. Langsung saja kunyalakan senter flash hapeku. Dan ternyata nyala sangat terang. Alhamdulillah, hapeku sempat ku install senter flash. Jika tidak? Entah apa yang terjadi. Hanya bisa menunggu ketidakpastian pendaki lain datang, menunggu bantuan dan mengabari basecamp bahwa kita mengalami musibah senter mati. Hahaha rasanya sangat memalukan. Lagi pula, tidak mungkin langsung mendirikan tenda di tengah jalur, bersemak-semak, lembab dan berair ini karena rawan binatang seperti ular atau pun pacet penghisap darah.



Dengan disinari senter flash hapeku, lebih baik kami tetap lanjut mendaki setidaknya sampai post 1 untuk menghemat baterai hape dan tenaga kami. Di tengah perjalanan itu kami bertemu rombongan yang turun. Kami bertanya lokasi post 1. Ternyata masih jauh. Bukannya menyurutkan semangat, hal itu malah membuat kami semakin semangat sampai di post 1 hehehe. Tepat pukul 19.50, kami sampai di post 1 yang ditandai oleh shelter. Langsung saja kami mendirikan tenda disini. Kemudian masak mie dan ngopi-ngopi. Entah, kenapa Aku merasa perjalanan tadi lebih lama dari waktu yang sebenarnya. Apakah kami memasuki dimensi ghaib? Hahaha entahlah, berpikir positif thinking saja. Dan aneh juga si ranger yang gemuk dan gondrong itu mengomentari senterku. Apakah dia dukun? Apakah dia sudah tahu sebelumnya bahwa kami akan mengalami kejadian ini? Hal itu masih terbayang-bayang di kepala hingga mimpi mengantarkan kami tidur malam yang panjang. Ditemani suara krik krik jangkrik, binatang malam, nyaringnya nging-nging serangga. Sempat juga ada suara gamelan sih (O,O).

Semakin larut malam dan menjelang pagi, ternyata semakin ramai pendaki yang tiba di post 1. Hal ini mengusik tidur nyenyak kami. Mereka pada berisik dengan logat khas jawa timurannya. Positif thinkingnya kami tidak sendiri hahaha. Positif thinking lainnya, dengan kejadian senter mati, kami bisa beristirahat lebih lama sehingga tidak terlalu capek mendaki J.

25 Desember 2016


Pukul 05.00, kami terbangun dan menyaksikan sunrise yang tertutup oleh Gunung Kawi. Langsung saja sholat subuh kemudian masak buat sarapan. Tak lupa kopi diseduh supaya tambah semangat mendaki ke Kawah Gunung Kelud. Pukul 06.10, kami mulai mendaki beriringan dengan pendaki yang masih pada abg-abg. Track yang kami lewati sudah lebar tak tertutup semak. Cukup terjal. Pukul 06.40 kami sampai di post 2 yang ditandai plang penunjuk. Disini terdapat tanah datar yang digunakan untuk ngecamp 1 tenda saja. Setelah beristirahat sejenak. Kami lanjutkan lagi. Jarak ke post 3 terasa lebih jauh. Di beberapa spot akan menemui jalur sempit dengan ilalang yang tinggi-tinggi. Setelah spot ilalang terakhir sampailah kami di tanah terbuka yang menandakan post 3 pada pukul 07.10. Sangat ramai yang camping disini hehe.




Pemandangan di post 3 sudah terbuka dan indah. Terlihat puncak-puncak terjal Gunung Kelud, 3 bukit lagi akan kami daki setelah jalur turun bukit post 3 ini, dikejauhan juga terlihat ada air terjun. Namun sangat sulit digapai karena jurang-jurangnya begitu dalam. Disisi lain pegunungan putri, Gunung Kawi, Buthak, Arjuno-Welirang yang kelak suatu saat kami daki, menyapa di kejauhan. Yeah, sungguh indah sekali.






Setelah naik turun 3 bukit sampailah kami di plawangan. Batas vegetasi dengan bebatuan dan pasir Gunung Kelud. Disini kami beristirahat cukup lama. Kemudian mengikuti jalur bebatuan yang melipir ke kanan. Harus hati-hati saat melewati jalur melipir ini. Agar tidak cedera akibat jatuh ke jurang. Sampailah kami di pintu kaldera menuju kawah. Pemandangan disini sangat keren. Tebing-tebing kaldera begitu indah dengan pahatan alaminya. Disini juga terdapat edelweis yang baru tumbuh. Tak begitu banyak memang, apalagi ini berada di ketinggian kurang dari 2000 mdpl. Tetapi sangat indah dan menarik. Tujuan kami tak hanya sampai sini saja. Kami harus ke melipir kanan untuk menuju kawah. Yeah, pukul 08.30 kami sampai di tepian kawah. Luar biasa pemandangannya Kawah Kelud. Akibat letusan dahsyat tahun 2014 lalu, kini membentuk danau berisi air berwarna hijau ke kuning-kuningan. Kondisi cuaca yang cerah dan panas terik tak bisa menyembunyikan keindahannya.








Cukup lama kami di tepian kawah hingga panas terik matahari mulai menyengat. Pertanda kami harus segera turun gunung. Perjalanan turun akan sangat berat. Selain panas, kami juga harus mendaki bukit dengan track terjal sebelum post 3. Kami beristirahat lagi di post 3. Lalu lanjut lagi ke post 1 dengan jalan cepat. Di post 1 kami langsung bongkar tenda dan packing turun gunung. Kami tiba di pintu rimba pukul 12.30. Di pintu rimba ini kami menunggu giliran ojek yang mengantarkan kami ke portal pendakian. Kenapa aku menyebutnya portal pendakian? Yeah, karena hanya terdapat portal, gubuk istirahat para ranger, lahan parkir dan bangunan milik perhutani saja, dan bangunan tersebut itu hanya bisa digunakan emperan dan kamar mandi luarnya saja hehe. Semoga, kedepannya dibangun fasilitas seperti bangunan permanen yang bisa digunakan untuk beristirahat dan warung makan. Kasihan pendaki yang datang dari jauh terlantar seperti kami ini :D.







Siang hari, setelah kami mandi, turunlah hujan dengan derasnya. Beberapa pendaki yang sudah turun nekat pulang menerobos derasnya hujan. Mungkin karena domisilinya dekat J. Sedangkan kami harus menunggu lama hingga hujan reda di gubuk parkiran motor. Sungguh terlantar nasib kami ini :D. Kami tak sendiri. Kami ditemani oleh pendaki arek Blitar. Sebut saja namanya Doni. Tak segan, dia menawari nginap di rumahnya. Bahkan rumahnya bisa dijadikan basecamp sementara jika suatu saat kami berada di Blitar atau akan mendaki Gunung kelud lagi. Yeah, mungkin jika suatu saat Gunung kelud meletus lagi, kami akan kesini lagi untuk melihat keindahan dan perubahan yang terjadi akibat letusannya. Karena setiap meletus pasti kondisi kaldera dan kawahnya berubah. Dan rumahmu akan kujadikan basecamp sementara bro. Nomor hapemu sudah aku save hehe J.

Setelah maghrib, hujan sudah benar-benar reda. Kami pamit untuk melanjutkan perjalanan lagi dengan tajuk Road Tour Sunrise of Java J.

Salam Jun_krikers J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar