Sabtu, 13 Desember 2014

Anti mains-tream Gn. Lawu #via cetho 2

Anti mains-tream Gn. Lawu #via cetho 2


Minggu, 17 Agustus 2014, pagi itu begitu cerah dan dingin sekali hingga menusuk tulang. Aku bangun dan langsung bakar rokok. Kemudian keluar tenda, kupilah-pilah semak-semak dan cuuurrrrr keluarlah air terjunku. Rombongan ganaspati rupanya sudah melanjutkan perjalanan summit. Kubangunkan sahabatku yang masih aras-arasan bangun. Devindra mengeluh belum tidur karena kedinginan *kirain belum mandi wajib hahaha. Aku pun membuat kopi sedangkan rian dan akhsan keluar membuat api unggun *telat bro aturan tadi malem, ini udah pagi hehehe. Setelah segar menyantap kopi yang kubuat, aku keluar untuk jalan-jalan. Yeah, view di bulak peperangan ini serasa di pegunungan luar negeri *mirip Alaska in summer. Lembah sabana ini memiliki keindahan yang tak bisa didustakan. Pucuk-pucuk pinus mulai berkilau keemasan menyambut hangatnya sang mentari.
Kami melanjutkan langkah untuk summit setelah packing dan mengabadikan view di post 5 ini. Kami berjalan perlahan membelah sabana yang diapit 2 bukit cemara kemudian nanjak dan terhamparlah luas sabananya Gn. Lawu. Sampai disini track sudah tidak terjal seperti hari sebelumnya, Landai dan begitu panjang di tengah luasnya sabana. Yeah, serasa di Afrika bro B-). Kami juga melewati sendang tapak menjangan yang mongering karena kemarau. Cuaca pagi di sabana sangat cerah dan terik namun lucunya kami malah kedinginan dengan nafas tersengal-sengal kehabisan oksigen hahaha. Yang jadi masalah sangat urgent adalah habisnya stok air minum kami. Entah apakah kami terlalu boros, padahal kami bawa lebih air minum -_-. Maka dari itu kami berjalan lambat sekali seperti keong :D dan semoga saja masih ada sisa air di sendang drajat . Puncak Gn. Lawu yaitu Hargo Dumilah sudah terlihat dan ramai pendaki. Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun terdengar menandakan upacara sudah dimulai *kami ketinggalan upacara -_-. Tak apa, kami pun lanjut mendaki bukit cemara lagi namun tidak begitu terjal. Jalurnya begitu sempit karena harus menerobos edelweiss, cantigi, cemara maupun pinus muda *awas nyangkut. Berbagai Gunung Jawa Timuran juga terlihat jelas dari bukit cemara ini, diantaranya Gn. Wilis, Kelud, Arjuno-Welirang, bahkan Semeru dan paling jauh Pegunungan Argopuro. Yeah, beberapa kali kami juga ber pas-pasan dengan pendaki lain dan salah satunya om-om dari kijang lawu. Setelah bukit cemara terlewati, kami begitu lemas karena kelaparan dan kehausan -_-. Alhasil kami pun makan mie mentah untuk mengganjal perut tapi seret karena tak ada minum -_-. Setelah mie diganyang kami melangkah lagi, tak berapa lama kami memasuki kawasan pasar dieng atau pasar setan *hiiii. Kawasan pasar dieng adalah salah satu kawasan mistis dari Gn. Lawu terdapat batu tersusun maupun berserakan disini, bahkan ada dupa yang menyala :/. Jalur disini tidak begitu jelas maka harus waspada dan sulit mengenali patokan jalur agar tidak tersesat. Untung saja aku cukup jeli melihat tanda plang arah panah menuju puncak berwarna biru sehingga aku memanggil rian yang berjalan lurus di depan. Yeah, akhirnya setelah berjalan sebentar sampailah kami di Hargo Dalem dan mampir di warung mbok yem yang melegenda *cmiiw.
Di warung mbok yem kami mendapat kabar bahwa sendang drajat sedang kekeringan dan di post 5 via cemoro sewu sedang terjadi kebakaran akibat lalainya pendaki yang tak mematikan api unggun . Sungguh mengenaskan sekali kondisi kami saat itu. Kembali lagi kami positif thinking dengan berfikir akan meminta minum temannya rian atau temanku jika bertemu mereka sampai puncak. Yeah, semoga saja. Setelah mendapatkan nasi pecel yang dibeli dengan antri, kami langsung summit, berharap bertemu dengan teman kami meminta air minum *_*. Normalnya dari warung mbok yem-puncak ditempuh 15 menit tetapi karena lapar, haus terasa sangat lama dengan kondisi yang panas dan berdebu hohoho. Tak jarang aku mengunyah daun cantigi untuk mencari serat air meskipun daunnya penuh debu hohoho. Bahkan tanpa malu dan basa-basi aku minta air kepada pendaki yang lewat tapi banyak yang menolak secara halus. Hanya sesosok bidadari cantik yang menyelamatkanku dan temanku dari kehausan. Dia memberikan air minum meskipun cuma sedikit . Makasih ya cantik kau sungguh baik hati *aku tak sempat berkenalan dengannya hohoho. Kami sampai di puncak Hargo Dumilah pukul 09.30. kami frustasi karena tak ada yang kami kenali untuk meminta air minum hohoho. Akhirnya tanpa malu namun dengan basa-basi aku mencoba meminta air minum seikhlasnya untuk pulang via candi cetho kepada om-om kijang lawu yang kami temui sebelumnya. Alhasil dengan perdebatan cukup panjang antara anggota dan kapten kijang lawu, kami diberikan air minum 1 botol. Kami pun bersyukur karenanya dan tak lupa sangat berterima kasih padanya. Mereka bagai malaikat yang menyelamatkan kehidupan kami saat itu *_*. Kami pun berfoto bersama mereka sebagai kenangan indah di Hargo Dumilah. Om-om kijang lawu pamit turun melewati jalur cemoro kandang. Kami ber-4 masih di puncak, bermain-main di ujung dunia dan mengabadikan momen HUT RI atau 17 Agustusan. Terlihat juga asap kebakaran yang membumbung tinggi dari ujung dunia ini :/.
Yeah, kami turun dari puncak pukul 11.00 kemudian singgah di warung mbok yem untuk makan pecel. Kami juga memesan 4 gelas teh hangat, kemudian dituangkan dalam botol untuk bekal pulang. Akhsan, rian dan devindra tidur karena kelelahan. Aku pun mencoba untuk tidur namun tidak bisa karena cuaca sangat panas -_-. Yeah, aku melek saja sambil menunggu mereka tidur juga bercuap-cuap dengan pendaki lain di luar. Banyak pendaki yang unik dan nyentrik dengan penampilan mereka untuk memperingati hari kemerdekaan RI ini, ada yang memakai kostum anak SD, SMP, SMA, bahkan ada wirosableng, sintho gendeng, gatot koco, superman, batman dkk juga hahaha. Yeah, sungguh meriah sekali suasananya.
Tepat pukul 12.45, aku membangunkan sahabatku untuk lanjut turun. Setelah siap, kami langsung turun dari Hargo Dalem sampai pasar dieng. Nah, di tempat inilah kami tersesat hahaha. kami mencoba mencari jalan keluar dari pasar dieng namun tidak menemukannya. Semua sudah terlihat emosi dan frustasi sehingga aku sedikit kesal. Ada 2 pendaki yang ikut bersama kami, mereka berjalan keluar pasar dieng namun setelah beberapa langkah kami ikuti, aku tak mengenal jalurnya dan berbeda dengan saat berangkat. Sepertinya jalur itu menuju puncak tower. Kami balik ke pasar dieng lagi, diawali dengan berdo’a kemudian mencari petunjuk plang biru arah puncak yang kutemukan saat berangkat. Alhamdulillah kami menemukannya plang tersebut disusul dengan jalur pendakian arah candi cetho. Kami pun langsung turun gunung dengan cara berlari. Di belakang kami 2 pendaki tadi mengikuti kami dengan cara memotong jalur *ternyata mereka tersesat hahaha. Sampailah kami di post 5/bulak peperangan untuk beristirahat minum sedikit-sedikit. Rombongan ganaspati juga sudah bersiap untuk turun. Yeah, kami turun bersama mereka dengan susul menyusul saat berhenti di post 4 dan post 3. Dari post 3 inilah formasi rombonganku dan ganaspati tercerai berai, mungkin lelah hehehe. Aku sampai di post 2 lebih dulu bersama rombongan ganaspati. Tak lama kemudian akhsan sampai di post 2. Yeah rombongan ganaspati sangat baik memberi kami air minum, cemilan dan rokok padaku dan akhsan karena air minum kami masih berada di belakang. Lama sekali kami menunggu rian dan devindra sampai di post 2. Ternyata ada insiden kaki rian terkilir dan diobati sesampainya di post 2.
Setelah dirasa sembuh kami turun dengan perlahan mengawal rian. Sedangkan rombongan ganaspati sudah ada yang turun dulu dan masih ada yang di belakang. Sesampainya di post 1 aku dan akhsan turun dulu karena merasa gila akibat kehausan. Rian dan devindra menyatakan kesantaiannya dengan bekal beberapa teguk air di botol. Yeah, aku dan akhsan berlari untuk turun berharap ada air mancur di ladang. Sesampainya di ladang, kami tak menemukan air mancur seperti yang dilihat saat berangkat mendaki. Hal inilah yang membuat aku dan akhsan semakin malas untuk berlari lagi -_-. Sehingga langkah-langkah kecil mengiringi jalannya turun gunung melewati candi kethek, sungai kering, puri saraswati dan warung di sebelah candi cetho inilah aku dan akhsan beristirahat. Leyeh-leyeh dengan segelas es teh dan kepulan asap rokok masing-masing. Kemudian beberapa anggota ganaspati juga beristirahat disini. Pukul 17.15 anggota pendakian anti-mainstream sudah lengkap di warung. Yeah, rian dan devindra memesan hal hal yang sama di warung. Setelah warung tutup, kami jalan-jalan dulu di depan candi cetho menikmati matahari terbenam di ufuk barat. Sayangnya tidak terhampar lautan awan seperti kemarin, namun sunset tetap begitu jingga dan indah. Kami mengabadikan momen tersebut dengan beberapa anggota ganaspati. Salah satunya mas lingga karena dia juga kuliah di Semarang maka kami saling bertukar kontak. Mungkin suatu saat bisa mendaki bersama .
Setelah langit mulai hitam, kami ber-4 pamit pada mereka untuk pulang terlebih dahulu. Kami tak lupa mengembalikan peralatan pendakian di Jenawi. Namun cukup menjengkelkan karena ban motor devindra bocor. Setelah ban di tambal, kami mampir ke rumah devindra untuk makan. Kemudian aku pulang dan karena kemalaman atau takut pulang akhirnya akhsan menginap di rumah ku :p. Yeah, akhirnya misi pendakian anti-mainstream ini sukses dilaksanakan meskipun banyak kekurangan. Terima kasih rombongan ganaspati, om-om kijang lawu dan sesosok bidadari penyelamat atas bantuannya. Sebuah pengalaman yang luar biasa bersama para sahabatku yang kompak, begajulan, serampangan, ugal-ugalan dan tak kenal menyerah, apalagi disaat-saat kendaan sulit dan tergenting sekalipun .
Salam jun_krikers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar