Rabu, 29 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #3

Bidadari Penyelamat #3
Suatu hari di libur panjang akhir tahun. Aku berniat mengajak dia dan temannya mendaki Gunung Merbabu. Yeah, untuk meyakinkan hatinya lebih baik membangun chemistry saja saat melakukan pendakian nanti, pikirku. H-1 pendakian, dia dan temannya fix menyatakan kesanggupannya. Schedule keren sudah ku persiapkan. Okelah, aku bersama adikku juga telah siap peralatannya. Pagi di hari H pendakian, sunyi tak tak ada kabar. Aku dan adikku sudah siap berangkat ke basecamp. Masih menunggu kabar dia dan temannya. Apakah ikut atau tidak. Siang menjelang, ada BBM dari temannya tidak jadi ikut. “Kenapa ni?”, tanyaku. “Entahlah, kalau dia ikut gua juga ikut, mendadak banget tiba-tiba dia bilang gak bisa, padahal gua udah siap”, jawabnya sambil pake emot sedih-sedih gitu. Aku mencoba mencari tahu alasan kenapa. BBM-ku ke dia tak ada yang terkirim atau mungkin tak dibaca. Ah sedih sekali hatiku. Kapan lagi aku bisa mengusir kegalauan hatiku akan dia. Alhasil aku dan adikku tetap mendaki Gunung Merbabu tanpa dia . Saat pendakian, aku sungguh kagum disuguhi keindahaan sunset di atas awan sabana 1 Merbabu. Sayang, dia tak ada disampingku. Yeah, sunset yang tenggelam serasa tak seindah tanpa dia disini . Pagi harinya aku diterpa badai hingga puncak dan kehujanan sewaktu perjalanan turun ke basecamp. Yeah, pupus sudah harapanku untuk membangun chemistry dengannya. Aku tak tahu harus bagaimana menahan rindu ini. Beberapa hari kemudian, BBM-ku dibalas. Katanya nggak disetujui orangtuanya sehingga tidak berani mendaki. Okelah, aku mengerti dan paham keadaannya. Nanti ku kirim saja foto secarik kertas di atas puncak yang berisi pesan aku kangen dia.
Hari berlalu hingga hari di akhir tahun, aku tak tahan mengungkapkan isi hati yang sebenarnya. Bagaiamana caranya? Aku tahu jarak ku dan dia begitu jauh. Aku juga tak tahu apakah dia sedang menjalin hubungan. Jika dia sedang menjalin hubungan apa daya aku bisa apa? Aku telah mencintai orang yang salah bahkan bertepuk sebelah tangan dan percuma aku menghabiskan waktu untuk memikirkan dia. Hari itu, Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah pertamaku telah selesai. Aku bergegas menuju Solo karena ada konser tahun baru-an bersama SlanK. Sebelum ke tempat konser, aku mampir di warung burjo Sadam, temanku yang di Solo. Nagih traktir makan nasi omelet+kopi buat tahun baruan wkwkwk.
Senja kini berganti malam menjelang tahun baru. Senja yang kulihat dari teras warung burjo berbeda dari biasanya. Senja kali ini tidak jingga seperti biasanya. Senja terlihat tersipu malu ditutupi awan kelabu. Namun cahaya senja mampu menembus awan kelabu. Cahayanya yang keemasan menyinari sela kolong langit. Apakah pula dia cintaku yang berbeda dari biasanya?
Ni, gua boleh kepo nggak? Si Tria udah punya pacar belum? Gua sebenarnya suka dia tapi kalau ditanya kenapa gua juga nggak tau kenapa tapi gua yakin sama perasaan gua. Kalau semisal dia lagi pacaran ya gua mundur aja cari yang lain. Soalnya ini tahun baru sih pingin punya semangat baru juga apalagi gua lagi berjuang :D”, BBM-ku pada Yuni, temannya Tria, Gadis yang ku suka.
Yuni balas BBM-ku dengan begitu banyak emot yang ngakak-ngakak,”hahaha, entah Bang kayaknya dia lagi balikan sama mantannya yang tetanggaan gitu, katanya kuliahnya di Solo. Nanti gua kasih tau lagi Bang. Tenang gua dukung kok. Lo kan udah gua anggap Abang sendiri hahaha.”
Aku begitu sedih mendengar kalau dia sedang pacaran. Detak jantungku serasa berhenti seketika. Aku mati sebentar. Dia yang berbulan-bulan dan selama ini kutunggu, kunanti dan kurindukan tak sesuai dengan harapanku. Yeah, aku sepertinya terlalu berharap sehingga aku lupa ada yang dekat. Kenapa aku harus memilih dia yang jauh dariku? Dia yang tak tahu seperti apa aku? Dia yang bertemu denganku tak lebih lama dari 2x24 jam? Dia yang berbicara padaku tak lebih dari 24 kata? Dia yang hanya teman sependakianku? Dia yang aku tak tahu siapa dia? Yeah, sepertinya kali ini aku terlalu bodoh karena mudah jatuh cinta. Mengingat senyum manisnya membuat aku selalu rindu dan memikirkannya hingga berbulan-bulan. Kini tak tahu harus melakukan apa. Getir rasanya. Pupus sudah. Ah, sudahlah lupakan saja, mungkin ini bakal jadi cerita cinta yang tak terungkapkan bagiku. Barangkali dia jodoh, pasti bertemu lagi dengan dia, selagi hobi kita yang sama-sama suka berpetualang .
Setelah rasanya aku mati sebentar. Aku pamit pada Sadam untuk menonton konser SlanK. Yeah, semakin larut malam semakin banyak para Slankers yang menanti konser Slank di Lapangan Kopassus. Akhirnya SlanK tampil juga. Lagu-lagu yang dibawakannya membawa emosi ku larut, di lagu gembira aku menjadi ikut gembira, di lagu sedih aku menjadi ikut sedih bahkan menangis iya aku benar-benar menangis di tengah keramaian. Lagi pula tak ada kenal karena aku hanya sendiri menonton konser di tengah keramaian. Cuek saja. Hingga akhirnya kembang api mulai menghiasi langit malam. Pertanda tahun baru tiba. Ingin rasanya bergandeng tangan sambil melihat kembang api jika memiliki kekasih pada saat itu. Lagu penutup dari SlanK ~ Kamu Harus Pulang, pertanda konser usai dan aku harus pulang. Aku pulang tanpa dendam namun banyak beban. Aku kalah. Aku payah. Kembali menjalani hidup yang biasa. Tak ada yang peduli bahkan mengkhawatirkanku. Mungkin jika aku mati tak akan ada orang yang bersedih atas kematianku. Tapi aku tak ingin mati dengan bunuh diri atau mati secepat itu. Selamat datang kehidupan semester tingkat atas yang tak berwarna namun bermakna. Iya bermakna karena aku bakalan tahu orang yang benar-benar peduli terhadapku bukan hanya memanfaatkanku. Yeah, resolusi tahun baru, semoga urusan studiku dilancarkan, mendapat pekerjaan, membahagiakan orang tua, menemukan bidadari penyelamat sebagai penyemangat baruku. Amien.
Bersambung.....



Bidadari Penyelamat #2

Bidadari Penyelamat #2
Waktu terus saja berlalu, aku menjalani hidup seperti biasanya. Kuliah dengan tugas yang membabi buta diselingi menyusun proposal skripsiku. Meskipun begitu kusempatkan petualang-petualangan bersama teman-temanku dengan cerita-cerita yang mengasyikan maupun memilukan. Namun semua tanpa cinta.
Kejadian waktu di Sindoro membuat ku selalu terkenang namun tak membuatku tenang. Pertengkaranku dengan Kai, temanku, membuat kami kehilangan hangatnya persahabatan. Persahabatan yang bermula dari petualangan di atas ketinggian. Entahlah, semua berakhir begitu saja dan segalanya sudah berubah. Meskipun kami sudah saling meminta maaf.
Mengingat kejadian di Sindoro membuatku mengingat dia. Yeah, dia gadis yang aku sukai. Apa kabar dia gadis yang aku sukai? Yeah, sepertinya aku merindukannya. Aku mencoba menghapus segala tentangnya dengan dekat gadis-gadis lain namun dia selalu saja ada di dalam benak pikiranku. Hingga akhirnya ada yang invite BBM-ku dan FB-ku. Setelah ku approve aku tahu ternyata dia adalah gadis yang ku suka. Mungkin ini rezeki anak sholeh :D. Aku bergembira sekali dan bersorak kegirangan. Namun, aku bingung tak tahu harus berbuat apa. Apakah aku harus caper buat ngejar-ngejar dia? Hahaha. Aku tak pandai melakukan itu ataupun hanya sekedar merayu. Barangkali temanku sendiri kesal dengan sikapku yang cuek, jutek bahkan tak peduli lingkungan sosial. Aku hanya seorang yang pendiam, ngomong seperlunya/jika ditanya sehingga pasti sangat menjengkelkan dan terkesan sombong bagi orang tidak mengenal diriku sepenuhnya. Yeah, mungkin kesehatan emosi yang buruk menjadikan sistem proteksi kejiwaanku seperti ini.
Untuk urusan cinta pun demikian. Terkadang hanya menjadi pengagum saja hingga tak berani mengungkapkan isi hatiku. Ku jalani hanya menjadi teman baik atau kakak-adik saja. Cukup pahit memang. Jika dibilang PHP? Entahlah, hanya saja perasaanku tak yakin pada mereka. Meskipun aku pernah menjalin hubungan pacaran dengan 4 gadis sebelumnya itupun terlalu singkat dan lebih lama sendirinya. Sakit hati? Yeah, sudah biasa bagi ku. Bahkan bisa dibilang aku trauma dengan sakit hati. Penolakan dari cinta pertamaku masih membekas hingga saat ini. Mengajarkanku bahwa cinta tak harus memiliki. Yeah, bodoh sekali dengan ucapan kata-katanya itu. Setuju dengan lagu marjinal yang mengatakan cinta itu pembodohan. Pembodohan jika cinta tak harus memiliki. Bukankah cinta itu bentuk rasa ingin memiliki? Makanya cinta harus memiliki. Cinta itu egois, cinta itu tak pernah salah dan yang salah adalah waktunya atau orangnya. Yeah, meskipun begitu aku yakin akan menemukan kebahagiaan atas nama cinta.
Belajar cinta dari 4 gadis selanjutnya. Gadis pertama mengajarkanku untuk tidak memaksakan perasaan. Yeah, berawal dari ingin merasakan rasanya berpacaran setelah ditolak, aku memaksakan perasaanku. Meskipun sama-sama pertama pacaran dan terkesan indah namun aku tak suka dengan diriku yang munafik ini. Berakhirlah dengan baik untukku dan terkesan kejam untuknya. Namun dapat diselesaikan dengan baik karena pada dasarnya memang tidak disetujui oleh ortunya karena ini masih cinta monyet. Gadis kedua mengajarkanku berhati-hati dan jangan mudah percaya menjalin hubungan. Kecantikannya membuatku terlena hingga tak sadar aku dibohongi, ditinggal tanpa alasan dan lama kemudian aku tahu dia selingkuh. Yeah, rupanya dia memilih yang lebih tajir. Yeah, tak apalah. Wajar jika wanita lebih rasional memilih. Da aku mah apa atuh? :D namun yang tak habis pikir dia berubah menjadi nakal. Selang beberapa tahun tak ada kabar. Ternyata dia sudah menikah dan bahagia dengan anaknya yang masih kecil. Selamat yah :D. Gadis ketiga mengajarkanku bahwa menjalin pacaran jarak jauh (LDR, bahasa kerennya) itu tidak mudah. Banyak masalah hingga akhirnya berpisah karena dia tak kuat dan pergi meninggalkanku begitu saja. Gadis keempat mengajarkanku bahwa cinta dengan perbedaan ras itu tidak bisa dipaksakan bersatu selamanya. Pasti ada hal yang menyulitkan bersatu akibat budayanya dan masalah keluarga nantinya. Yeah, meskipun seiman. Niatku membahagiakan dia yang selalu terlihat sedih karena menderita kanker kelenjar getah bening dengan cinta yang apa adanya sia-sia saja. Terima kasih kalian barisan mantan yang membuatku terlatih patah hati. Hahaha apalah ini :D.
Kembali ke topik pada gadis yang kusuka. Aku jarang nge-BBM dia. Paling banter pas minta foto-foto pendakian Sindoro aja. Namun diam-diam kepoin status BBM/FB-nya bahkan nyolong foto selfienya juga wkwkwk. Gilanya foto pendakian yang ada aku dan dia, ku crop, ku perbesar dan ku pajang menempel di tembok kamar kostku wkwkwk. Apakah ini yang dinamakan cinta? Entahlah, aku masih belum yakin. Hari demi hari, bulan ke bulan semakin gawat. Aku tak tahu harus bagaimana untuk berhenti memikirkan dia. Ku coba menulis dongeng “masker dan gunung” untuk mengenangnya (emang dia sudah inalillahi kok dikenang? hahaha). Seperti dongeng “masker dan kereta” yang kutulis untuk mengenang seseorang namun tak tahu namanya, tak punya kontaknya. Namun dongeng “masker dan gunung” berbeda. Aku tahu orangnya dan aku punya kontaknya sehingga aku minta tanggapannya dari dongengku :D. Ternyata dia menyukainya :D. Entah berapa hari entah berapa bulan kemudian, aku semakin menggila untuk tidak memikirkannya. Kali ini aku yakin kalau aku jatuh cinta dengan dia yeah cinta dia. Yeah, dia bakal jadi target operation ku selanjutnya. \\(^_^)//
Bersambung.....



Rabu, 22 Juli 2015

Bidadari Penyelamat #1

Bidadari Penyelamat #1

Aku pernah mengenal Cinta meskipun selalu berakhir nestapa. Entah mengapa selalu saja berakhir demikian dan begitu menyakitkan. Mungkin, aku ditakdirkan untuk tidak membahagiakan mereka atau mereka yang ditakdirkan untuk tidak membahagiakanku. Tapi, aku yakin pada akhirnya aku akan menemukan kebahagiaan atas nama Cinta. Kini, aku hanyalah orang yang terjebak oleh racun. Racun yang menggugahku selalu berkelana mencari ketenangan jiwa. Dimana ketenangan jiwa ku dapatkan di alam yang indah atau di atas ketinggian. Terlebih semenjak ditinggal Ibu tercinta kehadapan Sang Illahi. Aku lebih sering berkelana karena hati selalu tak tenang.
Pada suatu hari seorang teman mengajakku mendaki ke Gunung Sindoro. Aku terpaksa ikut menjadi leader karena personil lebih banyak pemula dan perempuan. Tiga laki-laki termasuk aku dan 6 perempuan. Saat itulah aku bertemu dengannya. Seorang perempuan yang begitu menarik perhatianku. Dia teman kuliahnya temanku. Aku tak bisa melihat wajah perempuan itu secara penuh karena dia memakai masker. Seperti biasa aku selalu menerka-nerka dan membully bagaimana wajah seorang bermasker jika maskernya dibuka :D. Yeah, meskipun ku lakukan itu secara sembunyi-sembunyi dan bakalan ngakak di dalam hati :D. Pada akhirnya dia membuka maskernya. Aku dapat melihat wajahnya. Wajahnya yang begitu manis. Apalagi dia selalu tersenyum. Sepertinya aku suka dia. Yeah, hanya sebatas suka. Ku perhatikan dia tak begitu banyak bicara. Meskipun aku sempat memboncengnya ke tempat penyewaan alat outdoor. Mungkin dia pendiam?
Saat mendaki. Dia seperti tak pernah lepas dari maskernya. Dia juga tak banyak bicara. Ingin ku berbicara dengannya. Tapi aku tak tahu harus berbicara apa? Aku hanya mengenal namanya saja. Biarlah aku terlihat cuek. Aku jalani peranku sebagai pemandu petualangan di ketinggian ini. Personil pecah karena ada yang memilih pulang dan ada yang memilih lanjut sampai puncak. Kami sampai puncak dengan personil tersisa. Temanku lebih dulu turun menyusul personil yang pulang. Entahlah aku tak tahu jalan pikirannya yang membuat pecah personil yang tersisa. Terlebih kurangnya personil laki-laki yang tinggal 2 orang saja. Itu yang membuatku kesal padanya.
Turun dari puncak. Kami terlalu asyik dengan cara berlari. Perempuan yang ku suka jatuh terguling-guling dan salto. Beruntung dia tidak terluka parah ataupun patah tulang. Namun, pasti sakit sekali untuk seorang perempuan seperti dia. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku terlambat membantunya meskipun hanya memapahnya untuk berjalan. Disamping itu perutku terasa mual karena hasrat ingin BAB. Sial sekali nasibku dan terpaksalah BAB di atas ketinggian. Menjelang malam kami sampai rimbunnya hutan. Beruntung sekali kami bareng dengan mas-mas pendaki yang turun. Perutku sakit dan ingin BAB lagi. Terpaksa ku tinggal perempuan yang ku suka dan personil lain untuk membuang BAB ku di basecamp. Aku turun sendiri berlari kencang di tengah gelap hutan. Aku kesal sekali dengan kesialan ini. Lebih-lebih ada gangguan makhluk tak kasap mata. Entah mengapa aku tak kunjung keluar dari hutan. Aku menghitung jumlah jembatan kayu yang seharusnya dilewati terasa sangat tidak wajar. Aku muak dengan kesialan ini. Aku memaki-maki dengan apa yang terjadi. Dengan sabar kulalui semuanya. Aku sampai post 1 lalu mengojek sampai basecamp lalu BAB di WC Masjid.
Tiba di basecamp, kulihat temanku asyik tidur di emperan basecamp. Aku kesal sekali melihatnya yang meninggalkan kami duluan dan tak mengetahui apa yang terjadi. Selesai dengan urusanku BAB kemudian mencari makan. Tiba di basecamp, kekacauan pecah dengan kabar yang tak mengenakan dari keadaan perempuan yang ku suka di atas sana. Temanku menyalahkanku. Aku yang masih kesal padanya, membela diri dan kembali menyalahkannya. Kami bertengkar hebat dan tak ada yang memisahkan. Namun aku lebih mengalah karena ini tak kan menyelesaikan masalah. Meskipun kata-kata rasis yang keluar dari mulutnya diakhir pertengkaran, aku mencoba sabar dan lebih baik diam. Aku mencoba tidur di basecamp namun tak bisa tidur karena memikirkan keadaanya. Orang-orang basecamp menjemput perempuan yang ku suka ke atas. Yeah, semoga tidak apa apa disana. Aku merasa bersalah karena tak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa berdo'a yang terbaik untuknya. Akhirnya dia tiba di basecamp dan dirawat. Yeah, aku masih bersikap cuek padanya. Aku tak tahu harus melakukan apa padanya. Yeah sudahlah aku pun tidur di dalam basecamp.
Pagi hari, semua sudah terbangun dan bersiap-siap untuk pulang. Yeah, kami pulang tanpa pamit satu sama lain karena kejadian kemarin dan kesialan demi kesialan ini. Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi perempuan yang ku suka :(

bersambung.....

Pendakian Gn. Sindoro via Sigedang, Tambi

Pendakian Gn. Sindoro via Sigedang, Tambi
















11/06/2015
Kulitku masih hitam karena telah mendaki Sumbing. Selang seminggu kemudian aku kembali lagi ke wonosobo mendaki Gunung Sindoro. Pendakian Sindoro kali ini menggunakan jalur utara yaitu Desa Sigedang, Tambi, Kab. Wonosobo. Personil yang berpartisipasi teman kuliahku yaitu Ferri, Ilham dan Yuli. Kami berangkat dari Semarang dan sampai basecamp pada malam hari. Rencana kami akan naik malam ini juga. Di basecamp, kami berjumpa dengan Mbah Amin selaku Juru Kunci sekaligus pengelola basecamp. Kami diberi teh hangat menghapus hawa dingin, arahan dan masukan sebelum melakukan pendakian.
Pukul 22.00 kami mulai mendaki. Melewati jalanan aspal desa hingga pos masuk perkebunan teh. Di perkebunan teh track berupa makadam melewati post 1 hingga post 3 dengan jaraknya begitu jauh karena jalurnya mengular. Untuk mempersingkat waktu kami mencoba melewati jalan pintas di tengah perkebunan teh yang berupa track tanah. Namun sempet kesasar jauh sekali hingga balik ke jalur makadam hahaha. Maklum kami baru pertama kali mencoba jalur via sigedang ini ditambah gelapnya malam hari hahaha. Namun lampu-lampu desa dan titik titik bintang di langit selalu menghibur kami saat ngetrack terutama saat kesasar :p. Setelah melewati post 3 dan perkebunan teh habis, track tanah sedikit berbatu di tengah hutan yang tidak terlalu lebat. Vegetasi hanya berupa pohon yang tidak terlalu tinggi dan semak belukar. Disamping itu, jalurnya banyak percabangan namun terdapat petunjuk jalur yang benar. Setelah sampai di ladang batu, kami ngecamp karena sudah kelelahan.
12/06/2015

Tak terasa hari sudah pagi. Kami pun ketinggalan momen sunrise . Namun view pegunungan dieng yang indah telah melipur lara kami. Setelah masak dan ngopi ngopi, kami lanjut ngetrack ke puncak. Track berupa tanah dan berbatu menjelang puncak. Kami melewati tebing yang indah yang biasa disebut congor petruk atau watu susu. Entahlah kenapa disebut watu susu aku tak tahu :D. Kami sampai puncak tepat pukul 11.00. Sangat panas cuaca karena matahari berada di dekat kepala. Namun angin membawa hawa dingin yang membuat kami menggigil. Kami sangat lama berisitirahat dan menikmati keadaan di Puncak. Puncaknya begitu luas dengan segara wedi, beberapa kawah mati dan terdapat 1 kawah yang aktif. Di kawah aktif menyemburkan asap belerang yang cukup pekat bau nya sehingga kami tak lama-lama berada disana. Setelah puas di puncak kami turun kembali ke tempat camp. BerisirahaGumpalan awan-awan raksasa, Gunung Slamet dan Ciremai setia menghibur kami saat turun hingga sang surya teggelam. Kami sampai perkebunan teh dalam kondisi sudah gelap. Yeah, sayang sekali tak bisa melihat hamparan hijaunya perkebunan teh hahaha :D. Setelah sampai di post 3 kami beristirahat dan bertemu dengan rombongan pendaki asal Banjarnegara. Tak sungkan-sungkan kami diberi salak manis oleh mereka. Makasih ya mas-mas hehehe. Kami lanjut turun ke basecamp mencoba lewat jalur pintas lagi yang pernah membuat kami kesasar saat mendaki. Namun, saat turun kami tidak kesasar karena jalurnya benar. Kami sampai di basecamp pukul 22.00 dan menginap di basecamp untuk pulang esok harinya.
Salam Jun_krikers :)

Tek-Tok Edan ke Gunung Sumbing

Tek-Tok Edan ke Gunung Sumbing

















06/06/2015
Tak terbesit di pikiran bakalan ngetrip mendaki ke Gn. Sumbing 3371 mdpl lagi karena sepupu ku, Ilham yang minta diantarkan. Bagaimana tidak karena tidak perencanaan sama sekali di hari-H. Sangat mendadak. Terlebih ajakan itu ku dapat saat masih berada di Puncak Gunung Ijo, Kab. Kulon Progo. Saat itu pula aku langsung turun dan menuju kosannya.
Berangkat dari Jogja jam 22.45 malam kami berangkat setelah belanja logistik di minimart yang buka 24 jam. Sampai di Basecamp Garung Kab. Wonosobo jam 00.15. tepat jam 01.00 kami mulai mendaki. Dengan kecepatan dengkul racing kami tiba di post pestan jam 04.00. Di Pestan kami menikmati sunrise sambil masak makanan dan ngopi ngopi. Lanjut ngetrack ke puncak jam 7.00 dan sampai di Puncak Kawah jam 10.00. Menikmati suasana puncak sangat lama hingga siang menjelang sore dan kabut tebal mulai menyelimuti. Kami turun dari puncak dengan segera menghindari jika terjadi hujan. Deru angin juga begitu kencang. Namun setelah sampai Pasar Watu cuaca cukup galau yang terkadang mendung kemudian cerah dengan angin yang cukup kencang. Kami beristirahat disini cukup lama. Turunan terjal dari Pasar Watu hingga Pestan kami lalui dengan cara yang sangat konyol hahaha (Red: perosotan). Ketika turun dari Pestan-Post 1 kami sering beristirahat karena mempersilahkan pendaki yang baru naik. Entah berapa banyak rombongan. Pokoknya mereka pada ganteng-ganteng dan cantik-cantik gagah dengan ransel besar dipunggungnya dibandingkan kami yang memakai daypack kecil :3. Maklum kami pemula Hahaha :D . Biarpun pemula, kami tidak nyampah di gunung karena kami buka pemula biasa Hahaha :D. Tiba di basecamp jam 19.00 karena kami beristirahat sangat lama di Post 1. Kemudian kami pulang ke Jogja dengan hati senang.

Yeah, pendakian Gunung Sumbing ini kami lakukan dengan tek-tok. Berangkat-Muncak-Pulang tanpa ngecamp. Mungkin terbilang edan jika melihat track Gunung Sumbing yang cadas \m/. Kami hanya membawa bekal yang minimalis namun berguna dalam pendakian. Alhamdulillah kami Berangkat-Muncak-Pulang dengan selamat. 

Salam Jun_krikers :)

Trip ke Gunung Ijo Kab. Kulon Progo

Trip ke Gunung Ijo Kab. Kulon Progo












05/06/2015
Hampir satu minggu ku habiskan waktu di Kota Jogja. Padahal seharusnya aku menyibukkan diri untuk skripsiku. Tapi apa daya laptopku masih koma. Tak ada yang bisa dikerjakan kecuali refreshing saja ke Jogja. Yeah, Jogja tempatku menemukan teman, sahabat kemudian kekasih. Banyak destinasi wisata yang keren terutama wisata alamnya. Dari yang sudah mainstream hingga yang masih tersembunyi. Yeah, Jogja begitu romantis dan istimewa.
Beberapa tempat yang menurutku menarik telah ku kunjungi, seperti: Mercusuar Pantai Pandansari di Kab. Bantul, Laut Bekah dan Pantai Kesirat di Kab. Gunung Kidul serta Candi Ijo, Candi Banyunibo dan Candi Barong di Kab. Sleman. Sedangkan hari ini aku akan melepas rindu ketinggian ditemani kekasih ke Puncak Gunung Ijo berada di Kokap Kab. Kulon Progo.
Dari jalan Godean-Waduk Sermo-Hargotirto,Kokap. Minim petunjuk kesana hingga beberapa kali tanya warga sekitar. Harus berhati-hati jalan menanjak cukup ekstream terlebih jalannya sempit. Tepat di kaki Gunung Ijo, kami kebingungan mencari jalur tracking. Namun dengan bantuan bocah cilik yang memberi tahu kami, akhirnya menemukan jalannya. Setelah menitip motor di salah satu rumah warga, kami mulai tracking. Pertama melewat jalan cor-coran sampai tower salah satu provider telekomunikasi. Selanjutnya track berupa tanah melewati perkebunan warga, ilalang liar yang tinggi dan setelah tracking kira-kira 1 jam saja sampailah kami di Puncak. Puncak Gunung Ijo ini tidak luas untuk camping. Mungkin hanya cukup untuk 2 tenda berukuran kecil. Terdapat pula batu besar yang tepinya langsung ke jurang.

View di atas puncak begitu indah dengan hijaunya bukit-bukit pengunungan menoreh, Waduk Sermo dan berbagai deretan Pantai Selatan Jogjakarta juga masih dapat terlihat. Namun, sayang saat kami berada di puncak, Gunung Merbabu-Merapi dan Sumbing-Sindoro tak terlihat karena cuaca cukup berawan. Setelah puas kami pulang dengan hati gembira :D.

Salam Jun_krikers :)

Di atas ketinggian

Di atas ketinggian


Di atas ketinggian aku melihat semua begitu jelas
Di atas ketinggian aku melihat semua begitu kecil
Di atas ketinggian aku melihat semua begitu indah
Di atas ketinggian aku melihat semua begitu menakjubkan
Namun, apakah ini fana?
Apakah ini semu?
Aku terlanjur mencintainya
Aku terlanjur memujanya
Aku terlanjur mendambanya
Aku terlanjur menggilainya
Dan kini aku terlanjur merindukannya
Aku tahu pasti akan sulit menggapainya
Maka aku harus berjalan perlahan
Aku tahu jika terjatuh pasti lebih menyakitkan
Maka aku harus berhati-hati
Tak apalah,
Aku masih memiliki kaki tuk melangkah
Aku masih memiliki tangan tuk berpegangan
Aku masih memiliki mata tuk melihat
Aku masih memiliki punggung tuk memikul beban
Aku masih memiliki bekal tuk bertahan hidup
Kini, aku sudah semakin jauh melangkah
Di tengah terik & terjalnya liku yang kuhadapi
Bebanku semakin berat
Kabut mulai mengaburkan pandanganku
Hujan mulai membasuh peluh kesahku
Angin mulai menahan lajuku
Dan petir menghentikan langkahku
Haruskah aku kembali pulang?
Ah tidak, aku tidak sepengecut yang kau kira
Aku harus menungu sampai badai reda
Dan, aku harus mendirikan rumah yang kokoh
Kini keadaan mulai gelap mencekam
Maka kuterangi ruanganku dengan binar lampu
Dingin mulai menyiksa tubuh pula
Maka kan kubuat masakan hangat dan segelas kopi hitam
Hisapan tembakau terakhir telah menghembuskan asap panjang
Menutup hari yang lelah menuju kekosongaan jiwa
Berharap hari esok yang lebih baik
Kicauan brung membangunkanku dari alam mimpi
Tersadar badai sudah pergi berlalu
Namun, langit masih hitam kelam
Aku harus bersiap-siap lagi
Bergegas menuju tempat yang suci
Yeah, tempat tertinggi di mata sang kuasa
Kosong.....
Sepi.....
Hanya ada aku dan Sang Kuasa.....
Di belakangku mulai terang bersinar
Namun, di depanku muncul bayangan diriku
Aku menoleh ke belakang
Sungguh takjub aku dibuatnya
Dia muncul bagai harapan yang indah
Awan-awan mulai menyentuh telapak kakiku
Namun, kakiku masih menginjak bumi
Aku harus kembali menghadap ke depan
Meskipun hanya ada bayang-bayang
Lalu bayangan sirna sesaat
Namun muncul kembali
Tak berada di depanku melainkan dibelakangku
Kini harapan mulai tenggelam bersama gelap
Sudah waktunya aku kembali pulang
Dituntun oleh bayangan yang selalu setia menemaniku
Bayangan diriku sendiri
Bayangan orang yang selalu menungguku pulang
Tak lupa, bayangan dari Sang Kuasa
Berharap suatu saat akan kembali lagi
Berada di atas ketinggian
Dituntun oleh bayangan
Bayangan yang indah ataupun kelam
Apapun bayangannya
Ini adalah proses dari tanah kembali ke tanah
Di atas bumi yang dipijak
Terima kasihku pada Sang Kuasa
Telah mengajari dan memberikan banyak hal padaku

Di atas ketinggian....

LDR ~ Long Distance Relationship

LDR ~ Long Distance Relationship
Apalah arti cinta jika terpisahkan oleh jarak dan waktu
Apalah arti cinta jika jarang berjumpa
Mungkin ini terlalu berat untuk dijalani
Tetapi apakah itu sebuah halangan?
Bukankah cinta itu begitu istimewa?
Ketika belajar sabar menahan rindu yang luar biasa
Ketika nama-mu selalu terdengung di sela do’a
Ketika menyempatkan waktu berjumpa di sela kesibukan
Ketika bertahan menghadapi godaan demi komitmen
Ketika hanya sendiri disaat menikmati hari
Ketika tak ada yang merawat disaat sakit
Ketika berharap ponsel berdering atas kabar darimu
Entah berisi suaramu
Entah hanya text yang berpengirim namamu
Disaat tak ada kabar
Disitulah kadang merasa sedih
Cinta ini adalah cinta yang lebih hebat dan keren dari biasanya
Mungkin itulah jalan takdir untuk kita
Yang dijodohkan oleh Tuhan di waktu, tempat, dan cara yang tak terduga
Berharap tempat yang indah di dalam rencana Tuhan
Yeah jarak memang begitu kejam memisahkan kita

Namun jarak pula yang mempertemukan kita

RENUNGAN

RENUNGAN
Setenang-tenangnya mencari tempat merenung mengobati kegundahan, tak kan lebih baik jika merenung di rumah. Sewaktu Aku pulang ke rumah. Kulihat Ayah pulang dari mencari nafkah. Raut wajah lesu terpaut dari mimik wajahnya. Debu-debu jalanan yang menempel bak mengisyaratkan bahwa ia sudah bekerja sangat keras meski hasilnya tak seberapa. Demi menghidupi keluarga yang sedang carut marut perekonomiannya, terkadang rela hutang disana-sini dengan jaminan waktu yang entah kapan terlunaskan. Kulihat juga adik-adikku yang sudah semakin besar dan membutuhkan biaya sekolah yang tak sedikit. Aku?
Dalam benak hatiku, ku menangis karena belum dapat membantunya di usia ku yang sudah seharusnya mampu membantunya. Yeah apa daya jalan pilihanku menambah studi 4 tahun lagi demi gelar yang kucita-citakan setelah lulus Sekolah Menengah Atas. Awalku menjejakkan kaki ku di Kampus pun sangat berat dengan perjuangan mendapat beasiswa dan bantuan dari orang-orang yang baik. Entah mengapa, meskipun mendapat beasiswa dan banyak terbantu oleh orang-orang yang baik, sepertinya aku masih saja membebani. Andai aku tak menambah studiku di usia ini, mungkin aku sudah mampu membantu ekonomi keluarga sedikit demi sedikit.
Kulihat teman-teman sejawatku yang memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga daripada melanjutkan studi. Banyak diantara mereka yang mampu memberikan sesuatu hal pada orang tuanya. Yeah, ini tak ayal membuatku iri dengan mereka di usia ku saat ini. Meskipun demikian aku bersyukur dan beruntung mendapat kesempatan melanjutkan studi. Masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak beruntung, terlebih di dalam kehidupannya.
Maafkan jika aku egois, terlebih jika aku bersenang-senang walaupun yang berada di rumah sedang menjerit keras. Kini ku sadar bahwa aku sudah seharusnya membuang ego pribadi itu karena aku sudah usia dewasa. Aku harus fokus demi masa depan. Sebagai anak sulungmu, aku mau tidak mau harus siap menjadi calon tulang punggung keluarga dan membantu adik-adikku. Saat ini aku masih berkelut dengan Tugas Akhirku. Aku meminta do’a dan dukunganmu agar diberi kelancaran mengerjakannya.

Yeah, aku tak tahu apa yang direncanakan Allah untuk masa depanku. Akan kujalani semuanya dengan baik. Demi membahagiakanmu, Ayah dan Ibu yang ada di Surga sana. Akan kupersembahkan gelar yang selama ini ku cita-citakan. Semoga dengan ilmu dan gelar yang akan kudapatkan mampu mengangkat derajat dan perekonomian keluarga. Amien.

Jumat, 03 Juli 2015

Badai Lawu with Love

Badai Lawu with Love










8/3/2015

Musim penghujan belum berakhir. Hasrat untuk menikmati ketinggian tidaklah berakhir :D. Itulah yang berada dalam benak kami. Dua sejoli yang memiliki pemikiran sama dan dipertemukan dalam pendakian Gn. Sindoro silam. Yeah, untuk menuntaskan janjiku awal pacaran mengajak pacarku, Tiara, mendaki gunung lagi, sekaligus perayaan anniversarry yang baru berjalan tiga bulan. Yeah, meskipun baru seumur jagung setidaknya perayaan ini mungkin akan membawa hubungan yang lebih baik meskipun sudah baik-baik saja :D. Setelah me-list daftar Gunung yang tidak begitu merepotkan ketika musim penghujan, akhirnya terpilihlah Gn. Lawu via Cemoro Sewu, terlebih aku sudah paham jalurnya, tracknya dan banyaknya warung hahaha. Aku berangkat dari Semarang, pacarku berangkat dari Yogyakarta, dengan meet point di Terminal Tirtonadi Solo. Nasib LDR wkwkwk -__-. Aku cukup menunggu lama di terminal karena bus yang ditumpanginya bukan bus yang ku sarankan cc: Sumber Kencono/Sumber Selamat/Sugeng Rahayu hahaha. Akhirnya sampai juga dia di terminal. Dengan mudah aku menemukannya meskipun dia memakai maskernya hahaha. Kami beranjak menuju penyewaan alat outdoor langgananku di Sekitaran UNS. Setelah alat siap, kami bergegas menuju Cemoro Sewu karena hari sudah larut sore. Di tengah perjalanan kami mampir di Masjid Alun-alun Karanganyar untuk Sholat Ashar. Kemudian bergegas lagi ke tujuan karena hari hampir senja. Dan lagi-lagi kami terhenti di Tawangmangu karena hujan sangat deras sampai lewat Maghrib. Setelah reda, kami bergegas lagi meskipun masih rintik dan menembus kabut tebal menutupi jalan Tawangmangu-Cemoro Sewu. Hampir sampai tujuan, kami diguyur hujan deras lagi sehingga kami menepi di warung sekaligus sarapan dan ngopi hangat. Hujan sudah reda, kami berangkat ke basecamp yang tak jauh dari warung. Sesampainya di basecamp, kami Sholat maghrib dan I’sa di Masjid.

Proses aklimatisasi begitu panjang ini sudah cukup menahan dinginnya Gn. Lawu awal malam itu. Beberapa pendaki yang baru turun mengatakan kalau diatas sedang badai parah hahaha -__-. Namun hal itu tak menyurutkan langkah kami mendaki. Setelah ngopi, registrasi dan berdo’a, kami mulai melangkah mendaki berdua saja. Meskipun begitu ramai sekali pendakian Gn. Lawu via Cemoro Sewu ini karena tingkat kerepotannya di musim penghujan tak seperti jalur lainnya. Track yang kami lalui berupa batu-batu yang disusun menyerupai anak tangga. Semakin tinggi, semakin terjal dan semakin dingin bbbrrrrr -__-. Kami melalui semua ini dengan suka cita bersenda gurau. Jika lelah ya istirahat dah pokoknya mah selow hehe. Di Post 1 dan Post 2 kami berhenti lama untuk istirahat. Selepas Post 2 menuju Post 3, track semakin terjal dan dingin semakin terasa karena anginnya kencang. Di Post 3 kami istirahat. Terpintas ada keraguan untuk lanjut ke post selanjutnya atau ngecamp di Post 3 ini, karena ku lihat raut wajah lelah pacarku namun terlihat lebih cantik dan mempesona pokoknya mah hehe. Di post 3 ini sudah penuh dan tak bisa mendirikan tenda lagi. Akhirnya kami naik ke atas lagi dan menemukan spot datar yang hanya cukup 1 tenda. Yeah, setelah tenda berdiri kami masuk kemudian masak mie :p dan kopi supaya hangat. Udara malam itu sangat dingin, angin kencang membuat tenda bergoyang-goyang, terkadang hujan rintik-rintik berselangan kabut tebal. Meskipun kami tidur memakai sleeping bag, dingin masih saja dapat menembus. Menjelang Subuh aku dan pacarku terbangun dari tidur karena dinginnya menyiksa. Ku nyalakan kompor spirtus kebangganku di dalam tenda buat hangat-hangat seperti api unggun hehehe. Temaram api spirtus menemani obrolan kami berdua. Romantis? Iyalah. Setelah kehabisan kata kemudian hening seketika. Kulihat wajah cantik pacarku dari jarak sangat dekat. I love you hahaha :D. Yeah daripada gabut kami tidur lagi karena tak kuat dinginnya Gn. Lawu jika summit saat itu juga :D.
Pagi hari aku terbangun. Kulihat pacarku yang cantik tersenyum dan tertawa kecil melihatku terbangun. Wah, doi terbangun lebih dahulu ternyata :D. Usut punya usut, doi gak bisa tidur karena kedinginan. Apalagi kalau bukan karena sleeping bagnya yang terpakai secara tidak benar/gak bisa pake sb wkwkwk. Salah sendiri kenapa gak bilang aku juga wkwkwk :p. Pagi ku yang indah melihat senyumnya :D. Namun pagi di luar sana berkabut tebal dan angin masih saja sangat kencang membuatku menggigil kedinginan ketika keluar tenda sekedar menikmati sensasi pagi itu wkwkwk. Kemudian kami membuat kopi lagi sebelum summit attack. Kami summit attack dengan membawa bekal seperlunya saja, terlebih bawa uang karena kami akan menikmati pecel legendarisnya Mbok Yem di Puncak Lawu hehe. Barang tak penting kami tinggal dalam tenda. Kami mendaki anak-anak tangga yang terjal secara alon-alon asal kelakon. Namun aku tak bisa melihat raut wajah lelah doi karena ditutup masker sepanjang perjalanan. Usut punya usut, hidungnya ternyata meler wkwkwk hik :p. Di perjalanan kami bertemu pendaki yang turun mengatakan tak dapat sunrise dan di atas sedang badai parah hahaha. Jalani aja badai pasti berlalu kok :D. Sesaat kami sampai di Post 4 dan beristirahat sebentar. Lanjut lagi sampai Post 5. Di Post 5 ini banyak tenda dome yang mengalami patah frame bahkan ada warung yang terpalnya terbang entah kemana dengan kayu yang berserakan. Di Sendang Derajat juga serupa dengan di Post 5. Beruntung kami ngecamp di Sekitar Post 3 karena aman dari terjangan angin kencang hehe. Dari Sendang Derajat menuju Hargo Dalem/Warung Mbok Yem kami harus berhati-hati berpegangan erat dan jangan sampai terpisah. Meskipun jalurnya lebar cukup berbahaya jika dilewati saat angin sangat kencang dan kabut sangat tebal karena berada di punggungan yang kanan-kirinya jurang. Sampailah kami di Warung Mbok Yem untuk sarapan pecel legendarisnya sambil berendam kehangatan api dapur kayunya.  Suhu di dalam warung 5°C, mungkin di Puncak Hargo Dumilah sudah mencapai titik beku :D. Memang benar-benar dingin bbbbrrrrr. Setelah sarapan, kami jalan-jalan liat petilasan Hargo Dalem dan kemudian lanjut summit attack ke Puncak Hargo Dumilah 3265 mdpl. Di Puncak Hargo Dumilah, dingin begitu menyiksa. Serasa seperti masuk dalam freezer kulkas raksasa, angin lebih kencang daripada di bawah, kabut tebal menari-nari menutupi pemandangan. Tak lama-lama kami berada di puncak. Kami harus turun dari puncak karena sudah tak kuat dinginnya. Terus turun sampai tenda kami berada. Kemudian tidur lagi untuk mencharge tenaga turun.

Hari semakin siang dan bbbyyyuuurrrrr hujan mengguyur tenda dan membangunkan tidur kami. Hujan reda, kami cepat-cepat packing supaya tidak kemalaman pulang. Sampai post 3 kami berteduh karena hujan lagi namun sebentar reda. Kami melanjutkan turun yang melelahkan ke basecamp dengan santai. Perjalanan turun sangat cerah sehingga dapat lihat pemandangan, dibandingkan dengan menuju ke atas karena awan hanya mengumpul dan berputar-putar di Bagian Puncak Gn. Lawu. Yeah, harus berhati-hati jika melihat awan seperti itu di Bagian Puncak sebuah gunung karena dipastikan terjadi badai. Kami sampai basecamp menjelang Maghrib. Setelah bersih-bersih dan makan malam kami pulang. Setelah mengembalikan alat outdoor sewaan di Solo. Aku mengantar pulang pacarku ke rumahnya kemudian aku pulang ke Semarang. Usut punya usut, pacarku dimarahi oleh orang tuanya karena tak ijin lebih dahulu. Dan akhirnya sampai aku tulis catper ini, aku belum mendaki bersamanya lagi L . yeah apa boleh buat, ijin orang tua itu hal yang paling penting. Kapan kamu dapat ijin dari orang tua mu untuk mendaki bersamaku lagi? :D

Yeah, meskipun dilanda badai dan tak mendapatkan view maksimal di puncak. Setidaknya kita mampu menghadapi badai bersama-sama hingga sampai puncak gunung. Semoga kita juga mampu menghadapi segala badai cobaan yang menghadang dalam hubungan kita hingga sampai puncak ....., amien J
Salam Jun_krikers