LAWU istimewa #2
Minggu 20 April 2014. Pagi itu
dingin sekali. Aku membelah kepompongku dan keluar dari keong menyusul Bang
Onge. Ternyata diluar hampir terang, ku lihat pemandangan di luar. SUBHANALLAH!
WOW! AMAZING! WONDERFULL! PERFECT sekali viewnya. Memang hebat sekali ciptaan
Tuhan ini. Dari sekian kali aku mendaki gunung, view inilah yang paling keren. Karena
view inilah gunung Lawu selalu menjadi favorite ku sampai saat ini :D. Tak lupa
aku ambil kamera untuk mengabadikan momen tersebut. Yeah. Samudera awan masih
membiru terhampar luas di bawahku sampai semua penjuru arah mata angin. Ingin sekali
diriku terbang diatasnya, berjalan diatasnya, ataupun menyelaminya terjun
sampai dasar. Barangkali, awan itu mirip arum manis berwarna biru. Akan ku
makan dengan buas sampai habis dan gigiku berwarna biru. Ada yang terselip juga
tapi sulit digapai hingga membekas, membusuk hingga gigiku sakit meradang. Mul
bangkit dari mimpinya. Menghampiriku dan Bang Onge mengabadikan momen ini dengan
lensa kamera. Kami ber-3 seperti berada di negeri atas awan dalam sebuah
dongeng sebelum mama mengecup kening ketika tertidur. Si Adi dan Ogenk masih
menjadi kepompong dalam keong dan melewatkan momen keren ini. Puas dengan apa
yang kami lihat sampai matahari mulai meninggi. Bertiga aku, Mul dan Bang Onge
berangkat menuju sendang drajat untuk ambil air suci kemudian ke warung Mbok
Yem untuk beli pecel telur legendaris. Botol telah terisi air suci dan 5
bungkus nasi pecel telur legendaris sudah di tangan. Aku mengantar Mul sampai
puncak Lawu Hargo Dumilah sedangkan Bang Onge membawa buah tangan menuju tenda
lagi. Puas dengan berbagai pose di puncak dan sekitarnya, aku dan Mul kembali
menuju tenda di pos 5. Beberapa jalak lawu selalu mengikuti kami saat naik ke
puncak ataupun turun ke tenda. Sampai tenda, ternyata Adi dan Ogenk sudah
bangun sambil bermimpi. Pecel legendaries itu sudah disantap ber-3. Sisa 2,
buat aku dan Mul. Adi dan Bang Onge pamit berkelana ke puncak. Lama kemudian aku
dan Mul makan pecel legendaris di atas tebing dan di bawah jurang cukup
menganga. Meski makanannya sederhana, tapi dengan view istimewa seperti ini
menciptakan rasa lebih daripada makanan di restoran mewah. Ogenk memilih
menikmati kesendiriannya dalam keong. Adi dan Bang Onge sudah kembali. Aku
masih menikmati makanku. Sepertinya aku makan lama sekali. Selesai makan,
ritual foto-foto mulai lagi hingga kabut mulai mengganggu penglihatan. Segera
kami packing bawaan untuk pulang.
Kabut mulai tebal, hawa dingin
mulai terasa, barang-barang terpacking rapi. Kami melakukan registrasi wajib kepada
Tuhan, kemudian turun gunung dengan tempo cepat. Di tengah perjalanan kami
bertemu dengan 2 wanita perkasa. Mereka memakai 2 tas carrier yang besar.
Basa-basi aku bertanya. Ternyata mereka benar-benar hanya berdua saja. Yang
satu agak gemuk dan yang satu kurus namun manis, kelihatan seperti anak manja. Namun
mereka punya tekad untuk memperingati Hari Kartini besok di puncak. Tak ada
laki-laki yang menjaganya. Yeah. Mereka wanita perkasa. Tak terasa sampai pos
3, kami berteduh karena langit menangis. Di pos 3 kami bertemu anak kelas 6 SD
yang diajak mendaki sama pamannya. Dia nggak rewel minta gendhong lho J. Katanya sih, dia sudah ke puncak Lawu 3 kali.
Yeah. Dia bocah ajaib. Dalam usia itu sudah berkelana dalam dunia pendakian.
Untung hujan cuma sebentar, kami lanjut jalan menuruni gunung. Di tengah perjalanan
aku bertemu seorang gadis dalam sebuah rombongan. Ya menurutku dia cantik, ku
goda saja. Tapi sepertinya ada salah 1 laki-laki di rombongan yang marah,
mencoba mendorong ku jatuh tapi tangannya kutarik agar sama-sama jatuh. Pada
akhirnya aku tak sempat jatuh. Yeah. Mungkin ini konspirasi saja biar dia
terlihat gentle :p. Sampai pos 2 kami bertemu rombangan dari Jakarta. Ada 20
orang dan 2 diantaranya wanita dan 1 diantaranya sedang datang bulan. Di pos 2
kami membuat kopi. Ngopi bareng lah sama rombongan Jakarta itu. Lanjut jalan
lagi sampai pos 1. Di pos 1 kami beristirahat lagi. Ada warung disana. Aku
tergoda untuk beli es Teh. Langsung kutenggak sampai tetes terakhir, sungguh
Shugoi rasanya. Lanjut lagi turun gunung sampai basecamp. Kami sampai basecamp
sekitar jam setegah 5 sore.
Bang Onge dan Ogenk pamit duluan
pulang ke Maospati. Aku dan Adi mengantar Mul sampai terminal Tawangmangu. Di
terminal Tawangmangu sudah tidak ada bus menuju Solo. Ku tawarkan saja Mul
untuk ikut aku ke Sragen, biar nanti bisa naik bus menuju Jogja. Yeah cukup
riskan kalau Mul ikut Adi naik motor ke Solo. Mul tak bawa helm, jika bertemu
Polisi jalanan, transaksi tak dapat terelakkan. Adi pulang ke solo dengan
skuter maticnya lebih dulu. Aku dan Mul menembus jalanan kampung nan gelap
menuju Sragen. Hujan deras di tengah jalan. Kami berteduh di rumah warga.
Disini kami diberi kopi dan cemilan oleh warga tersebut. Yeah. Mereka sungguh
baik, mereka menerima kami seperti tamu sendiri. Padahal mereka tidak mengenal
kami. Hujan reda, lanjut melewati jalan gelap lagi sampai akhirnya tiba di
jalan Raya Sragen depan alun-alun. Ku stop bus arah Jogja dan Mul masuk
menungganginya sambil mengucap salam perpisahan kami. Aku kembali minum susu
jahe di angkringan buat sekedar jajan malam. Aku pun pulang ke rumah. Sampai
rumah aku diwawancarai oleh orang rumah karena aku tidak pamit keluar mendaki
gunung. Yeah apa boleh buat. Di rumah tidak ada 2 adikku, mereka pergi main dan
mau bilang ke Ibu tiri pun aku agak sungkan. Sedangkan telfon/SMS ke Bapak aku
nggak punya pulsa :p. Setelah mandi aku siap-siap untuk berangkat ke Semarang.
Aku akan kembali kuliah esok harinya.
Tak ada rasa capek saat itu. Rasa
rinduku akan ketinggian telah terobati. Aku mendapat teman baru yang sehobi nan
asyik dan kami berjanji akan mendaki gunung bersama lagi suatu saat.
Terimakasih Mul, Adi, Bang Onge dan Ogenk. Akhirnya aku tidak jadi mendaki
sendirian dan dongeng ini menjadi berwarna karena ada kalian, 3265 mdpl memang
istimewa :D.
Beberapa foto perjalanan:
Masjun_krik, Adi, Ogenk, Mul dan Bang Onge
mulai tracking
hijau
di komplek watu jago
santap
amazing view
indah sekali kawan
jempol
mulai tinggi
Tugu Hargo Dumilah
masih di puncak
kawah kuning
bulan kecil
kuncen
baca ya bro
di Tugu Hargo Dumilah
Sendang Drajat
Makan Nasi Pecel Legendaris
masih ada bulan
5 Sahabat dari 5 Kota yang Berbeda
Salam Jun_krikers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar