Rabu, 01 Oktober 2014

LAWU istimewa #2

LAWU istimewa #2


Minggu 20 April 2014. Pagi itu dingin sekali. Aku membelah kepompongku dan keluar dari keong menyusul Bang Onge. Ternyata diluar hampir terang, ku lihat pemandangan di luar. SUBHANALLAH! WOW! AMAZING! WONDERFULL! PERFECT sekali viewnya. Memang hebat sekali ciptaan Tuhan ini. Dari sekian kali aku mendaki gunung, view inilah yang paling keren. Karena view inilah gunung Lawu selalu menjadi favorite ku sampai saat ini :D. Tak lupa aku ambil kamera untuk mengabadikan momen tersebut. Yeah. Samudera awan masih membiru terhampar luas di bawahku sampai semua penjuru arah mata angin. Ingin sekali diriku terbang diatasnya, berjalan diatasnya, ataupun menyelaminya terjun sampai dasar. Barangkali, awan itu mirip arum manis berwarna biru. Akan ku makan dengan buas sampai habis dan gigiku berwarna biru. Ada yang terselip juga tapi sulit digapai hingga membekas, membusuk hingga gigiku sakit meradang. Mul bangkit dari mimpinya. Menghampiriku dan Bang Onge mengabadikan momen ini dengan lensa kamera. Kami ber-3 seperti berada di negeri atas awan dalam sebuah dongeng sebelum mama mengecup kening ketika tertidur. Si Adi dan Ogenk masih menjadi kepompong dalam keong dan melewatkan momen keren ini. Puas dengan apa yang kami lihat sampai matahari mulai meninggi. Bertiga aku, Mul dan Bang Onge berangkat menuju sendang drajat untuk ambil air suci kemudian ke warung Mbok Yem untuk beli pecel telur legendaris. Botol telah terisi air suci dan 5 bungkus nasi pecel telur legendaris sudah di tangan. Aku mengantar Mul sampai puncak Lawu Hargo Dumilah sedangkan Bang Onge membawa buah tangan menuju tenda lagi. Puas dengan berbagai pose di puncak dan sekitarnya, aku dan Mul kembali menuju tenda di pos 5. Beberapa jalak lawu selalu mengikuti kami saat naik ke puncak ataupun turun ke tenda. Sampai tenda, ternyata Adi dan Ogenk sudah bangun sambil bermimpi. Pecel legendaries itu sudah disantap ber-3. Sisa 2, buat aku dan Mul. Adi dan Bang Onge pamit berkelana ke puncak. Lama kemudian aku dan Mul makan pecel legendaris di atas tebing dan di bawah jurang cukup menganga. Meski makanannya sederhana, tapi dengan view istimewa seperti ini menciptakan rasa lebih daripada makanan di restoran mewah. Ogenk memilih menikmati kesendiriannya dalam keong. Adi dan Bang Onge sudah kembali. Aku masih menikmati makanku. Sepertinya aku makan lama sekali. Selesai makan, ritual foto-foto mulai lagi hingga kabut mulai mengganggu penglihatan. Segera kami packing bawaan untuk pulang.
Kabut mulai tebal, hawa dingin mulai terasa, barang-barang terpacking rapi. Kami melakukan registrasi wajib kepada Tuhan, kemudian turun gunung dengan tempo cepat. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan 2 wanita perkasa. Mereka memakai 2 tas carrier yang besar. Basa-basi aku bertanya. Ternyata mereka benar-benar hanya berdua saja. Yang satu agak gemuk dan yang satu kurus namun manis, kelihatan seperti anak manja. Namun mereka punya tekad untuk memperingati Hari Kartini besok di puncak. Tak ada laki-laki yang menjaganya. Yeah. Mereka wanita perkasa. Tak terasa sampai pos 3, kami berteduh karena langit menangis. Di pos 3 kami bertemu anak kelas 6 SD yang diajak mendaki sama pamannya. Dia nggak rewel minta gendhong lho J. Katanya sih, dia sudah ke puncak Lawu 3 kali. Yeah. Dia bocah ajaib. Dalam usia itu sudah berkelana dalam dunia pendakian. Untung hujan cuma sebentar, kami lanjut jalan menuruni gunung. Di tengah perjalanan aku bertemu seorang gadis dalam sebuah rombongan. Ya menurutku dia cantik, ku goda saja. Tapi sepertinya ada salah 1 laki-laki di rombongan yang marah, mencoba mendorong ku jatuh tapi tangannya kutarik agar sama-sama jatuh. Pada akhirnya aku tak sempat jatuh. Yeah. Mungkin ini konspirasi saja biar dia terlihat gentle :p. Sampai pos 2 kami bertemu rombangan dari Jakarta. Ada 20 orang dan 2 diantaranya wanita dan 1 diantaranya sedang datang bulan. Di pos 2 kami membuat kopi. Ngopi bareng lah sama rombongan Jakarta itu. Lanjut jalan lagi sampai pos 1. Di pos 1 kami beristirahat lagi. Ada warung disana. Aku tergoda untuk beli es Teh. Langsung kutenggak sampai tetes terakhir, sungguh Shugoi rasanya. Lanjut lagi turun gunung sampai basecamp. Kami sampai basecamp sekitar jam setegah 5 sore.
Bang Onge dan Ogenk pamit duluan pulang ke Maospati. Aku dan Adi mengantar Mul sampai terminal Tawangmangu. Di terminal Tawangmangu sudah tidak ada bus menuju Solo. Ku tawarkan saja Mul untuk ikut aku ke Sragen, biar nanti bisa naik bus menuju Jogja. Yeah cukup riskan kalau Mul ikut Adi naik motor ke Solo. Mul tak bawa helm, jika bertemu Polisi jalanan, transaksi tak dapat terelakkan. Adi pulang ke solo dengan skuter maticnya lebih dulu. Aku dan Mul menembus jalanan kampung nan gelap menuju Sragen. Hujan deras di tengah jalan. Kami berteduh di rumah warga. Disini kami diberi kopi dan cemilan oleh warga tersebut. Yeah. Mereka sungguh baik, mereka menerima kami seperti tamu sendiri. Padahal mereka tidak mengenal kami. Hujan reda, lanjut melewati jalan gelap lagi sampai akhirnya tiba di jalan Raya Sragen depan alun-alun. Ku stop bus arah Jogja dan Mul masuk menungganginya sambil mengucap salam perpisahan kami. Aku kembali minum susu jahe di angkringan buat sekedar jajan malam. Aku pun pulang ke rumah. Sampai rumah aku diwawancarai oleh orang rumah karena aku tidak pamit keluar mendaki gunung. Yeah apa boleh buat. Di rumah tidak ada 2 adikku, mereka pergi main dan mau bilang ke Ibu tiri pun aku agak sungkan. Sedangkan telfon/SMS ke Bapak aku nggak punya pulsa :p. Setelah mandi aku siap-siap untuk berangkat ke Semarang. Aku akan kembali kuliah esok harinya.
Tak ada rasa capek saat itu. Rasa rinduku akan ketinggian telah terobati. Aku mendapat teman baru yang sehobi nan asyik dan kami berjanji akan mendaki gunung bersama lagi suatu saat. Terimakasih Mul, Adi, Bang Onge dan Ogenk. Akhirnya aku tidak jadi mendaki sendirian dan dongeng ini menjadi berwarna karena ada kalian, 3265 mdpl memang istimewa :D.
Beberapa foto perjalanan:


Masjun_krik, Adi, Ogenk, Mul dan Bang Onge

mulai tracking

hijau

di komplek watu jago

santap

amazing view

indah sekali kawan

jempol

mulai tinggi

Tugu Hargo Dumilah

masih di puncak

kawah kuning

bulan kecil

kuncen

baca ya bro 

di Tugu Hargo Dumilah

Sendang Drajat

Makan Nasi Pecel Legendaris

masih ada bulan

5 Sahabat dari 5 Kota yang Berbeda


Salam Jun_krikers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar