Road Tour Sunrise of
Java #4 (TN Baluran)
25 Desember 2016
Yeah, selepas mendaki Gunung Kelud via Tulungrejo Blitar,
kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Sunrise of Java. Saat itu, kami dalam
perjalanan malam dengan kondisi jalan berkelok-kelok naik-turun, serta masih
lelah mendaki dan belum istirahat dengan layak di Portal pendakian. Selain itu,
kami juga lapar. Yeah, kondisi yang cukup berbahaya jika dipaksakan untuk
perjalanan jauh. Kulihat persediaan bahan bakar untuk Sheggy juga sudah
menipis. Saat itu kami sepertinya berada di daerah hutan yang dibelah jalan
raya pare-batu. Karena malam aku tak begitu memperhatikannya. Jalannya berliku.
Banyak plang rawan longsor. Langka SPBU. “Tamatlah riwayat kami hahaha”
pikirku. Apalagi bus-bus malam dan pariwisata suka mengambil lajur yang
berhadapan kami hanya untuk mendahului kendaraan di depannya. Kelar dah hidup
gua hahaha. Beruntung Sheggy masih mampu melaksanakan tugasnya. Kami sampai di
daerah Pujon, Kab. Malang. Cukup ramai malam itu. Kami pun membeli bensin
eceran di sebuah warung. Tepat di seberang warung terdapat masjid.
Yeah, kuputuskan saja untuk istirahat, sholat Maghrib dan
Isa’. Lalu, masak mie dengan kompor portable di masjid itu. Masjid itu begitu
nyaman membuat kami betah *Efek ada colokan nganggur wkwkwk. Karena masjidnya berada tepat di kaki
gunung, rasanya angin malam itu begitu dingin. Ah lebih baik tidur disini saja,
kemudian lanjut jalan esok hari
hehe.
26 Desember 2016
Pagi itu masih gelap. Kami bangun, cuci muka kemudian lanjut
jalan lagi. Sampailah kami di Kota Batu, Malang. Kami mampir di Alun-Alun Kota
Batu untuk mencari makan. Lalu muter-muter sebentar di alun-alun yang terdapat
bianglala dan rumah apel sebagai iconnya itu. Sayang, kami datang terlalu pagi
dan masih gelap. Jadi, tak banyak selfie yang bisa dilakukan wkwkwk.
Saat kami sudah berada di Kota Malang. Adzan Subuh mulai
berkumandang. Tak lupa kami menunaikannya di salah satu mushola SPBU terdekat.
Di Kota Malang, kami hanya melewatinya saja karena tujuan kami adalah ke kota
paling timur Pulau Jawa. Jika mampir-mampir lagi, pasti akan memakan jarak dan
waktu yang lebih panjang dan dimarahin kesayangan yang mulai bawel hehe.
Dari Kota Malang, kami melaju ke arah utara melewati
Singosari – Lawang. Dipertigaan Purworedjo, kami mengarah ke Pasuruan. Lalu
mengikuti jalur Pantura – Probolinggo – Situbondo – Banyuwangi. Setelah kota
Probolinggo, kami melewati komplek PLTU Paiton, PLTU terbesar di Indonesia yang
memasok listrik utama untuk Pulau Jawa dan Bali. Jalur ini mengingatkanku
sewaktu KKL ke Bali. Saat itu, aku melewati jalur ini pada malam hari. Polusi
cahaya begitu jelas. Mungkin gemerlap lampu-lampu PLTU mungkin lebih indah
daripada gemerlap dunia malam hehe. Beda sekali ketika melewati saat siang
hari. Namun, hamparan laut selat Madura bisa terlihat dengan jelas. Selain itu,
gunungan hitam batu bara siap diproses menjadi uap sehingga menghasilkan
listrik. Setelah melewati komplek PLTU Paiton, jalan begitu dekat dengan air laut. Pepohonan mangrove membentuk kanopi
sehingga meneduhkan kami di panasnya siang hari. Perjalanan dari Besuki –
Situbondo terasa begitu jauh. Mungkin kami sudah cukup lelah. Kami beberapa
kali beristirahat sebentar.
Akhirnya kami memasuki kawasan hutan Taman Nasional Baluran.
Di pinggir jalan banyak sekali monyet liar yang menanti makanan dari buangan
pengguna jalan. Namun, monyet di pinggir jalan ini terkesan pemalu dari
sikapnya ketika didatangi manusia. Jalan pantura di tengah hutan TN Baluran ini
begitu panjang dan sepi. Aku juga selalu waspada akan tindak kejahatan seperti
ancaman begal. Banyak kasus seperti itu disini. Aku pun mengantisipasi dengan
melewatinya pada siang hari. Namun, modus kejahatan bisa dalam bentuk apa saja.
Yeah, ketika Road Tour Sunrise of Java ini, kami dicegat oleh bapak-bapak
gendut yang mengendarai vario putih. Dia ngakunya orang Sidoarjo, tapi platnya
P :p. Dia menyuruh berhenti kami. Dia minta tolong karena kehabisan bensin.
Yeah, tau sendiri kan panjangnya jalur ini pasti tidak ada SPBU. Warung pun tak
bisa dijumpai sama sekali, mungkin warung hanya di dekat Waduk Bajulmati yang
tak sempat kami singgahi. Jadi, siapa yang tidak iba L. Setelah kami berhenti, dia langsung
menawari jamnya untuk dibeli. Ah, sudahlah ini bapak-bapak pasti tukang tipu.
Modus seperti ini mah sudah sering kutemui di terminal, stasiun, jalanan dan
tempat umum. Langsung saja, aku menggeber motor dan menolak secara halus dengan
alasan kami perjalanan jauh dan tak punya uang lebih. Tadinya aku berhenti
sekalian mau ngecek bensin si bapak-bapak itu emang habis beneran atau enggak.
Tapi setelah dipikir-pikir ngeri juga kalau tiba-tiba diserang pakai senjata
tajam ya Wassalam hehehe. Untung dia dalam posisi sendiri. Mungkin lain kali
jika Junkrikers lewat jalur ini harus waspada segala bentuk kejahatan ya J. Jangan berhenti sembarangan hanya
untuk buang air kecil juga karena bahaya. Tetap melaju sekencang mungkin. Tapi @masjunkrik sih tetep selow karena Sheggyku cuman
Shogun 125cc tahun 2007an hahaha.
Pukul 10.30, kami tiba di Gerbang Taman Nasional Baluran,
sebelum perbatasan Situbondo – Banyuwangi. Setelah memasuki gerbang, kami harus
membayar tiket masuk di Pusat Informasi. Tiket tersebut kami bayar Rp. 43.000,-
untuk dua orang dan satu motor. Lalu di parkiran Pantai Bama membayar parkir
motor Rp. 2.000,-.
Siang itu begitu panas sampai menyentuh ubun – ubun. Namun,
tak menyurutkan niat kami untuk mengunjungi Savana Bekol yang terkenal sebagai
Africa van Java dan Pantai Bama nan Alami habitat monyet liar. Perjalanan
menuju Savana Bekol ditempuh dengan jarak 12 km dari pusat informasi. Kemudian
dilanjutkan ke pantai Bama sejauh 3 km. Jalan yang dilewati adalah aspal yang
sudah rusak berat hingga makadam atau batu-batuan sampai tanah. Bisa dibilang
offroad dan tentu saja menyiksa Sheggy. Sepanjang jalan juga masih dijumpai
monyet-monyet liar yang masih malu-malu. Sempat bertemu dengan ayam hutan juga. Selain itu berbagai kicauan burung menyambut kedatangan kami. Selepas km ke-6, kami melewati
Evergreen yang konon vegetasinya selalu hijau meski di musim kemarau. Di
Evergreen ini, pepohonan tinggi menjulang dan membentuk kanopi yang membuat
siang yang panas panas menjadi teduh. Konon juga, pada malam hari, di tempat
ini dapat dijumpai macan tutul :D. yeah, semoga saja kepulangan kami dari sini
tidak kemalaman. Bahaya kalau malam-malam tiba-tiba ban motor bocor lalu
disergap macan yang sebenarnya, kelar hidup gua *ini bukan mama cantik loh ya
:D.
45 menit kemudian, kami sampai di Savana Bekol. Yeah,
pemandangan luar biasa indah. Kami
datang di saat musim hujan dimana savana terlihat hijau dengan latar Gunung
Baluran yang gagah di kejauhan. Mungkin, lain kali kami harus datang lagi di
musim kemarau. Pastinya lebih keren lagi karena savana akan kering menguning
seperti di Afrika. Maka tak heran jika Savana Bekol disebut Africa van Java ata
Little Africa of Java J. Di tengah-tengah savana terlihat kelompok rusa dan kerbau
liar mencari rumput dan berkubang lumpur. Sayang, sang maskot Taman Nasional
Baluran yaitu Banteng Jawa tidak nampak. Selain itu monyet-monyet disini rada
usil meminta makanan para pengunjung. Kami juga menyempatkan diri naik ke gardu
pandang untuk melihat keindahan Savana bekol dari ketinggian. Tak percuma lelah
meniti tangga gardu pandang pun dibayar dengan jelas keindahannya. Disisi timur
tampak jejeran pantai Bama dan sekitarnya menghadap Selat Bali. Sedangkan
disisi barat, Gunung Baluran masih menyimpan misteri akan keliarannya. Yeah, penuh
misteri karena jarang ada yang melakukan pendakian kesana. Bahkan informasi
pendakian Gunung Baluran di internet pun kebanyakan fake. Setelah bertanya-tanya
pada petugas, ternyata Gunung Baluran bisa didaki namun harus ditemani oleh
pemandu. Entah, berapa tarifnya, karena aku lupa untuk menanyakannya L. Mungkin suatu saat aku harus
mencobanya hehe. Tentu saja dengan persiapan yang lebih matang dan dalam
kondisi prima karena tantangan medan yang akan dihadapi sangat berat meskipun
ketinggiannya hanya 1247 mdpl. Serta membawa gear yang mumpuni untuk
mendokumentasikan keindahannya hehe.
Puas meresapi Savana Bekol, kami lanjut menuju Pantai Bama.
Disini fasilitasnya lengkap, mulai dari resort, wc umum, warung makan dan
mushola sehingga kami bisa menyempatkan diri untuk sholat Dzuhur. Banyak yang
bisa dilakukan di Pantai berpasir putih ini. Seperti berenang dan snorkling
karena airnya jernih dan tanpa ombak, menyaksikan sunrise pertama dan terbaik
di timur pulau jawa, jelajah pantai dan mangrove trail dan bersantai-santai. Tapi
jangan terlalu terlena dengan itu semua. Hati-hati terhadap barang bawaan
karena semakin di area pantai monyet-monyet pun semakin ganas menyerang untuk
meminta makanan. Tipsnya sih bawa tongkat kayu saja supaya monyet-monyet liar
tidak berani mendekat. Apalagi monyet-monyet disini memiliki taring. Serem deh
pokoknya kalau lagi marah :D. Aku pun sempet beradu gertakan sama salah satu
monyet yang paling besar. Dia hampir saja mencuri barang bawaan ketika kami
asyik berenang di Pantai. Nyalinya pun cukup besar. Alhasil tak ada yang mundur
diantara kami. Kami beranjak dari pantai menuju ke mangrove trail. Lalu bilas
dan mandi. Setelah mandi kami tak lupa untuk Sholat Ashar. Kemudian keluar dari
Taman Nasional Baluran untuk menuju destinasi kami selanjutnya yaitu Kawah
Ijen.
Sialnya, baru beberapa meter kami berjalan turunlah hujan.
Padahal di kejauhan cuaca masih terlihat matahari sore. Di Savana Bekol malah
tidak turun hujan. Namun, baju kami sudah basah hahaha. Memasuki kawasan
Evergreen, kami diguyur hujan sangat deras. Jalanan berubah menjadi genangan
air dan lumpur. Sungguh berat perjalanan kami keluar dari sini. Apakah sang
dewa monyet marah dan tak merestui kepulangan kami? Satu jam kemudian kami baru
sampai di pintu keluar Taman Nasional Baluran. Yeah, semoga saja jalan di Taman Nasional Baluran tetap offroad seperti ini, karena jika beraspal mulus pasti akan lebih banyak orang yang berkunjung sehingga ekosistem hewan-hewan liar akan terganggu. Hujan sudah reda. Kami makan
dulu di Sidodadi. Lalu menuju Kota Banyuwangi. Kemudian lanjut ke Kawah Ijen.
Salam Jun_krikers J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar